Loading...
Logo TinLit
Read Story - 40 Hari Terakhir
MENU
About Us  

Perceraian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang harus Mardian tahan ketika harus menyerahkan hak asuh putra semata wayang mereka kepada sang suami.

Padahal dua bulan lamanya, Mardian mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk memenangkan pengadilan. Namun, semua harus dia lakukan demi kehidupan Randy yang lebih baik, setidaknya begitulah yang dia pikirkan saat itu.

Mardian belum lupa hari di mana dia mengetahui rahasia besar yang disembunyikan anaknya di gudang rumah mereka. Sama seperti sang ayah, Randy pun menyimpan segala kehidupannya di sana, termasuk bagaimana pemuda itu menarik paksa Rindu, anak pembantu mereka ke dalam gudang, di antara penuh barang serta lantai yang berdebu.

Randy menelanjangi masa depannya sendiri.

“Harusnya kamu tahu risiko ini,” gerutu Mardian pada pertemuan pertamanya dengan Sandy di sebuah restoran, tepat setelah mereka sah bercerai di depan gedung pengadilan. “Kenapa sih kamu harus selingkuh di rumah, Mas? Tidak bisakah kamu menyewa kamar hotel supaya tidak dilihat anakmu?”

“Aku benar-benar nggak menyangka kalau pada akhirnya akan jadi begini, Di.”

“Lalu, kamu berharap apa?” ketus Mardian. “Berzina di rumah, di depan anak, lalu kamu mau anakmu jadi anak saleh? Mimpi di siang bolong. Tuhan juga bakal tertawa.”

“Di, tolong jangan bicara begitu. Aku juga menyesal,” pinta Sandy. “Andaikan aku bisa memperbaiki semuanya.”

“Yang sudah pecah, sampai kapan pun akan pecah.”

“Dian.” Sandy hendak menengkup tangan mantan istrinya itu, tetapi Mardian yang menyadari langsung menarik tangannya dari meja. “Jika ada yang bisa kulakukan, katakan saja. Apa pun akan kulakukan demi anak kita.”

“Bawalah Randy bersamamu.”

“Apa?”

“Besarkan dia dengan baik.”

“Kau serius?”

“Apakah aku terlihat bercanda?” Meskipun dingin, tetapi Sandy paham betul bahwa Mardian sedang terluka saat itu. Berat. “Dan jangan pernah biarkan dia kembali apa pun yang terjadi.

“Dia tidak boleh bertemu lagi dengan Rindu. Kita harus memisahkan mereka sebelum terlalu jauh.”

Namun, ternyata Mardian salah karena ternyata hubungan Rindu dan putranya sudah terlalu jauh.

Dua bulan setelah tahu ajaran baru berlangsung, Mardian justru mendapat kabar mengejutkan, di mana Rindu dikabarkan jatuh pingsan di sekolah. Orang tuanya datang sambil menangis dan minta di antarkan Mardian ke rumah sakit, tentu sebagai majikan dia tidak menolak.

“Anak kami sakit apa, Dok?”

“Kondisinya akan baik-baik saja, kan?”

Tuti dan Joko menanyai dokter yang datang untuk memeriksa Rindu. Tubuh gadis itu dibaringkan di unit gawat darurat lengkap dengan infus yang tersambung di punggung tangan kirinya, sedangkan Mardian duduk mengamati dari kursi kayu yang ada di samping ranjang.

“Bapak dan Ibu tenang saja,” jawab Dokter lembut. “Adik Rindu tidak kenapa-kenapa, tetapi kami memiliki kabar yang kurang mengenakkan untuk kalian.”

“Apa, Dok?”

Dokter perempuan itu menarik napas panjang, menoleh ke arah Rindu dan Mardian, lalu kembali menatap Joko dan Tuti. Sepertinya, dia kesulitan merangkai kata. “Putri kalian sedang hamil tiga bulan.”

*_*

“DASAR ANAK KURANG AJAR! DISURUH SEKOLAH MALAH HAMIL! KALAU SUDAH BEGINI BAGAIMANA? KALAU ORANG-ORANG TAHU KAMU HAMIL, MAU DITARUH DI MANA MUKA BAPAK?”

“Aduh! Ampun, Pak! Sakit!”

“Mas, sudah!”

“BIAR! BIAR DIA TAHU RASA! DIPIKIR SEKOLAH BAYAR PAKAI DAUN!”

“..., tolong, Bu. Aku nggak kuat!”

Mardian yang datang ke kediaman Joko malam itu mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, tatkala dari balik pintu terdengar suara pukulan benda tumpul beradu dengan rintihan Rindu.

*_*

“Apa ini, Bu?” Mata Joko terbelalak saat mendapati Mardian meletakkan amplop tebal ke atas meja. Yang langsung pria itu buka untuk dilihat isinya. “Banyak sekali uang ini, Bu?”

Mardian memalingkan muka, tidak sanggup melihat wajah orang tua yang anaknya sudah dihancurkan oleh putranya, dan menjawab, “Anggap saja itu biaya tutup mulut.”

“Maksud Ibu?”

“Jangan biarkan orang-orang tahu kalau –“ Mardian menegakkan punggungnya, lalu mendekati Joko. “Dengar! Saya tidak peduli akan kalian gunakan untuk apa uang itu; dan apa yang akan kalian lalukan pada bayi itu.

“Yang jelas, saya mau kalian merahasiakan siapa ayahnya. Saya tidak mau masa depan anak saya hancur karena ini.”

“Lalu bagaimana dengan masa depan anak kami, Bu?” Tuti mendadak muncul dari ruangan sebelah. “Hidupnya juga hancur.”

“Kalau begitu aborsi saja!” jawab Mardian cepat. “Uang itu lebih dari cukup untuk membayar biayanya, bahkan masih ada cukup banyak sisa untuk kalian hidup ke depannya.”

“Tapi –“

“Apa jumlahnya kurang!” Mardian kembali menyela. “Saya akan berikan apa saja yang kalian mau.”

Joko dan Tuti terdiam, saling pandang.

“Lagi pula, anak-anak kita masih terlalu muda. Mereka tidak mungkin menikah. Mereka masih punya masa depan. Ini belum terlambat.”

*_*

“ ..., begitulah kemudian saya harus menyerahkan setengah hektar tanah kepada mereka.” Sepanjang bercerita, Mardian tidak berhenti terisak, sampai- Maria harus membantu menguatkan dengan mengelus-elus bahunya. “Dan sesuai kesepakatan, setelah menjual tanah itu, mereka pindah.

“Kami benar-benara kehilangan kontak. Itulah kenapa saya tidak tahu kalau Ririn memilih melahirkan anaknya.”

“Sabar, Bu!” kata Maria. “Toh, ini bukan sepenuhnya salah Ibu kok. Ibu kan nggak tahu. Lagian ..., aduh! Gue nggak habis pikir, kenapa mereka melakukan semua ini? Apa coba niatnya? Terus, kenapa baru muncul sekarang? Apa jangan-jangan mereka mau memanfaatkan keadaan?”

“Maksud lo, Mar?”

“Ya ampun, Kak Dion. Masa begitu saja nggak paham?” Maria memutar bola matanya malas. “Ini sudah jelas banget kalau keluarganya si Ririn-Ririn itu, mau minta warisan.”

“Kayaknya nggak mungkin deh, Mar. Secara, kalau memang mereka mau minta pertanggung jawaban, kenapa baru sekarang? Kenapa nggak dari dulu saja? Di saat karier Randy sedang naik-naiknya.”

“Ya justru itu. Kak Dion lupa kejadian Joana kemarin? Orang bisa gila hanya karena dendam, terlebih –“

Dion menggeleng. “Nggak, Mar! Nggak! Jangan karena Randy teman kita, lalu kamu nggak bisa berpikir jernih. Karena bagaimanapun juga Ririn berhak melahirkan bayinya.”

*_*

“Mungkin inilah satu-satunya cara kita bisa menyematkan nyawa Randy.”

Maria terlihat kesal saat Raina –yang sedari tadi menunggu di luar untuk membujuk Randy –justru mengamini ide Dion. “Tapi, Rain, kalau mereka minta syarat aneh-aneh, gimana? Lo belum lupa kan sama Kak Mona? Apalagi kita nggak tahu orang seperti apa si Ririn itu?”

“Ya justru inilah saatnya kita cari tahu.” Raina menoleh ke arah Randy yang duduk di pinggir kolam, tak jauh dari tempat mereka berada. “Apalagi si Randy nggak mau ngomong apa-apa. Dari tadi lho dia diam terus. Kalau kita diamkan, bisa-bisa dia mati.”

“Raina benar. Waktu kita mepet, Mar.”

“Ya sudahlah! Terserah lo berdua! Gue mau tidur!” Maria bangkit dari kursi dengan muka masam, lalu berjalan masuk ke rumah. Meninggalkan Raina dan Dion di bawah langit malam yang entah bagaimana terasa begitu sendu.

“Kak Dion sudah dapat alamatnya?”

Dion mengeluarkan potongan kertas dari sakunya. “Hanya alamat rumah lamanya saja.”

“Coba lihat!” Raina menyambar benda tersebut dan membacanya. “Harusnya nggak jauh dari rumah Randy. Coba deh nanti aku tanyain ke Ibu, siapa tahu dia kenal dengan orang tuanya Ririn ini. Biasanya kan kalau ada gosip di kampung cepat menyebar.”

Thanks ya, Rain. Maaf ngerepotin.”

“Sama-sama. Aku senang kok bisa berteman dan bantuin kalian.”

*_*

“Mama memang menyematkan masa hidup anak Mama, tapi di sisi lain juga menghancurkan masa depan anakku.”

Malam itu, Randy memutuskan untuk tidak ikut pulang ke kontrakan Raina, hanya untuk bisa ngobrol –meskipun hanya sepihak –dengan ibunya.

Saat Randy datang ke kamar, Mardian masih terjaga, duduk di pinggir kasur sambil menatap foto masa kecil Randy yang memang di pajang di nakas.

“Aku tahu Mama sayang sama aku,” ucap Randy berat. “Ya, sekarang aku tahu rasanya, Ma. Sialnya, karena sudah tahu ..., aku justru nggak bisa marah ke Mama.”

Randy mengusap wajahnya kasar. “Dulu aku penasaran kenapa Mama buang aku. Aku merasa disingkirkan. Tapi sekarang ..., aku bahkan nggak punya pembelaan, Ma!

“Bahkan tadi, saat kalian ngobrol di dalam ..., aku nggak nyangka kalau Raina bakal ngejar aku keluar. Dan Mama tahu apa yang dia lakukan? Raina bilang, aku harus memaafkan Mama dan memintaku menemui anakku.

“Tapi, bagaimana kalau Raina tahu, Ma!” Dia bersimpuh di samping ibunya. “Aku harus apa, Ma! Tolongin aku, Ma! Aku nggak mau Raina tahu, Ma!”

Setidaknya dengan wujudnya yang sekarang, Randy punya kebebasan untuk menangis meraung-raung tanpa perlu takut mengganggu orang lain.

“Raina pasti akan kecewa, Ma! Aku nggak mau menghancurkan hidupnya.”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Spark Between Us
9391      2864     2     
Romance
Tika terlanjur patah hati untuk kembali merasakan percikan jatuh cinta Tapi ultimatum Ibunda untuk segera menikah membuatnya tidak bisa berlamalama menata hatinya yang sedang patah Akankah Tika kembali merasakan percikan cinta pada lelaki yang disodorkan oleh Sang Ibunda atau pada seorang duda yang sepaket dengan dua boneka orientalnya
DREAM
813      514     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
Love Letter: Mission To Get You
478      365     1     
Romance
Sabrina Ayla tahu satu hal pasti dalam hidup: menjadi anak tengah itu tidak mudah. Kakaknya sudah menikah dengan juragan tomat paling tajir di kampung. Adiknya jadi penyanyi lokal yang sering wara-wiri manggung dari hajatan ke hajatan. Dan Sabrina? Dicap pengangguran, calon perawan tua, dan... “beda sendiri.” Padahal diam-diam, Sabrina punya penghasilan dari menulis. Tapi namanya juga tet...
Lovebolisme
148      130     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Arsya (The lost Memory)
710      528     1     
Mystery
"Aku adalah buku dengan halaman yang hilang. Cerita yang tercerai. Dan ironisnya, aku lebih paham dunia ini daripada diriku sendiri." Arsya bangun di rumah sakit tanpa ingatanhanya mimpi tentang seorang wanita yang memanggilnya "Anakku" dan pesan samar untuk mencari kakeknya. Tapi anehnya, ia bisa mendengar isi kepala semua orang termasuk suara yang ingin menghabisinya. Dunia orang dewasa t...
Wilted Flower
288      216     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Ineffable class
422      277     12     
Mystery
Seluruh penghuni kelas XII IPS E rata-rata tidak waras. Di mana ketua bucin menjadi wakil ketua dan ketua kelas sendiri adalah musuhnya guru BK. Dari 15 siswa separuhnya kerapkali hilang saat jam pelajaran, 5 lainnya tidur, sisanya pura-pura menyimak guru. 15 kepribadian berbeda yang jarang akur ini, harus bersatu mencari wali kelas dikabarkan menghilang selama seminggu. Gawatnya, tuduhan tidak...
A D I E U
2141      855     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Cinta untuk Yasmine
2304      996     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Anikala
904      431     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...