Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anikala
MENU
About Us  

Ghani,  Kenzie yang saat itu fokus dengan ponsel masing-masing. Tiba-tiba teralihkan oleh Suara Banu yang menyapa mereka di loby rumah sakit.


Kenzi menyenggol lengan Banu, kemudian memainkan mata. Padahal mereka sedang bermain game karena kedatangan Banu fokus mereka teralihkan.

"Mana Janu sama Nendra?" tanya Banu pada Kenzie. Usai ia bersalaman dengan Kenzie.

"Masih di Andra."

"Oh.."

"Eh iya, kenalin ini Kala."

Kenzie menyunggingkan senyum tipis ia menepuk bahu Banu. "Ga lo kenalin juga gua udah kenal Nu, Nu.."

"Ya ga, Kal?" ucap Kenzie seraya mengedipkan sebelah mata.

"Dih, genit banget lo!" protes Banu. Ia meninju pelan bahu Kenzie.

Yang ditinju hanya bisa mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kenzie pun mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Kala. Kala menerima dengan senang hati jabatan tangan Kenzie. Begitu pun dengan Ghani.

Tidak lama Janu dan Nendra datang. Terlihat mereka berbisik-bisik seraya melihat Banu yang duduk di samping Kala.

Banu dan Kala melangkah menuju kamar Andra di rawat. Perlahan Banu membuka pintu. Terlihat beberapa tirai yang tertutup. Banu mengajak Kala melangkah ke ujung kamar satu-satunya tirai yang tidak ditutup.

Terlihat Andra yang masih terbaring lemah. Meskipun sekarang sudah tidak ada lagi alat bantu pernapasan. Melihat Andra yang hanya sendirian dada Banu bergemuruh. Perasaan sedih meyeruak disaat seperti ini tidak ada keluarga yang menemani Andra.

Ketika ia masuk di sana ada tante Dahlia. Ia adalah ibunya Alea—sepupu Andra. Melihat Andra yang sedang banyak dikumjungi oleh teman-temannya, tante Dalisha pun pamit sebentar untuk memberikan ruang antara Andra dan teman-temannya.

"Lho—"

"Ba—"

"Banu? Kala?"

Kala yang sedang meletakkan titipan Dalisha menoleh ke arah Andra. Andra saat itu berusaha untuk bangun dari posisi tidur menjadi duduk, tapi Banu cepat-cepat mencegahnya.

"Udah tiduran aja dulu. Jangan dipaksa kalo masih belum kuat buat duduk."

Andra menuruti perkataan Banu. Andra mengusap kelopak matanya tanpa sadar bulir air mata sedikit jatuh. Beberapa kali Andra melihat langit-langit kamar serta menginapkan mata supaya air mata tidak kembali jatuh. Andra merasa terharu sebab teman-teman nya begitu perhatiian terhadapnya disaat kedua orang tua nya tidak peduli terhadapnya.

"Lo ngapa nangis?"

"Dih, cengeng banget," cibir Banu.

Andra tidak menjawab ia lebih memilih untuk kembali mengusap mata nya. Banu memukul pelan bahu Andra.

"Jangan nangis, di sini ga ada balon sama permen!"

"Sialan lo!"

"Jangan bikin gua malu di depan Kala!" keluh Andra. Kala hanya bisa tertawa kecil.

"Andra cepat sehat ya," ucap Kala.

"Tadi ada titipan dari Bunda. Jangan lupa di makan ya!"

Andra menatap Kala, kemudian berkata, "Siap tuan putri!" ucapan tersebut otomatis membuat Banu mengecutkan bibir nya.

***


Banu mengajak Kala pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari rumah mereka, usai menjenguk Andra.  Kala turun dari motor Banu. Ia sedikit menatap sekitar. Tidak lama setelah Banu melepaskan helm full face yang ia kenakan.

"Bisa gak?" tanya Banu pada Kala yang masih sibuk dengan pengait helm.

"Bisa," ucap Kala.

Banu tidak membantu ia hanya memperhatikan Kala yang masih terlihat kesulitan. Beberapa detik hampir berlalu dan Kala masih berusaha dengan pengait helm nya ia kenakan. Pengait helm tersebut memang sudah sedikit berkarat jadi, tidak salah jika Kala merasa kesulitan.

"Sini gua bantuin."

Banu menarik pelan lengan Kala sudah cewek itu bisa sedikit lebih dekat dengannya. Banu mengambil alih pengait helm. Mata mereka saling bertemu, namun Kala langsung mengalihkan pandangan. Karena jujur saja detak jantung nya sedang tidak baik-baik saja bahwa ia sempat menahan napas saat Banu menatapnya.

Setelah berhasil melepaskan pengait helm. Banu lantas melepaskan helm dari kepala Kala juga dan meletakkan di atas kaca spion. Jujur ini adalah  pertama  kalinya Kala pulang malam. Sebelum Banu mengajaknya masuk ke dalam kafe. Kala terdiam, mengamati kafe yang menurut Kala begitu indah.

Banyak lampu-lampu yang dipasang mengantung. Ada juga dedaunan merambat serta beberapa pohon menambah kesan aestetik kalau bahasa zaman now nya. Banu lantas mengajak Kala untuk masuk ke dalam kafe. Saat pertama kali masuk ke dalam ruangan Banu lantas berjalan menghampiri tempat barista berada. Banu memperhatikan menu yang disediakan di kafe tersebut, begitu pun Kala.

Banu memesan Cappucino dan roti bakar cokelat sedangkan Kala memesan Caramel Macchiato dan kentang goreng. Selepas memesan Banu oun membayar pesanan dan mengajak Kala sedikit mengelilingi kafe untuk mencari tempat duduk yang menurut mereka nyaman.

Banyak tempat duduk yang mereka lewati mulai dari tempat duduk di lantai dua yang menghadap pada jalan raya. Sehingga bisa melihat view jalanan. Hampir lima menit mereka mencari tempat untuk duduk. Tapi, pilihan Banu dan Kala jatuh pada sebuh tempat duduk dekat jendela berbentuk bulat di lantai satu.

Banu dan Kala duduk di sana. Pandangan Kala tidak henti-hentinya memperhatikan view pemandangan taman di kafe dengan lampu-lampu bohlam. Terasa nyaman dan tenang. Membuat Kala ingin berlama-lama di sini.

Kala ikut meninggalkan kafe setelah makanan yang mereka pesan habis dan Banu yang berjalan di sampingnya. Sekarang di bawah langit malam Jakarta yang indah dihiasi pemandangan gedung-gedung pencakar langit di seberang kafe. Dibiarkan mata nya memandang pemandangan suasana Jakarta disaat malam hari. Jujur saja ini pertama kalinya Kala keluar malam dengan teman sebaya. Kala mengerjap ketika tangan Banu meraih bahunya untuk mendekat.

"Kal, foto dulu yuk!" ucap Banu.

Kala simanusia wajah datar tentu saja bingung harus berekspresi bagaimana. Ia hanya bisa tersenyum tipis waktu Banu menjepret wajah mereka bersama. Dan tidak lupa Banu memotret foto bayangan mereka berdua dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit.

"Habis ini mau ke mana lagi?" tanya Banu.

"Hah?"

Banu melihat jam pada pergelangan tangannya. Ternyata sudah hampir jam tujuh malam. Dan sejak pagi mereka masih saja asik pergi. Sementara Kala ingin mengatakan pulang saja, tapi ia tak enak hati dengan Banu.

"Kita pulang aja ya, Kal?"

"Udah malem juga. Takutnya kamu dicariin orang rumah."

Banu langsung merangkul pundak Kala. Mengajaknya menuju parkiran motor. Ketika sampai, Banu lantas memakaikan helm ke kepala Kala serta mengaitkan tali helm. Setelah itu, Banu menaiki motor begitu pun Kala.

Mereka pun melajukan motor membelah jalanan Jakarta. Padatnya jalan membuat Banu mau tidak mau harus sigap untuk melajukan motor meliuk-liuk dengan gesit untuk mencari celah jalan. Namun, bukan Jakarta namanya jika tidak tetap terjebak kemacetan.

Akhirnya setelah hampir tiga puluh menit berkutat dengan kemacetan Kala tiba di rumah di antar Banu. Motor Banu berhenti tept di depan gerbang rumah. Dari luar terlihat sepi, sebab Bunda sedang pergi, Ayahnya sedang keluar kota dan Aksa kemungkinan besar masih berada di kampus.

Kala turun dari motor dan melepaskan pengait helm sebelum melepas helm. Diberikan helm tersebut pada Banu.

"Makasih ya, Nu."

"Mau mampir dulu?"

Banu tertawa, "Kapan-kapan aja, Kal. Udah malem juga."

"Oke," jawab Kala.

"Ya udah kalo gitu gua pamit ya. Jaga kesehatan," peringat Banu. Ia kemudian menyalakan mesin motor.

"Iya, hati-hati.  Kalo udah sampe kabarin ya."

Banu lantas tersenyum hati berbunga-bunga saat Kala selalu mengatakan hal itu. Kata sederhana tapi efeknya luar biasa.

Setelah Banu menghilang dari pandangannya, ponsel Kala tiba-tiba bergetar. Seperti banyak sekali pesan masuk.

GAK USAH SOK KECAKEPAN DEH LO
DIH... NAJIS
SOK CANTIK

MENDING LO NGACA... JANGAN SOK PINTER, GAYA-GAYAAN IKUT OLIMPIADE... YANG ADA MALU-MALUIN!!!

Dan masih banyak pesan yang Kala terima.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pasha
1278      574     3     
Romance
Akankah ada asa yang tersisa? Apakah semuanya akan membaik?
To the Bone S2
353      249     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Magelang, Je t`aime!
666      500     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...
Serpihan Hati
11321      1891     11     
Romance
"Jika cinta tidak ada yang tahu kapan datangnya, apa cinta juga tahu kapan ia harus pergi?" Aku tidak pernah memulainya, namun mengapa aku seolah tidak bisa mengakhirinya. Sekuat tenaga aku berusaha untuk melenyapkan tentangnya tapi tidak kunjung hialng dari memoriku. Sampai aku tersadar jika aku hanya membuang waktu, karena cinta dan cita yang menjadi penyesalan terindah dan keba...
Al Bashiir
402      271     3     
Inspirational
Bashiir , anak tuna netra yang tidak bisa melihat yang memiliki suara indah saat dirinya mengaji. Sebuah takdir membawanya ke sebuah kota besar. Dirinya yang hanya tinggal disebuah kaki gunung yang bahkan tidak pernah ada seorang pun dari luar kota menginjakkan kakinya kedesanya. Takdir membawanya kekehidupan baru saat pemuda baik datang kedesanya. Menjalani hari - harinya yang baru dengan seora...
Yang Terlupa
449      255     4     
Short Story
Saat terbangun dari lelap, yang aku tahu selanjutnya adalah aku telah mati.
DariLyanka
2993      1034     26     
Romance
"Aku memulai kisah ini denganmu,karena ingin kamu memberi warna pada duniaku,selain Hitam dan Putih yang ku tau,tapi kamu malah memberi ku Abu-abu" -Lyanka "Semua itu berawal dari ketidak jelasan, hidup mu terlalu berharga untuk ku sakiti,maka dari itu aku tak bisa memutuskan untuk memberimu warna Pink atau Biru seperti kesukaanmu" - Daril
Langit Jingga
2759      974     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
KASTARA
444      357     0     
Fantasy
Dunia ini tidak hanya diisi oleh makhluk hidup normal seperti yang kita ketahui pada umumnya Ada banyak kehidupan lain yang di luar logika manusia Salah satunya adalah para Orbs, sebutan bagi mereka yang memiliki energi lebih dan luar biasa Tara hanya ingin bisa hidup bebas menggunkan Elemental Energy yang dia miliki dan mengasahnya menjadi lebih kuat dengan masuk ke dunia Neverbefore dan...
A D I E U
2135      849     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.