Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anikala
MENU
About Us  

"Kal, kamu nanti beli sarapan di sekolah aja ya. Nasinya tinggal sedikit, jadi bunda cuma buat dua porsi nasi goreng aja."

Kala tersenyum kecut. Ia menarik napas dalam. Dan terjadi lagi, ia terlupakan dan tersisihkan. Kala paham dan tidak marah jika Aksa yang lebih diutamakan sebab hari ini adalah hari pertama ia mengikuti OSPEK Mahasiswa. Dan kalau soal Ara. Kala pun juga harus paham sebab Ara adalah adiknya. Bukannya kakak harus selalu mengalah pada adik nya 'kan?

Jika Ayah membanggakan Aksa dan Bunda menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyangginya?

Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu.

Tapi, Kala sendiri pun ragu dengan dirinya sendiri. Masih pantaskah ia dibanggakan dan disayangi?

***


Entah sudah berapa kali Kala mengembuskan napas. Ia pun melihat jam dipergelangan tangan berkali-kali. Sudah hampir setengah jam ia menunggu angkutan umum, namun belum juga datang. Kala mulai cemas dikarenakan jam masuk sekolah yang sebentar lagi masuk. Kala menghela napas pasrah.

"Selamat pagi, cantik." sapa Banu yang menghentikan laju motornya saat ia tidak sengaja melihat Kala tengah berdiri dipinggir jalan.

Kenapa jika kita belum mengenal seseorang.  Orangbitu tidak sering muncul dipenglihatan kita. Tapi, kenapa jika sudah mengenal seseorang itu mengapa mendadak orang itu terus menerus muncul. Seakan dunia dipenuhi dia. Di mana-mana dia.

Kala melihat senyum ia lagi dan pemilik suara itu lagi. Ia tersenyum dengan ramah pada Kala. Dan Kala pun dibuat tersenyum olehnya. Dia begitu baik. Namun, tiba-tiba saja menghilangkan senyum itu lantaran ia sadar. Mengapa ia tersenyum-senyum dengan detak jantung yang berdegup kencang? Apa ia suka dengan Banu?

Tidak-tidak ini tidak boleh terjadi!

Kala mengelengkan kepala. Beruntung Banu tidak terlalu melihat perubahan ekspresi wajah Kala. Sebab Kala menggunakan masker.

"Kala? Hello?? Cantik??"

"Eh?" Kala yang merasa terkejut memundurkan langkah. Ia agak terkejut dengan sapaan itu. Sebab seperti om-om yang sedang menggoda.

"Lagu ngapain dan mau ke mana?"

Kala memegangi tas sambil memilin tali tas nya. Sementara Banu sedang asik melempar senyum pada cewek cantik dihadapannya. 

"Lagi nunggu angkot."

"Lho, emang ga dianter abang lo?"

Kala menggeleng sambil tersenyum kecut.

"Ya udah yuk. Bareng gua aja!"

Banu menepuk-nepuk jok belakang yang kebetulan kosong. Tadinya mau diisi oleh Andra, tapi cowok itu ternyata sudah berangkat diantar oleh Ayahnya. Sebuah keajaiban dunia yang baru saja terjadi.

***


Ini kali pertama Kala mendapat hukuman. Batinnya terasa gelisah. Ia cuma bisa berharap semoga saja tidak ada guru yang mengadu pada orang tua nya jika ia hari ini terlambat.

Kala masih memunguti dedauanan yang terjatuh di lapangan sekolah. Bukan hanya Kala yang terlambat tentunya juga dengan Banu. Sebab mereka tadi berangkat bersama.

Dan satu hal yang paling penting bukan hanya mereka berdua yang terlambat setidaknya ada enam orang yang terlambat, namun hanya Kala lah satu-satunya cewek yang terlambat hari ini.

"Ayo cepetan.. Itu tu yang di sana belum!" perintah Bu Cecil sambil menunjuk-nunjuk ke arah pinggir lapangan yang masih banyak daun-daun kering yang terjatuh.

"Iya sabar bu.." ucap Ghani yang saat itu juga terlambat.

"Bawel amat," ucap Nata yang juga teman Banu.

"KAMU NGOMONG APA NATA?!"

Nata menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, engga bu. Ibu salah dengan kali."

"Abis beresin daun-daun. Kalian jangan lupa cabutin rumput!"

Nata mengembuskan napas. Untuk kali ini ia selamat.

Usai memerintah Bu Cecil memilih untuk kembali ke meja piket sebab ada orang tua murid yang mendatangi mejanya.

"Weee... Bawel.." ujar Nata kembali.

"Emang kita babu apa! Orang mau sekolah bukan jadi tukang kebon!" protes salah satu murid yang mengenakan jaket berwarna hitam dengan baju seragam yang sengaja dikeluarkan. Yang Kala sendiri tidak tahu siapa nama anak itu.

Kala menyeka keringat yang turun dipelipis menggunakan punggung tangan. Ia memilih menepi sebentar untuk duduk sekaligus mengikat tali sepatunya yang kendur.

Tidak lama para cowok ikut duduk. Begitu pun dengan Banu yang memilih duduk di samping Kala. Kala menarik napas ia perlahan melirik ke samping karena merasa ada yang memperhatikan. Kala perlahan menolehkan kepala menatap Banu. Dan benar saja cowok itu sedang menatap Kala terang-terangan dengan tatapan datar tanpa ekspresi.

Reflek Kala memundurkan tubuh dikarenakan jarak mereka yang begitu dekat saat Kala menoleh ke arah Banu. Banu masih menatap Kala mengamati setiap inci wajah Kala. Tidak ada percakapan di antara mereka hingga Banu tiba-tiba bertanya pada Kala. Yang membuat cewek itu terkejut.

"Lo sakit, Kal?"

Sekian detik kemudian Banu menempelkan tangan pada kening Kala. Pandangan mereka bertemu.

"Muka lo pucet." ucap Banu usai menurunkan tangan dari kening Kala.

"A—engga kok. Aku ga sakit." jawab Kala.

"Tapi muka lo pucet."

"Lo belum makan?" tanya Banu kembali.

Kala menatap Banu terkejut. Ah, bagaimana dia bisa tau jika dirinya memang belum makan? Apa menaruhnya orang belum makan dengan wajah pucat?

"LHO?! SIAPA YANG SURUH KALIAN DUDUK? EMANG TUGASNYA UDAH SELESAI?" teriak Bu Cecil yang tiba-tiba datang untuk melihat pekerjaan anak-anak.

Mereka pun langsung berdiri dan berlari. Untuk melakukan tugas mencabut rumput di pinggir lapangan. Bukannya mengikuti teman-temannya Banu malah menghampiri Bu Cecil.

"Bu, maaf teman saya sakit kayaknya. Boleh izin ke UKS?" Bu Cecil mendelik mendengar pernyataan Banu.

"Siapa?!" Banu menunjuk ke arah Kala yang sedang berjongkok mencabuti rumput dengan lemah.

Bu Cecil tampak memperhatikan Kala dati kejauhan. Ia terlihat memberi pertimbangan.

"Ya udah sana."

Banu merasa senang dibuatnya. Ia pun berlari kecil menghampiri Kala.

"Kal. Lo disuruh ke UKS kata Bu Cecil." Kala mendongak menatap Banu. Ia dibuat tercenung mendengar perkataan Banu barusan.

"Tapi..."

"Udah ga usah banyak tapi. Ayo gua anter lo ke UKS."

Kala pun berdiri perlahan. Banu beniat membantu tapi ditolak mentah-mentah oleh Kala. Mereka pun berpamitan pada Bu Cecil untuk pergi ke UKS.

"Kalo masih belum mendingan, pulang aja ya," ujar Bu Cecil ketika menyalami Kala.

"Iya bu, siap!" jawab Banu.

"Kala yang ibu suruh pulang! Bukan kamu!"

"Saya yang nganterin Kala deh bu kalo gitu. Biar sekalian bisa pulang."

"Yeee..." Bu Cecil menarik poni lembar Banu pelan.

"Udah sana anterin ke UKS!"

"Syiap, bunda!"

Sampai di UKS Banu pun membatu Kala untuk duduk di tempat tidur.

"Udah lo istirahat dulu. Gua mau ke kantin bentar,"  pungkas Banu.

Usai mengatakan itu Banu pun dengan cepat melesat ke kantin. Sedangkan Kala hanya bisa mengelus-elus dada. Mungkin ia cuma alasan bagi Banu supaya dia bisa pergi dari hukuman dan pergi ke kantin.

Kala memilih merebahkan tubuh di atas tempat tidur untuk tidak banyak berpikir. Yang jelas sekarang ia merasa pusing dan ingin muntah. Karena sejak bangun tidur ia tidak makan atau minum apapun. Dan mungkin sekarang ia sedang masuk angin.

Hampir setengah jam lebih Banu meninggalkan Kala di UKS sendirian. Saat hendak kembali ke UKS mendadak Bu Cecil memanggilnya untuk membantu teman-temannya yang masih dihukum. Padahal Banu sudah beralasan ingin kembali ke UKS untuk menjaga Kala. Tapi,Bu Cecil tidak percaya.

"Oke.. Besok-besok Kalo kalian terlambat lagi. Hukuman nya ibu tambah!"

"Sudah sana kembali ke kelas," ucap Bu Cecil.

Para cowok pun menyalami Bu Cecil. Dan kembali ke kelas. Namun, Banu, Ghani dan Nata memilih ke ruang UKS untuk ngadem sejenak. Bukan apa-apa, karena mereka merasa lelah habis hukum terlebih jika harus berpusing-pusing ria dengan mata pelajaran pertama.

Mata Kala terbuka ketika ada suara orang lain yang ia dengar. Suara yang benar-benar mengusik kenyamanan tidur Kala. Kala menguvek mata berkali-kali untuk memastikan.

Mengapa jadi banyak orang yang menunggu nya?

"Kok, kalian di sini?" tanya Kala yang sukses membuat Banu, Ghani dan Nata menoleh ke arah Kala secara bersamaan.

"Eh, lo udah bangun."

Banu mengambilkan teh hangat yang sengaja ia buat di ruang guru untuk Kala.

"Ini diminum dulu."

"E—"

"Udah minum."

Merasa tidak enak hati. Kala meminum teh pemberian Banu.

"Makasih," tutur Kala.

Banu hanya mengangguk kan kepala. Ia kembali mengecek kening Kala apa masih panas atau tidak. Saat itu mata mereka bertemu dan saat  kedipan mata yang ketiga kali.

"Ehem..." Itu suara Nata.

"Ohok... Ohok!" Dan itu suara Ghani yang menimpali Nata.

Kala tersadar dalam lamunanku usai menatap dua manik mata indah milik Banu. Suasana menjadi berbeda serta canggung, tatkala Ghani dan Nata menyadari sikap Banu dan Kala yang sedikit berbeda.

Tet... Tet... Tet...

Bel tanda jam pertama pembelajaran sudah berbunyi. Ghani dan Nata memilih untuk bangkit dari tempat duduk. Tidak ingin berlama-lama berada di ruang UKS sebab takut ketahuan Bu Cecil yang terkadang suka mengintip ke ruang UKS.

"Nu, kita mau ke kelas. Lo masih mau di sini?"

"Duluan nanti gua nyusul." Ghani dan Nata tidak banyak bertanya lagi. Mereka langsung pergi dari UKS.

"Em..."

Kala mengamati tingkah Banu ia menunggu Banu untuk berujar.

"Obatnya jangan lupa diminum ya.. Gua ke kelas dulu. Gak apa-apa kan gua tinggal?"

"Lho.. Banu?!"

"Kenapa kamu di sini?!" kata Bu Cecil dari ambang pintu membuat Banu terkejut dibuatnya.

Banu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia membalik badan melihat Bu Cecil.

"Ini saya mau ke kelas kok bu..."

"Dadah Kala.." Banu melambaikan tangan sebelum akhirnya mengambil tas menyampirkannya di bahu. Dan berlari kecil keluar dari UKS.

"Kala.. Kamu masih sakit, nak?" Bu Cecil mengecek suhu tubuh Kala menggunakan termometer yang baru saja diambil dari dalam kotak P3K.

Termometer itu menunjukkan suhu tubuh 37,3°c yang termasuk sudah dalam kategori demam.

"Kalo nanti belum turun juga demamnya. Lebih baik kamu pulang ya."

"Baik bu. Terima kasih."

"Ibu tinggal ya." Kala mengangguk kan kepala.

"Kala." panggil Banu sambil berjalan masuk ke dalam UKS.

Kala diam. Ia mengernyit bingung. Mengapa cowok itu datang lagi?

"Kala." panggil Banu lagi. Karena yang dipanggil tidak menjawab.

"Iyaa, kenapa, Banu?" tanya Kala pelan.

"Lo liat hp gua gak?"

Kala melirik, ia berusaha bangun dari tidur. Mungkin saja ponsel Banu tertindih olehnya.

"Kal, gua boleh pinjem hp lo?"

Kala dengan sigap memberikan ponsel nya pada Banu. Banu mengetikkan nomor nya pada ponsel Kala. Sebenarnya waktu itu Banu sudah menyimpan nomornya di ponsel Kala dan sengaja menelepon menggunakan nomor Kala. Tapi bodohnya nomor Kala malah tidak sengaja terhapus saat ia hendak menyimpan nomor Kala. Jadi Banu berinisiatif untuk berpura-pura kehilangan ponsel supaya bisa mendapatkan nomor Kala lagi.

Tidak Lama ponsel Banu berbunyi dari bawah tempat tidur UKS. Banu sengaja meletakkannya di sana. Saat Kala sibuk mencari ponselnya dari balik selimut.

"Eh, ini ada di bawah Kal."

"Jatuh ponsel nya di situ?" tanya Kala polos.

"Ah.. Iya Kal."

"Btw thanks ya!" Banu mengembalikan ponsel Kala.

"Oh iya. Gimana keadaan lo? Mau masuk kelas atau pulang?"

"Aku pulang kayaknya."

"Mau gua anterin?"

"Eh, engga usah. Ngerepotin nanti."

"Engga kok, kalo mau ayoo. Biar gua ada alasan buat keluar bentar."

"Engga. Makasih, aku nanti dijemput."

"Oh, sama cowok lo, ya?" tanya Banu menyelidik.

"Engga. Sama abang."

'Abang ojek online maksudnya, nu.' monolog Kala.

"Oh, gua kirain sama cowok lo. Ya udah gua balik kelas dulu ya. Lekas pulih Kalaa." Banu mengusak pucuk rambut kala. Sebelum akhirnya pamit balik ke kelas.

Beberapa saat setelah Banu pergi. Kala mengecek ponselnya. Mengetikkan nama Banu dipencarian whatsapp nya. Tidak menunggu waktu lama nama Banu muncul 'Banu si ganteng'. Kala tertawa kecil saat melihat nama itu.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perjalanan Move On Tata
484      329     0     
Short Story
Cinta, apasih yang bisa kita katakan tentang cinta. Cinta selalu menimbulkan rasa sakit, dan bisa juga bahagia. Kebanyakan penyakit remaja sekarang yaitu cinta, walaupun sudah pernah merasakan sakit karena cinta, para remaja tidak akan menghilangkan bahkan berhenti untuk bermain cinta. Itulan cinta yang bisa membuat gila remaja.
Your Secret Admirer
2297      796     2     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
PEREMPUAN ITU
542      377     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.
Phi
2108      843     6     
Science Fiction
Wii kabur dari rumah dengan alasan ingin melanjutkan kuliah di kota. Padahal dia memutus segala identitas dan kontak yang berhubungan dengan rumah. Wii ingin mencari panggung baru yang bisa menerima dia apa adanya. Tapi di kota, dia bertemu dengan sekumpulan orang aneh. Bergaul dengan masalah orang lain, hingga membuatnya menemukan dirinya sendiri.
Reminisensi Senja Milik Aziza
903      483     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
If Only
359      234     9     
Short Story
Radit dan Kyra sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Hingga suatu hari mereka bertengkar hebat dan berpisah, hanya karena sebuah salah paham yang disebabkan oleh pihak ketiga, yang ingin menghancurkan hubungan mereka. Masih adakah waktu bagi mereka untuk memperbaiki semuanya? Atau semua sudah terlambat dan hanya bisa bermimpi, "seandainya waktu dapat diputar kembali".
Nona Tak Terlihat
1738      1105     5     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...
HABLUR
615      316     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...
Kepada Gistra
518      388     0     
Short Story
Ratusan hari aku hanya terfokus mengejar matahari. Namun yang menunggu ku bukan matahari. Yang menyambutku adalah Bintang. Kufikir semesta mendukungku. Tapi ternyata, semesta menghakimi ku.
Kepercayaan sirna selamanya
729      499     2     
Short Story
kisah ini semoga bisa menginspirasi dan penulis berharap pembaca dapat mengambil hikmah dari cerpen tersebut secara tepat