Karena suasana hati yang buruk setelah bangun tidur pun, Mireya memilih ke Sekolah lebih pagi, tidak ikut breakfast, bahkan tidak membiarkan Cyntia mengantarnya di mana Kakak tiri-nya itu sering mengantar Mireya karena setiap pagi Cyntia pergi ke agensi tempatnya bernaung sebagai seorang model.
Alih-alih naik ojek seperti biasa, Mireya memilih berjalan kaki meski butuh waktu 30 menit ke sekolah. Mireya nikmati langit yang masih menampakkan bulan dengan udara sedikit dingin. Pagi ini masih sama dengan pagi biasanya, atau bahkan lebih buruk? Seharusnya di hari spesial Mireya menjadi manusia yang paling bahagia, namun siapa yang peduli Mireya bahagia atau tidak, bukan?
Setiap kali merasa sedih satu pemikiran selalu terlihat. Apa aku menyusul Mama saja? Dunia ini sesungguhnya terlalu melelahkan. Tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan sana, tentu Mireya tidak peduli namun langkahnya mendadak terhenti saat melihat Leo berjalan ke arahnya.
"Ternyata benar, aku kira salah orang," kata Leo.
"Kak Leo naik mobil? Biasanya naik motor," tanya Mireya hanya sekedar basa-basi.
"Sebaiknya kamu ikut aku, kita ke Sekolah bareng."
Mireya ragu. Pikiran Mireya melambung jauh, mulai memikirkan perasaan Audry. Seperti bagaimana perasaan Audry kalau melihat ia dan Leo berangkat bersama? Atau Audry bisa saja mendengarnya dari orang lain. Mengingat Audry yang sempat sekesal itu pada Leo, Mireya tidak ingin membuat hubungan kedua orang itu retak.
"Aku ...." sebelum Mireya melanjutkan ucapannya turun dari dalam mobil Mama-nya Leo yang menghampiri mereka berdua. Berdiri di samping Leo, tersenyum lembut pada Mireya yang mencoba tersenyum, namun sedikit canggung.
"Kamu pasti Mireya, ya?" Sembari menatap Mireya yang berpikiran bahwa wanita itu pasti Mama-nya Leo. Jadi seperti itu penampilan wanita yang sudah memberikannya bekal makan siang.
"Iya, Tante. Aku Mireya."
Tanpa diduga Mama-nya Leo berdiri di samping Mireya, merangkulnya. "Sebaiknya kamu ikut Leo ke Sekolah bareng." Mama-nya Leo mengajak Mireya berjalan. Tentu saja Mireya tidak bisa menolak.
Leo yang mengikuti dari belakang dengan wajah datar dan dinginnya, merasa senang dalam hati bahwa Mama-nya bisa membawa Mireya ikut bersama mereka. Mireya duduk di samping Leo, sementara Mama-nya Leo tentu duduk di samping Papa-nya Leo yang sibuk mengemudi.
"Ternyata Mireya lebih manis dari di foto," kata Mama-nya Leo yang posisi duduknya menyamping, agar lebih leluasa menatap Mireya.
Foto? Mireya menatap Leo sesaat. Apa kebetulan Leo memeriksa media sosialnya? Seperti itulah isi kepala Mireya. "Leo sering loh membicarakan kamu."
"Ma!" ucap Leo dengan nada tegas. Mengisyaratkan bahwa ia tidak ingin Mama-nya membicarakan hal yang satu itu.
Mireya yang mendengarnya pun sulit percaya. Untuk apa seorang Leo membicarakan Mireya pada Mama-nya? Mireya pikir tak ada hal luar biasa yang perlu dibagikan.
"Kamu sering ke Sekolah jalan kaki?" tanya Mama-nya Leo yang sepertinya tertarik dengan anak gadis satu itu.
"Kadang-kadang saja kok, Tan. Lebih sering naik ojek online karena cepat."
"Mama dengar Mireya suka dengan masakan Mama." Seraya tersenyum.
"Iya, soalnya enak."
"Lain kali Mama buatkan lagi."
"Gak, Tante. Nanti merepotkan."
"Nggak kok, justru Mama senang. Oh ya, walau kita baru pertama bertemu, kamu bisa panggil saya 'Mama'."
Leo menatap tak habis pikir Mama-nya yang terlalu melakukan pendekatan pada Mireya yang mungkin terbebani?
"Iya," ucap singkat Mireya yang sesungguhnya tak enak jika benar-benar melakukannya, terlepas dari Mama-nya Leo sendiri yang menyuruh.
Tak lama, mobil berhenti di depan gedung Sekolah. Turun Mama-nya Leo, Leo dan Mireya, sementara Papa-nya Leo berangkat kerja. Saat hendak melangkah masuk ke dalam, Audry yang baru datang menghampiri mereka.
"Ehh, putri cantik Mama." Mama-nya Leo memeluk Audry yang tersenyum manis.
"Mama ikut ke Sekolah juga," ucap Audry saat sudah tidak pelukan.
"Ada sedikit urusan sama kepala sekolah. Audry sudah sarapan?"
"Sudah, Ma."
Mireya yang melihat interaksi keduanya merasa bahwa keduanya sudah sangat dekat lebih dari sekedar wanita itu Ibu dari teman-nya. Mireya pikir sikap baik Leo menurun dari Mama-nya. Mama-nya Leo berjalan masuk bersama Audry yang diajaknya ngobrol, sementara Leo dan Mireya mengikuti di belakang.
"Mireya!" panggil seseorang dari arah belakang, membuat Mireya menghentikan langkah kaki begitu pun Leo. Kedua orang itu menoleh ke arah sumber suara di mana Kinanti berjalan cepat menghampiri mereka.
"Masih pagi sudah lihat kalian bersama saja," ujar Kinanti yang asal bicara namun tersenyum menggoda. Lalu mengambil sesuatu dari dalam ransel.
Sebuah kotak putih dengan pita pink disodorkannya pada Mireya. "Selamat ulang tahu, Mi."
Mireya tersenyum, bahagia karena masih ada yang mengingat hari lahirnya. "Terima kasih, Kin." Sembari mengambil kotak itu.
Jadi hari ini ulang tahun Mireya?! Seharusnya aku mencari tahu sebelumnya. Leo pun berakhir kecewa pada diri sendiri karena jangankan hadiah, ucapan selamat ulang tahun saja belum ia ucapkan pada gadis yang selama ini memenuhi isi kepalanya.
Mireya dan kinanti jalan bersama sementara Leo berjalan di belakang. "Sudah dapat berapa kado?" tanya Kinanti.
"Jangankan kado, siapa yang ingat selain kamu?"
"Loh, Papa kamu?"
"Sudahlah, kita gak usah bahas itu."
.
.
Mireya sudah berada di dalam taksi bersama Leo di sampingnya. Leo mengajak Mireya pergi setelah sekolah selesai. Entah akan pergi ke mana...
Sekitar 20 menit mereka tiba di depan sebuah Restaurant yang dari luar saja kelihatan berkelas. Saat melangkah masuk Mireya dan Leo langsung disuguhi desain interior bertemakan klasik. "Atas nama Leo?" tanya salah seorang karyawan yang menghampiri Leo.
"Iya."
"Mari ikut saya!" Mereka berdua pun mengikuti karyawan yang masih terlihat muda.
Mereka pun diarahkan pada salah satu meja yang telah dipesan Leo sebelumnya. Meja yang berada dekat piano besar berwarna putih itu yang mengingatkan Mireya pada pertunjukkan Leo di sekolah.
"Kenapa? Kamu mau memainkannya?" tanya Leo sembari menatap Mireya yang terus menatap piano itu.
"Aku? Mana bisa. Hanya saja aku teringat penampilan Kak Leo pada saat itu yang memukau."
"Kasih rating dong, sebagus apa penampilanku."
"Mmm ... 100/100? Perfect performance." Mireya tersenyum.
"Kalau dikasih kesempatan apa kamu mau melihatnya lagi?"
"Tentu, tapi nggak tahu kapan aku bisa melihatnya lagi."
Tiba-tiba Leo berjalan ke arah piano, duduk di kursi. "Apa dia akan menyanyikan lagu yang sama?" gumam Mireya yang tak menyangka bahwa Leo akan mewujudkannya saat ini juga.
Jari jemari Leo mulai menekan nuts piano, menciptakan nada yang sama dengan saat di Sekolah itu. Mireya larut dalam suasana. Merasakan kedamaian dalam dirinya.
Ku ingin kau jadi milikku
Temani diriku seumur hidupku
Dan ku berjanji tak akan sakiti
Kau yang kucinta sepenuh hati
Biarkan semua manusia
Jadi saksi nyata
Bahwa memilikimu adalah
Anug'rah terindah untuk diriku
Sesaat Leo menoleh ke arah Mireya yang terlihat bahagia. Selesai dengan permainan piano dan lagu yang dinyanyikan, Leo kembali duduk di kursi-nya. Mengeluarkan sebuah kotak dari saku jaket bahannya.
Menyodorkannya pada Mireya. "Happy birthday, Mireya." Sembari membuka kotak itu yang isinya sebuah gelang yang nampak cantik. Mireya pun memasang wajah terkejut. Siapa sangka bahwa Leo akan tahu hari ulang tahunya? Bahkan sampai memberi hadiah.