Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

"Enak." Seraya tersenyum.

"Bagus deh kalau kamu bisa menikmatinya."

"Berharap bisa dibuatkan lagi."

"Nanti aku bilang Mama."

Mireya yang mendengar itu langsung menggelengkan kepala. "Nggak, Kak. Aku cuma bercanda."

"Beneran juga gakpapa, Mama pasti gak masalah."

Willy dan Kinanti? Di tengah makannya mereka menjadi penonton yang baik. Memberikan ruang untuk Leo dan Mireya berinteraksi.

Namun, makan siang yang awalnya menenangkan itu menjadi kacau! Datang Bianca bersama temannya itu yang selalu mengikuti. Tanpa sopan santun, Bianca menarik tangan Mireya hingga Mireya berdiri. Lalu, gadis itu menempati kursi Mireya. Mireya pun hanya bisa menghela nafas, sudah tak heran dengan sikap Bianca, karena memang terkenal dengan kebucinannya pada Leo. Berbeda dengan Kinanti yang tengah menahan rasa kesalnya. Menatap tajam Bianca yang mulai melingkarkan tangannya pada lengan Leo.

"Seharusnya Kak Leo ngajak-ngajak aku kalau mau makan, biar kita bisa makan bareng." Dengan nada manja, dibuat imut.

Leo melepaskan tangan Bianca dengan kasar, lalu melangkah pergi dari sana tanpa menghabiskan nasi goreng seafoodnya. Willy pun melakukan hal yang sama dengan hanya mampu menggelengkan kepala. Sampai kapan Bianca akan menjadi orang yang selalu merusak suasana? Seperti itulah kira-kira yang ada dalam kepala Willy.

Bianca pergi tanpa berbicara sepatah kata pun pada Mireya, bahkan bersikap seolah Mireya tak ada di sana. "Sumpah tuh orang bikin orang yang tadinya darah rendah jadi darah tinggi!" ucap Kinanti sembari menatap Bianca yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Audry yang berada di meja lain, melihatnya tanpa berniat ikut campur. "Aku pikir Leo benar-benar serius," kata Andrea sembari menatap Audry yang berada di hadapannya.

"Biarkan saja," ucap Audry acuh tak acuh.

"Beneran biarkan seperti itu saja?" tanya Andrea dengan wajah tak yakin.

"Terus aku harus gimana? Bilang kalau aku gak suka Leo dekat sama Mireya?" Dengan raut wajah kesal karena Andrea terus saja membahasnya.

Alih-alih menjawab pertanyaan itu, Andrea memilih menikmati makanannya. Leo dan Willy datang ke meja mereka dengan Leo yang duduk di samping Andrea, dan Willy di samping Audry. Tiba-tiba Willy mengambil dua buah kerupuk di piring Audry yang sedang makan nasi goreng biasa.

"Le, gue mau tanya, lo serius sama Mireya? Beberapa kali gue lihat lo mencoba mendekatinya," tanya Andrea sembari menatap Leo dengan tatapan serius.

"Mm, karena Mireya beda dari perempuan lain yang pernah gue temui."

Mendengar itu, Audry membatin jadi beda dari aku juga? Maksudnya aku gak lebih baik dari Mireya? Audry letakkan sendok dan garpu di piring yang masih ada sedikit nasi goreng. Tanpa kata, Audry menghilang dari sana. Membuat Leo dan Willy menatap heran namun tidak dengan Andrea tahu alasan Audry seperti itu.

"Audry serius banget kali ini, Le. Entah kapan rasa kesalnya reda," kata Willy sembari menatap Leo.

Selesai makan, Mireya dan Kinanti berpisah karena Mireya harus ke Toilet dahulu. Selesai membuang air kecil, saat hendak membuka pintu, pintu terkunci! Bagaimana bisa...

Beberapa menit telah berlalu, dan Mireya masih dengan kegiatan mengetuk-ngetuk pintu. "Siapa pun yang ada di luar tolong bukain dong!" ucap Mireya dengan wajah terlihat mulai lelah. Entah apa yang terjadi, tak ada satu pun manusia yang ada di Toilet sejak tadi kecuali Mireya. Mireya semakin gelisah saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Kelas sudah dimulai sejak 1 jam lalu, dan Mireya masih terkunci dalam Toilet.

Kinanti cemas lantaran Mireya belum juga kembali. Takut sesuatu terjadi pada sahabatnya itu. "Mireya belum juga kembali?" tanya seorang guru perempuan yang masih terlihat muda itu sembari duduk.

"Belum, Bu. Saya izin mencarinya ya, Bu?"

"Ya sudah, Ibu izinkan." Secepat kilas Kinanti menghilang dari sana.

Ketika sedang jalan menuju Toilet, Kinanti bertemu Leo yang entah habis dari mana. "Kak Leo lihat Mireya gak?"

"Bukannya seharusnya di Kelas?"

"Beberapa menit sebelum bel masuk Mireya ke Toilet dan sampai sekarang belum juga kembali."

Sontak Leo mengkhawatirkan Mireya. Ikut Kinanti mencari Mireya. Sampainya di depan Toilet, Leo memilih menunggu di luar. Kinanti mengecek setiap bilik di mana kosong hingga bilik terakhir yang terkunci.

"Mireya? Mireya kamu di dalam?" Sembari mengetuk-ngetuk pintu dengan wajah cemas.

"Kin? Kinanti ...." ujar Mireya dengan suara sedikit lemah.

"Kamu terkunci di dalam?"

"Iya, aku gak bisa membukanya."

Kinanti mencoba membuka, namun nihil. Kinanti pun menghampiri Leo untuk membuka pintu tapi yang Leo tahu hanya pilihan mendobraknya. "Menjauh dari pintu!" Leo mendobraknya dengan kesadaran penuh.

Mireya langsung melangkah keluar, memeluk Kinanti dengan wajah lega. "Sekarang kamu aman, Mi," ucap Kinanti sembari mengelus lembut punggung Mireya.

Mireya melepas pelukannya. "Terima kasih sudah mencari aku." Sembari menatap Kinanti.

"Gak perlu berterima kasih."

Mireya menoleh ke arah Leo yang tengah menatapnya. "Terima kasih Kak sudah ikut mencari aku."

"Gak masalah."

Mereka bertiga pun melangkah keluar dari dalam sana.
.
.

Sebentar lagi jam 12 malam, Mireya belum tidur. Sedang melihat album foto saat ia kecil. Foto-foto yang isinya lebih sering diambil saat perayaan kecil seperti—ulang tahun Mireya, dan tahun baru. Walau tak semua hal Mireya ingat, namun ia masih ingat betul betapa baiknya Mama-nya dan Mireya selalu merindukan saat-saat itu. Mireya sekarang hanya sendiri walau di Rumah yang cukup besar itu terdapat Papa, Ibu tiri dan Kakak tiri-nya.

Teng

Jam telah menunjukkan pukul 00.00 di mana tanggal sudah berganti menjadi 23 maret, ulang tahun Mireya. "Selamat ulang tahun, Mireya," gumam Mireya dengan wajah sendu sembari menatap foto saat dirinya berulang tahun yang ke-6.

Di luar sana terdengar suara berisik. Mireya sudah tahu suara berisik apa, namun Mireya tetap memilih keluar. Melangkah ke arah Kamar sebelah di mana Kamar Cyntia yang pintunya terbuka. Mireya berdiri di depan pintu dengan tatapan menyedihkan. Ibu tiri-nya bahkan Papa kandungnya tengah memberikan kejutan pada Cyntia yang lahir di tanggal yang sama dengan Mireya. Sebuah kue cokelat itu sedang dipotong Cyntia dengan wajah gembira.

Iri? Tentu saja. Mireya juga ingin ulang tahunya dirayakan cukup hanya seperti itu saja. Ada seseorang yang memberinya kue cokelat. Namun, bahkan seorang Papa yang Mireya harapkan akan melakukannya, lebih memilih ikut memberi kejutan pada anak tiri-nya!

"Mireya?! Sini, Kakak mau kasih kamu cake-nya juga."

Mireya melangkah dengan hati yang cukup terasa perih. "Selamat ulang tahun, Kak." Mireya bahkan mencoba tersenyum.

"Terima kasih." Seraya tersenyum. Cyntia berikan sepotong kue pada Mireya setelah memberikannya pada Mama dan Papa-nya itu. Mireya mengambilnya langsung menggunakan tangan.

"Kalau gitu, aku kembali ke Kamar, Kak."

"Iya."

Sampainya di Kamar, duduk di tepi ranjang, alih-alih membuang kue yang menyakiti hatinya, Mireya memakannya dengan air mata yang perlahan turun membasahi pipi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Psikiater-psikiater di Dunia Skizofrenia
1320      785     0     
Inspirational
Sejak tahun 1998, Bianglala didiagnosa skizofrenia. Saat itu terjadi pada awal ia masuk kuliah. Akibatnya, ia harus minum obat setiap hari yang sering membuatnya mengantuk walaupun tak jarang, ia membuang obat-obatan itu dengan cara-cara yang kreatif. Karena obat-obatan yang tidak diminum, ia sempat beberapa kali masuk RSJ. Di tengah perjuangan Bianglala bergulat dengan skizofrenia, ia berhas...
Menanti Kepulangan
44      40     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
Maju Terus Pantang Kurus
1236      686     3     
Romance
Kalau bukan untuk menyelamatkan nilai mata pelajaran olahraganya yang jeblok, Griss tidak akan mau menjadi Teman Makan Juna, anak guru olahraganya yang kurus dan tidak bisa makan sendirian. Dasar bayi! Padahal Juna satu tahun lebih tua dari Griss. Sejak saat itu, kehidupan sekolah Griss berubah. Cewek pemalu, tidak punya banyak teman, dan minderan itu tiba-tiba jadi incaran penggemar-penggemar...
No Longer the Same
427      316     1     
True Story
Sejak ibunya pergi, dunia Hafa terasa runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulu hangat dan penuh tawa kini hanya menyisakan gema langkah yang dingin. Ayah tirinya membawa perempuan lain ke dalam rumah, seolah menghapus jejak kenangan yang pernah hidup bersama ibunya yang wafat karena kanker. Kakak dan abang yang dulu ia andalkan kini sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan ayah kandungnya terlalu jauh ...
Fidelia
2157      940     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Happy Death Day
596      334     81     
Inspirational
"When your birthday becomes a curse you can't blow away" Meski menjadi musisi adalah impian terbesar Sebastian, bergabung dalam The Lost Seventeen, sebuah band yang pada puncak popularitasnya tiba-tiba diterpa kasus perundungan, tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Namun, takdir tetap membawa Sebastian ke mikrofon yang sama, panggung yang sama, dan ulang tahun yang sama ... dengan perayaan h...
Can You Be My D?
97      87     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Monologue
633      431     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
1191      565     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
7°49′S 112°0′E: Titik Nol dari Sebuah Awal yang Besar
465      317     0     
Inspirational
Di masa depan ketika umat manusia menjelajah waktu dan ruang, seorang pemuda terbangun di dalam sebuah kapsul ruang-waktu yang terdampar di koordinat 7°49′S 112°0′E, sebuah titik di Bumi yang tampaknya berasal dari Kota Kediri, Indonesia. Tanpa ingatan tentang siapa dirinya, tapi dengan suara dalam sistem kapal bernama "ORIGIN" yang terus membisikkan satu misi: "Temukan alasan kamu dikirim ...