Ketika Mireya menuruni tangga pagi itu dengan pakaian sekolah, muncul Cyntia dengan kopernya. Cyntia tersenyum pada Mireya setelah seminggu tidak bertemu. Tentu Mireya membalasnya. "Sudah mau berangkat ya?" tanya Cyntia.
"Iya, Kak."
"Bisa tunggu sebentar? Kakak ada oleh-oleh yang bisa kamu bagi sama Kinanti."
"Iya." Cyntia tinggalkan Mireya yang memilih duduk di sofa single.
Tidak membutuhkan waktu lama, Cyntia datang dengan 2 buah paper bag yang langsung diberikan pada Mireya. "Ada dua kotak cokelat, satunya bisa kamu kasih Kinanti."
"Iya, Kak. Kalau gitu aku pergi sekolah dulu." Mireya berdiri dari duduk, melangkah pergi dari hadapan Cyntia yang tak berkata lagi.
Saat Mireya sedang memakai sepatu terlihat sebuah motor metik berhenti tepat di depan pagar. Melihat jaket hijau itu Mireya langsung tahu bahwa itu ojek online pesanannya. Mireya pun segera menghampiri.
Di kediaman Leo, Leo terlihat sudah rapi dengan seragam sekolah, sedang menikmati sarapan bersama Papa-nya yang sudah rapi dengan setelan jas kantor. Mama-nya yang masih memakai celemek, menghentikan langkah kaki di samping Leo. Meletakkan 2 paper bag di hadapan Leo. "Sejak kapan Mama buatkan aku bekal sekolah?" tanya Leo dengan tatapan heran.
"Yang satu tentu untuk Audry, satunya lagi untuk Mireya."
"Siapa Mireya? Papa baru dengar," tanya Papa-nya di sela makan.
"Itu loh Pa gadis yang disukai Leo," ucap Mama-nya dengan wajah menggoda Leo.
"Jadi sudah memasuki era Leo jatuh cinta?!" ujar Papa-nya yang menggoda Leo juga.
"Pantas saja Mama sama Papa jodoh, sefrekuensi sih." Leo ambil tas dan dua paper bag itu, mencium punggung tangan Papa dan Mama-nya bergantian.
Mama-nya tersenyum sembari menatap kepergian sang anak. "Mama sudah lihat orangnya?" tanya suami pada istri-nya.
"Lihat dari foto yang dikasih tahu Leo. Cantik dan manis loh, Pa."
Sesampainya di Sekolah tentu Mireya langsung menuju Kelas yang baru ada sebagian murid. Terpantau Kinanti belum datang. Mireya meletakkan tas di atas meja, lalu mendudukkan diri.
"Mireya," panggil seorang siswi, teman sekelasnya sekaligus anggota osis juga, yang menghampiri Mireya.
"Kenapa?"
"Sudah menentukan kita akan makan-makan di mana?"
"Padahal aku sih terserah kalian."
"Hotpot saja gimana? Mumpung dibayarin Pak Surya. Pasti gak masalah lah."
"Kamu tanya yang lain saja, kalau mereka setuju aku ikut."
"Okay, aku tanyain dulu." Siswi itu pergi dari hadapan Mireya, duduk di kursi-nya.
Manik mata Mireya tertuju ke arah pintu Kelas di mana Kinanti baru datang. Kinanti letakkan tas di atas meja, lalu duduk di samping Mireya. "Tumben baru datang, biasanya kamu duluan." Sembari menatap Kinanti.
"Kesiangan gara-gara maraton drakor baru 5 episode. Tapi, untungnya gak telat." Kinanti menghela nafas.
Mireya mengambil sesuatu dari dalam ransel-nya di mana paper bag yang sebelumnya diberikan Cyntia. Mireya sodorkan paper bag pada Kinanti. "Apa nih?" tanya Kinanti sembari mengambil.
"Cokelat dari Kak Cyntia."
Cyntia keluarkan isi paper bag. "Cokelat Paris nih!" Sembari menatap kotak cokelat dengan mata berbinar.
"Dari kotaknya kayaknya enak," ujar Mireya.
"Sampaikan ucapan terima kasih aku sama Kak Cyntia, Mi."
"Iya."
Tiba-tiba semua mata tertuju pada sesosok lelaki yang baru saja memasuki Kelas. Wajah-wajah memuja itu penasaran dengan kedatangan Leo. Hingga Leo menghentikan langkah kaki di hadapan Mireya yang terheran-heran. Leo letakkan paper bag di meja. "Makan siang untuk kamu dari Mama aku," ujar Leo dengan wajah datar.
"Dari Mama, Kak Leo?" Mireya pun bingung kenapa Mama-nya Leo memberikannya bekal makan siang? Seingat Mireya, ia tidak mengenal sama sekali Mama-nya Leo.
Sebelum Mireya bertanya perihal kebingungannya lebih lanjut, Leo pergi dari sana. "Cepat banget Mi sudah dalam tahap berkenalan sama orang tua calon pacar, atau memang sudah jadi pacar?" goda Kinanti.
"Sumpah ya Kin, aku sendiri bingung. Kenapa tiba-tiba Mama nya kasih aku bekal? Alasannya apa? Kita bahkan belum pernah bertemu."
"Kalau pun kalian sudah pernah bertemu bukan kah hanya sebatas 2 orang asing yang kebetulan satu tempat?" Kinanti pun mengungkapkan kebingungannya.
Saat melihat Audry yang sudah datang Leo langsung ke meja Audry. Meletakkan paper bag di meja. "Bekal makan siang dari Mama," ujar Leo.
"Sampaikan terima kasih aku," ucap Audry tanpa menatap Leo. Mengeluarkan sebuah buku dari dalam ransel, mengabaikan Leo. Audry masih marah pada Leo perihal kejadian depan UKS.
Willy berdiri di samping Leo, merangkulnya. "Sudah lah Dry jangan marah lagi, kasihan Leo. Bingung dia cara buat kamu gak marah lagi," kata Willy.
Audry hanya diam dengan terus membaca buku, dan Leo pun kembali ke mejanya begitu pun Willy.
.
.
Menemani Kinanti makan di Kantin, Mireya bawa bekal dari Mama-nya Leo. Menempati salah satu meja di mana Kantin sudah ramai. Mireya buka kotak bekal yang isinya telur gulung, ayam goreng tepung yang dimasak dengan saus, dan capcay. Makanan Rumahan sekali. "Mau juga dibuatkan bekal," kata Kinanti yang lagi-lagi menggoda Mireya.
"Tukeran gimana? Mie ayam kamu buat aku," saran Mireya.
"Gak boleh, Mi! Itu namanya gak menghormati yang ngasih."
"Bercanda kok."
Mie ayam pesanan Kinanti pun datang dan Kinanti langsung menikmatinya begitu pun Mireya yang tengah merasakan masakan Mama-nya Leo.
"Gimana masakan calon Mama mertua?"
"Kin!"
"Canda, bestie."
"Mau cobain? Enak tahu."
"Penasaran juga." Kinanti pun mencoba sedikit dan langsung memuji masakan yang enak itu.
"Hai, girls!" ucap Willy yang datang bersama Leo.
"Mau gabung ya? Silakan, masih ada bangku yang kosong," kata Kinanti sembari menatap Leo dan Willy, bergantian.
"Nanti, kita pesan makanan dulu," ujar Willy yang menarik Leo pergi dari sana.
"Bukan kah Kak Leo terlalu sering muncul di hadapan kamu?"
Mireya memilih diam dengan terus menikmati makan siangnya itu. Tidak lama kemudian, Leo dan Willy kembali muncul dengan masing-masing memegang piring. Leo duduk di samping Mireya sedangkan Willy tentu di samping Kinanti.
"Kak Leo makan nasi goreng seafood," kata Kinanti sembari menatap piring Leo.
"Selalu, kayak gak ada makanan lain," ujar Willy yang tengah makan ketoprak.
"Kenapa? Ada alasan lain kah?" tanya Kinanti yang asal tanya.
"Katanya sih karena rasa nasi goreng seafood itu mirip dengan buatan Kakeknya yang dulu suka masakin nasi goreng seafood dan sayangnya sekarang sudah gak bisa lagi memasakan untuk Leo," kata Willy yang lagi-lagi menggantikan Leo bicara.
"Kenapa?" tanya Kinanti sembari menatap Willy. Lalu, memasukkan sesendok mie ayam ke dalam mulut.
"Kakek-nya sudah meninggal."
Seketika Kinanti diam, tak berniat bertanya lagi. Seolah merasa bersalah.
"Gimana masakan Mama aku?" tanya Leo yang akhirnya bersuara, sembari menatap Mireya.