Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

Ketika Mireya menuruni tangga pagi itu dengan pakaian sekolah, muncul Cyntia dengan kopernya. Cyntia tersenyum pada Mireya setelah seminggu tidak bertemu. Tentu Mireya membalasnya. "Sudah mau berangkat ya?" tanya Cyntia.

"Iya, Kak."

"Bisa tunggu sebentar? Kakak ada oleh-oleh yang bisa kamu bagi sama Kinanti."

"Iya." Cyntia tinggalkan Mireya yang memilih duduk di sofa single.

Tidak membutuhkan waktu lama, Cyntia datang dengan 2 buah paper bag yang langsung diberikan pada Mireya. "Ada dua kotak cokelat, satunya bisa kamu kasih Kinanti."

"Iya, Kak. Kalau gitu aku pergi sekolah dulu." Mireya berdiri dari duduk, melangkah pergi dari hadapan Cyntia yang tak berkata lagi.

Saat Mireya sedang memakai sepatu terlihat sebuah motor metik berhenti tepat di depan pagar. Melihat jaket hijau itu Mireya langsung tahu bahwa itu ojek online pesanannya. Mireya pun segera menghampiri.

Di kediaman Leo, Leo terlihat sudah rapi dengan seragam sekolah, sedang menikmati sarapan bersama Papa-nya yang sudah rapi dengan setelan jas kantor. Mama-nya yang masih memakai celemek, menghentikan langkah kaki di samping Leo. Meletakkan 2 paper bag di hadapan Leo. "Sejak kapan Mama buatkan aku bekal sekolah?" tanya Leo dengan tatapan heran.

"Yang satu tentu untuk Audry, satunya lagi untuk Mireya."

"Siapa Mireya? Papa baru dengar," tanya Papa-nya di sela makan.

"Itu loh Pa gadis yang disukai Leo," ucap Mama-nya dengan wajah menggoda Leo.

"Jadi sudah memasuki era Leo jatuh cinta?!" ujar Papa-nya yang menggoda Leo juga.

"Pantas saja Mama sama Papa jodoh, sefrekuensi sih." Leo ambil tas dan dua paper bag itu, mencium punggung tangan Papa dan Mama-nya bergantian.

Mama-nya tersenyum sembari menatap kepergian sang anak. "Mama sudah lihat orangnya?" tanya suami pada istri-nya.

"Lihat dari foto yang dikasih tahu Leo. Cantik dan manis loh, Pa."

Sesampainya di Sekolah tentu Mireya langsung menuju Kelas yang baru ada sebagian murid. Terpantau Kinanti belum datang. Mireya meletakkan tas di atas meja, lalu mendudukkan diri.

"Mireya," panggil seorang siswi, teman sekelasnya sekaligus anggota osis juga, yang menghampiri Mireya.

"Kenapa?"

"Sudah menentukan kita akan makan-makan di mana?"

"Padahal aku sih terserah kalian."

"Hotpot saja gimana? Mumpung dibayarin Pak Surya. Pasti gak masalah lah."

"Kamu tanya yang lain saja, kalau mereka setuju aku ikut."

"Okay, aku tanyain dulu." Siswi itu pergi dari hadapan Mireya, duduk di kursi-nya.

Manik mata Mireya tertuju ke arah pintu Kelas di mana Kinanti baru datang. Kinanti letakkan tas di atas meja, lalu duduk di samping Mireya. "Tumben baru datang, biasanya kamu duluan." Sembari menatap Kinanti.

"Kesiangan gara-gara maraton drakor baru 5 episode. Tapi, untungnya gak telat." Kinanti menghela nafas.

Mireya mengambil sesuatu dari dalam ransel-nya di mana paper bag yang sebelumnya diberikan Cyntia. Mireya sodorkan paper bag pada Kinanti. "Apa nih?" tanya Kinanti sembari mengambil.

"Cokelat dari Kak Cyntia."

Cyntia keluarkan isi paper bag. "Cokelat Paris nih!" Sembari menatap kotak cokelat dengan mata berbinar.

"Dari kotaknya kayaknya enak," ujar Mireya.

"Sampaikan ucapan terima kasih aku sama Kak Cyntia, Mi."

"Iya."

Tiba-tiba semua mata tertuju pada sesosok lelaki yang baru saja memasuki Kelas. Wajah-wajah memuja itu penasaran dengan kedatangan Leo. Hingga Leo menghentikan langkah kaki di hadapan Mireya yang terheran-heran. Leo letakkan paper bag di meja. "Makan siang untuk kamu dari Mama aku," ujar Leo dengan wajah datar.

"Dari Mama, Kak Leo?" Mireya pun bingung kenapa Mama-nya Leo memberikannya bekal makan siang? Seingat Mireya, ia tidak mengenal sama sekali Mama-nya Leo.

Sebelum Mireya bertanya perihal kebingungannya lebih lanjut, Leo pergi dari sana. "Cepat banget Mi sudah dalam tahap berkenalan sama orang tua calon pacar, atau memang sudah jadi pacar?" goda Kinanti.

"Sumpah ya Kin, aku sendiri bingung. Kenapa tiba-tiba Mama nya kasih aku bekal? Alasannya apa? Kita bahkan belum pernah bertemu."

"Kalau pun kalian sudah pernah bertemu bukan kah hanya sebatas 2 orang asing yang kebetulan satu tempat?" Kinanti pun mengungkapkan kebingungannya.

Saat melihat Audry yang sudah datang Leo langsung ke meja Audry. Meletakkan paper bag di meja. "Bekal makan siang dari Mama," ujar Leo.

"Sampaikan terima kasih aku," ucap Audry tanpa menatap Leo. Mengeluarkan sebuah buku dari dalam ransel, mengabaikan Leo. Audry masih marah pada Leo perihal kejadian depan UKS.

Willy berdiri di samping Leo, merangkulnya. "Sudah lah Dry jangan marah lagi, kasihan Leo. Bingung dia cara buat kamu gak marah lagi," kata Willy.

Audry hanya diam dengan terus membaca buku, dan Leo pun kembali ke mejanya begitu pun Willy.
.
.

Menemani Kinanti makan di Kantin, Mireya bawa bekal dari Mama-nya Leo. Menempati salah satu meja di mana Kantin sudah ramai. Mireya buka kotak bekal yang isinya telur gulung, ayam goreng tepung yang dimasak dengan saus, dan capcay. Makanan Rumahan sekali. "Mau juga dibuatkan bekal," kata Kinanti yang lagi-lagi menggoda Mireya.

"Tukeran gimana? Mie ayam kamu buat aku," saran Mireya.

"Gak boleh, Mi! Itu namanya gak menghormati yang ngasih."

"Bercanda kok."

Mie ayam pesanan Kinanti pun datang dan Kinanti langsung menikmatinya begitu pun Mireya yang tengah merasakan masakan Mama-nya Leo.

"Gimana masakan calon Mama mertua?"

"Kin!"

"Canda, bestie."

"Mau cobain? Enak tahu."

"Penasaran juga." Kinanti pun mencoba sedikit dan langsung memuji masakan yang enak itu.

"Hai, girls!" ucap Willy yang datang bersama Leo.

"Mau gabung ya? Silakan, masih ada bangku yang kosong," kata Kinanti sembari menatap Leo dan Willy, bergantian.

"Nanti, kita pesan makanan dulu," ujar Willy yang menarik Leo pergi dari sana.

"Bukan kah Kak Leo terlalu sering muncul di hadapan kamu?"

Mireya memilih diam dengan terus menikmati makan siangnya itu. Tidak lama kemudian, Leo dan Willy kembali muncul dengan masing-masing memegang piring. Leo duduk di samping Mireya sedangkan Willy tentu di samping Kinanti.

"Kak Leo makan nasi goreng seafood," kata Kinanti sembari menatap piring Leo.

"Selalu, kayak gak ada makanan lain," ujar Willy yang tengah makan ketoprak.

"Kenapa? Ada alasan lain kah?" tanya Kinanti yang asal tanya.

"Katanya sih karena rasa nasi goreng seafood itu mirip dengan buatan Kakeknya yang dulu suka masakin nasi goreng seafood dan sayangnya sekarang sudah gak bisa lagi memasakan untuk Leo," kata Willy yang lagi-lagi menggantikan Leo bicara.

"Kenapa?" tanya Kinanti sembari menatap Willy. Lalu, memasukkan sesendok mie ayam ke dalam mulut.

"Kakek-nya sudah meninggal."

Seketika Kinanti diam, tak berniat bertanya lagi. Seolah merasa bersalah.

"Gimana masakan Mama aku?" tanya Leo yang akhirnya bersuara, sembari menatap Mireya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Trust Me
58      51     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
Solita Residen
1458      807     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...
Andai Kita Bicara
574      458     3     
Romance
Revan selalu terlihat tenang, padahal ia tak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Alea selalu terlihat ceria, padahal ia terus melawan luka yang tak kasat mata. Dua jiwa yang sama-sama hilang arah, bertemu dalam keheningan yang tak banyak bicaratetapi cukup untuk saling menyentuh. Ketika luka mulai terbuka dan kenyataan tak bisa lagi disembunyikan, mereka dihadapkan pada satu pilihan: tetap ...
Yu & Way
134      109     5     
Science Fiction
Pemuda itu bernama Alvin. Pendiam, terpinggirkan, dan terbebani oleh kemiskinan yang membentuk masa mudanya. Ia tak pernah menyangka bahwa selembar brosur misterius di malam hari akan menuntunnya pada sebuah tempat yang tak terpetakan—tempat sunyi yang menawarkan kerahasiaan, pengakuan, dan mungkin jawaban. Di antara warna-warna glitch dan suara-suara tanpa wajah, Alvin harus memilih: tet...
Kelana
649      470     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Premonition
547      344     10     
Mystery
Julie memiliki kemampuan supranatural melihat masa depan dan masa lalu. Namun, sebatas yang berhubungan dengan kematian. Dia bisa melihat kematian seseorang di masa depan dan mengakses masa lalu orang yang sudah meninggal. Mengapa dan untuk apa? Dia tidak tahu dan ingin mencari tahu. Mengetahui jadwal kematian seseorang tak bisa membuatnya mencegahnya. Dan mengetahui masa lalu orang yang sudah m...
Metanoia
46      39     0     
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
Bisikan yang Hilang
63      57     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
Kaca yang Berdebu
94      75     1     
Inspirational
Reiji terlalu sibuk menyenangkan semua orang, sampai lupa caranya menjadi diri sendiri. Dirinya perlahan memudar, seperti bayangan samar di kaca berdebu; tak pernah benar-benar terlihat, tertutup lapisan harapan orang lain dan ketakutannya sendiri. Hingga suatu hari, seseorang datang, tak seperti siapa pun yang pernah ia temui. Meera, dengan segala ketidaksempurnaannya, berjalan tegak. Ia ta...
Finding the Star
1151      867     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...