Semua orang telah memadati setiap bangku begitu pun dengan Mireya yang sudah duduk bersama Kinanti dan Salsa yang berada di kanan-kirinya. Tirai panggung di buka tanda drama telah dimulai! Harap untuk tenang dan memperhatikan..
Mireya mencoba fokus memperhatikan penampilan mereka, namun rasa nyeri pada perutnya sungguh mengganggu. Nggak, Mi. Kamu harus tahan!
Setengah pertunjukkan telah berjalan dan wajah Mireya sudah sedikit pucat tanpa ada yang menyadari. Mireya mati-matian menahan nyeri pada perut dengan kedua tangan yang sedikit menekan bagian perut. Peluh pun sudah membasahi kening Mireya di tengah Aula yang terasa dingin.
Di tengah rasa yang menyiksa itu Mireya yang memperhatikan betul-betul Leo, merasa bangga. Bahwa mempercayai Leo bukanlah hal yang buruk. Tidak lama kemudian, drama telah usai dengan hasil memuaskan! Dengan ending pangeran dan cinderella yang saling berpegangan tangan. Tapi, tunggu dulu! Tiba-tiba ada beberapa orang yang bergotongan membawa piano putih itu ke atas panggung dengan Leo yang masih di sana.
Pertunjukkan yang tidak ada dalam list? Mireya sungguh tidak tahu soal itu. Tidak ada yang memberitahunya. "Gila! Apa Leo akan memainkan piano itu sambil nyanyi?!" ujar Salsa dengan raut wajah antusias.
"Kamu gak tahu soal pertunjukkan tambahan, Sa?" tanya Mireya sembari menatap Salsa yang mengangkat kedua bahunya, tanda tidak tahu.
Benar sekali. Leo duduk di bangku depan piano dan mulai memainkannya...
Siapa sangka suara Leo tak mengecewakan seperti wajahnya. Suara merdu Leo membuat lagu dari salah satu penyanyi terkenal tanah air itu, hidup. Semua orang dibuat tak berkedip melihat penampilannya.
Ku ingin kau jadi milikku
Temani diriku seumur hidupku
Dan ku berjanji tak akan sakiti
Kau yang kucinta sepenuh hati
Biarkan semua manusia
Jadi saksi nyata
Bahwa memilikimu adalah
Anug'rah terindah untuk diriku
Saat bagian itu entah ada apa dengan Mireya, hatinya tersentuh. Semakin jatuh dalam pesona seorang ketua tim basket. Sungguh tidak terduga bahwa Leo akan menyiapkan kejutan di akhir. Mireya tersenyum senang bahwa ia tak salah pilih.
Di akhir, semua orang bertepuk tangan. Tepukan tangan yang terdengar meriah. Leo berdiri di depan piano, sedikit membungkukkan badan, tanda hormat. Mireya sontak tersenyum. Pertunjukkan diakhiri dengan semua anggota osis yang naik ke panggung, dan Mireya yang berterima kasih pada semua orang yang terlibat dalam pertunjukkan, penonton dan permintaan maaf jika ada salah-salah dan menampilkan pertunjukkan.
Satu persatu orang meninggalkan Aula. Saat Mireya berjalan untuk turun dari panggung, langkahnya terhenti. Perutnya semakin terasa nyeri, sontak Mireya menyentuh perut dengan salah satu tangan. Sebenarnya ada apa dengan perutnya?
Rasanya Mireya sudah tidak sanggup berjalan bahkan berdiri dan saat Mireya mencoba untuk jongkok, salah satu tangannya disentuh Leo. "Kamu gakpapa?" tanya Leo dengan wajah datar namun jauh di dalam sana, ia khawatir. Terlebih saat melihat wajah pucat dan seperti menahan rasa sakit itu.
"Aku ...." rasanya tak sanggup Mireya berucap lagi.
"Mi, kamu kenapa?" tanya Kinanti yang datang dengan wajah khawatir.
"Perut aku sangat nyeri rasanya! Bahkan mulai merasa mual dan pusing."
Lagi-lagi Kinanti dibuat cemas. "Apa mungkin kamu datang bulan? Makanya perutnya nyeri," kata Kinanti yang tiba-tiba berdiri di belakang Mireya, melihat ke arah rok kotak-kotak abu-abu Mireya yang entah sejak kapan ada nodanya. Noda yang berbentuk lingkaran kecil. Apakah orang-orang sempat melihatnya?
"Kamu tembus, Mi," bisik Kinanti karena tak mungkin ngomong seperti biasa karena di sana masih ada Leo.
Sontak Mireya membuka jaket biru osisnya, melingkarkan di pinggang, menutupi noda. "Kalian mau ke mana?" tanya Leo saat Mireya dan Kinanti mulai jalan.
"Uks," ucap Kinanti sembari memegangi Mireya, takut tiba-tiba Mireya pingsan lagi.
Apa segitu parahnya sampai harus ke uks?. Leo pun berakhir mengkhawatirkan Mireya lagi. Audry menghampiri Leo yang sibuk dengan pemikirannya.
"Habis ini latihan basket kan?" tanya Audry.
"Dry ...." Leo ingin mengatakan sesuatu namun ragu.
"Apa?"
"Kalau lagi ... datang bulan biasanya minum apa?"
"Hah?!" Audry dibuat tak bisa berkata-kata saking shocknya dengan pertanyaan yang satu itu.
"Kan biasanya perut itu kayak sakit, biasanya minum apa biar gak sakit lagi?"
"Kenapa tiba-tiba kamu nanya itu? Gak mungkin buat diri sendiri. Siapa? Siapa orang yang sudah buat kamu mengkhawatirkannya?" Dengan tatapan serius.
"Untuk sekarang aku belum bisa kasih tahu."
"Biasanya minum kunyit asam. Di Minimarket suka ada dalam kemasan botol."
"Okay, thank you." Leo berlalu dari hadapan Audry yang menatap Leo dengan tatapan.. sedih?
Karena dibarengi makan sedikit dan tidak teratur, kelelahan, datang bulan, perut Mireya terasa begitu sakit makanya. Setelah diberi obat, Mireya sedang tertidur di brankar uks dengan Kinanti yang duduk di kursi depan meja Dokter, memainkan handphone.
Ceklek
Sontak Kinanti menoleh, dilihatnya Leo dengan kantong kresek kecil pada salah satu tangan. "Mireya mana?"
"Lagi tidur! Aku harap Kak Leo gak mengganggunya."
"Kalau gitu, berikan ini saat sudah bangun." Sembari menyodorkan kantong kresek itu yang langsung diterima Kinanti.
Leo melangkah pergi dan Kinanti langsung mengambil sesuatu dari dalam kantong, penasaran dengan apa yan dibawa Leo. Kinanti menatap tak percaya botol itu.
"Ternyata dia menyadari, dan bisa-bisanya tahu hal ini!" gumam Kinanti.
Audry nampak sendirian, duduk di bangku panjang khusus untuk tim basket, di Gymnasium. Wajahnya murung. "Apa yang kamu lakukan di sini sendirian?" tanya Andrea yang ikut duduk di samping Audry.
"Setelah bertahun-tahun aku rasa Leo mulai tertarik dengan seseorang," ucap Audry sembari menatap lurus ke depan.
"Bukan kah bagus? Itu berarti Leo memiliki perasaan cinta." Sembari menatap Audry.
Audry tidak berucap lagi, hanya menghela nafas panjang dan setelahnya datang Leo dengan Willy yang mengekori. Audry tatap Leo dengan wajah masih nampak (sedih).
.
.
Entah sudah berapa lama Mireya tertidur, intinya jam makan siang telah lewat. "Kin?" panggil Mireya saat baru bangun.
Kinanti muncul dari balik tirai. "Gimana? Sudah merasa lebih baik?"
"Lumayan. Kayaknya aku tidurnya kelamaan, ya?"
"Iya, tapi gakpapa. Oh ya, hampir lupa!"
Kinanti menghilang sejenak muncul kembali dengan kantong kresek putih yang ia berikan pada Mireya. Mireya keluarkan isinya. "Bukan aku yang beli! Itu dari Leo."
"Leo? Jadi pas aku tidur dia ke sini?"
"Iya."
"Mengingat dia tahu apa yang terjadi sama aku, apa dia melihat noda di rok? Kalau iya, bukannya memalukan? Belum lagi, mungkin banyak orang yang sudah melihatnya." Dengan wajah menahan malu.
"Mungkin saja mereka gak menyadarinya. Buktinya aku gak sadar."
"Iya juga sih."
"Ngomong-ngomong, Leo perhatian sekali ya?" goda Kinanti.
"Cukup ya, Kin! Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia."