Sampainya di Rumah Sakit di mana Papa-nya sudah dipindahkan ke Ruang Rawat Inap VIP, Mireya bernafas lega bahwa kondisi Papa-nya tidak seburuk itu. Katanya hanya kelelahan, makan tidak teratur dan kurang asupan vitamin.
"Sebaiknya kamu temani Papa kamu karena Mama mau pulang. Mama gak bisa tidur di Rumah Sakit yang ada gak bisa tidur," kata Ibu-nya di tengah Papa-nya tertidur.
"Iya, Ibu bisa pulang."
.
.
Sudah jam 3 dini hari, Mireya yang sedang terbaring di sofa panjang tidak juga bisa memejamkan mata. Mireya tidak bisa tidur di tempat asing, sekali pun tempat itu sangat nyaman. Belum lagi nanti acara ulang tahun sekolahnya di mana Mireya harus memantau agar berjalan lancar. Hufftthh, senggaknya aku butuh tidur satu sampai dua jam.
Hingga jam sudah menunjukkan pukul setengah enam, Mireya belum juga tidur. Mireya pun harus meninggalkan Papa-nya yang masih tertidur untuk pulang dan pergi ke Sekolah. Pulang menggunakan ojek online yang syukurnya langsung dapat. Tidak membutuhkan waktu lama Mireya tiba di depan Rumah, dimasukkannya kunci cadangan, melangkah masuk.
Sudah rapi dengan ransel yang dipakainya Mireya ke Dapur hanya untuk mengambil dua potong roti yang dioles asal selai cokelat, lalu botol air mineral. Melangkah keluar Rumah dengan sepatu kets putih yang sempat diambil dari rak sepatu. Duduk di kursi, menghabiskan dengan cepat roti lalu memakai sepatu, tak lupa meminum sedikit air. Saat baru melangkah terdengar bunyi klakson motor!
Dapat Mireya lihat dengan kurang jelas seseorang memakai helm yang duduk di atas motor sport. Ketika langkahnya semakin dekat dengan pagar dapat Mireya lihat bahwa orang itu...
"Leo?" gumam Mireya dengan nada pelan.
Ditutupnya pagar, lalu berdiri menghadap Leo. "Apa yang Kak Leo lakukan pagi-pagi seperti ini di sini?" Mireya terheran-heran.
"Menurut kamu?" tanya Leo balik.
"Mana aku tahu."
"Sudah cepat naik! Nanti telat. Kan banyak yang harus kamu lakukan."
Jadi Leo datang untuk menjemput Mireya?! Seperhatian itu kah seorang Leo? Mireya saja tidak pernah membayangkan bahwa Leo akan menjemputnya untuk berangkat sekolah bareng. Dengan hati-hati Mireya naik masih dengan wajah heran. Apa kita sedekat itu sampai di tahap Leo menjemput aku?
"Kemarin kenapa pulang duluan? Mana terburu-buru gitu," tanya Leo
"Apa?" Mireya tidak mendengar hingga ia dekatkan kepalanya kesamping kepala Leo.
"Apa ada masalah kemarin sampai kamu tiba-tiba pulang?"
"Papa aku masuk Rumah Sakit."
"Terus gimana kondisinya?"
"Cuma kelelahan, makan gak teratur sama kurang vitamin," jelas Mireya.
Setelahnya tak ada lagi obrolan sampai mereka tiba di tempat parkir Sekolah di mana banyak juga yang baru datang. Melihat siswa paling populer berangkat ke Sekolah bersama salah seorang siswi siapa yang tidak penasaran? Mengenai hubungan mereka. Jadilah banyak mata yang memperhatikan mereka yang cukup tertarik dengan hubungan macam apa yang dimiliki Leo dan Mireya.
"Kak Leo langsung ke klub drama saja, aku mau ke Ruang osis," kata Mireya yang berjalan di samping Leo sembari menatap anak laki-laki itu.
"Okay," jawab singkat Leo.
Masuk ke dalam Ruang osis yang sudah ada beberapa orang di sana. Mireya letakkan tas dan botol air mineral di meja. "Salsa belum datang?" tanya Mireya pada semua orang.
"Sudah, katanya sih mau ke Aula," ucap salah seorang anggota osis perempuan.
"Kalau sudah pada selesai dengan urusannya langsung ke Aula!" ujar Mireya dengan nada tegas.
"Oh ya, Kak. Aku mau ambil snack-nya, bantuin yaa?" tanya anggota osis perempuan yang berada di kelas satu.
"Iya."
"Kalau gitu, kita bisa mengambilnya sekarang." Mireya pergi bersama anggota osis itu untuk mengambil snack yang nantinya akan dibagikan pada para penonton.
Di tengah kesibukkan Leo dan Mireya terdapat Willy yang mencari Leo. Hingga tak sengaja bertemu Mireya di jalan. Mireya yang sedang membawa kardus berukuran sedikit besar bersama anggota osis sebelumnya yang mendorong troli yang terdapat kotak-kotak snack.
"Hai, ketua osis," sapa Willy.
"Iya," jawab Mireya singkat dan dengan wajah datar.
"Lihat Leo gak?" tanya Willy yang berjalan di samping Mireya tanpa berniat mengambil alih kardus yang cukup berat itu.
"Lagi latihan di klub drama."
"Okay," ujar Willy yang secepat kilat menghilang dari sana.
Sudah berada di Aula, Mireya bantu menata kotak-kotak snack di meja. Setelahnya datang salah seorang anggota osis lainnya seorang laki-laki, meminta Mireya untuk mengambil beberapa kardus air mineral yang tersisa. Tunggu-tunggu, di sini siapa ketua osisnya?! Mireya yang terlalu baik itu tentu melakukannya.
Tubuh kecil itu lagi-lagi harus membawa beban yang cukup berat. Hanya makan dua lembar roti Mireya sudah mengeluarkan sebagian tenaganya. Mana jarak antara tempat penyimpanan dan Aula lumayan jauh. Seharusnya Mireya minta bantuan orang lain namun Mireya memilih untuk mengandalkan diri sendiri. Bukankah Mireya sangat menyiksa dirinya sendiri?
Di tengah perjalanan tiba-tiba ada yang mengambil kardus itu dari Mireya. "Kin," ucap Mireya sembari menatap Kinanti yang berjalan di sampingnya.
"Aku gak mau melihat kamu pingsan lagi." Mireya pun membiarkan Kinanti membantunya, lagi pula tubuh Kinanti sedikit lebih besar darinya. Tidak apa sesekali merepotkan.
Kinanti ikut ke Aula, bahkan berniat menemani Mireya yang dikhawatirkan akan menyiksa dirinya lagi dengan menuruti semua permintaan tolong.
"Mireya tolong ambilkan tangga, aku butuh sekarang!" kata salah satu anggota osis perempuan yang sedikit tomboy yang berada di kelas 2 juga.
Saat Mireya hendak membuka mulut menerima permintaan tolong itu, Kinanti sudah lebih dahulu membuka mulut. "Kalau butuh ya ambil sendiri! Kamu pasti memiliki waktu buat mengambilnya," ucap Kinanti dengan nada tegas dan tatapan mata tajam.
Tidak ingin mencari masalah, siswi dengan rambut seperti laki-laki itu, tanpa kata melangkah pergi. "Padahal aku gak masalah loh, Kin."
"Iya, kamu gak masalah. Aku yang masalah! Gimana kalau kamu pingsan lagi? Gimana kalau kali ini lebih dari pingsan?" ujar Kinanti dengan wajah sekhawatir itu.
"Apa yang dikatakan teman kamu benar," kata Leo yang baru saja tiba.
"Kalau bukan kamu sendiri yang mengasihani diri kamu sendiri, siapa lagi?!" Kinanti semakin frustasi dengan Mireya.
"Terkadang mengatakan 'nggak' itu bentuk kalau kamu mencintai diri kamu," ujar Leo dengan nada suara yang lembut. Bahwa Leo mulai seperhatian itu pada Mireya yang selalu mengorbankan dirinya sendiri demi orang lain.
Mireya yang mendengar itu memasang wajah sedih. Bahwa apa yang ia lakukan selama ini salah di mata sahabatnya dan seorang lelaki yang mulai mengusik dunianya.
Datang kepala sekolah yang memiliki nama Surya ke tengah-tengah Leo, Mireya dan Kinanti. "Bagaimana, Mireya? Gak ada kendala apa-apa?"
"Sejauh ini aman terkendali, Pak."
"Bagus kalau gitu."
Tiba-tiba Mireya merasakan nyeri pada perutnya. Apa karena hanya makan roti? Atau membawa barang berat?