Selamat datang di Hidup Bareng Rakyat!"
Begitu teriak produser saat Jenni, Rai, Vidi, dan Nona Shin sampai di desa. Kamera sudah siap merekam dari segala sudut. Udara panas, jalan becek, dan rumah kayu tanpa sinyal WiFi menyambut mereka.
Shin:
“Aku tidak siap untuk ini... Bahkan lebah pun ogah tinggal di sini.”
Rai (datar):
“Aku lupa cara hidup tanpa kulkas.”
Vidi (senyum miring):
“Aku lupa cara hidup bareng manusia.”
Jenni :
Kalian payah..
---
Kehadiran Pemuda Desa
Saat mereka berkenalan dengan warga desa, muncullah Dawn—pemuda desa tampan, pekerja keras, dan satu-satunya manusia yang bisa bikin Shin kelihatan blushing...
Dawn bekerja sebagai pengrajin bambu dan peternak lebah tradisional (ironi banget). Badannya atletis, kulitnya sawo matang, rambut sedikit berantakan, dan... baunya? Manis.
Jenni (terdiam lama):
“...bau siapa ini? Seperti... nektar alami.”
Rai (membisik):
“Jangan bilang kamu naksir.”
Vidi:
“Itu bukan naksir, itu refleks lapar.”
---
Dawn ramah dan sering membantu Shin di kegiatan reality show. Dari mencuci piring di sungai, memetik sayur, hingga membuat sarang lebah buatan.
Dawn:
“Kamu nggak biasa ya tinggal di desa?”
Jenni:
“Aku biasanya tinggal di... tempat yang... agak banyak AC.”
Dawn (tertawa):
“Kamu manis, ya.”
Shin (pede maksimal):
“AKU? Manis? Tentu saja" Mengisahkan rambut dengan pede-nya
---
Vidi dan Rai Jadi Saksi Mata
Rai:
“Aku nggak suka dia.”
Vidi:
“Karena dia manusia?”
Rai:
“Karena dia bikin Jenni ngiler terus.”
Vidi:
“Setuju. Dan kita harus pastikan dia nggak tahu kalau Jenni bisa buka pintu teleportasi dari gubuk ke Paris.”
Rai :
Apa hubungannya??
Reality Show Hari Pertama
Saat kamera berhenti merekam dan kru istirahat, Jenni duduk di tangga kayu rumah panggung, memandangi Dawn dari kejauhan.
Jenni (gumam):
“Apa mungkin... aku bisa hidup kayak manusia normal? Di desa, tanpa rahasia, tanpa madu? Cuma... aku, dan seseorang yang aromanya seperti sarang lebah basah?”
Tiba-tiba Dawn melambaikan tangan.
Dawn:
“Jenni, besok bantu panen madu ya!”
Jenni:
“...”
...panen madu... ya Tuhan. Ini jebakan romantis atau jebakan makanan?
Pagi hari di desa.
Reality show masuk ke episode spesial: “Masak Tradisional & Bangun Gubuk.” Semua artis dibagi pasangan oleh kru. Tapi karena jumlah peserta ganjil, Jenni dan Fajar otomatis jadi satu tim.
Vidi dan Rai langsung curiga.
Rai (kepada produser):
“Bisa nggak kita ganti tim?”
Produser:
“Kenapa?”
Rai:
“Kami... alergi bambu.”
Vidi:
“Dan emosi melihat cinta tumbuh.”
Produser :
Tidak bisa ini sudah sesuai script
---
Ujian Masak: Tempe Bakar dan Sayur Daun Kelor
Dawn, Jenni dan Shin harus masak tanpa kompor.
Jenni sudah siap membuka portal ke dapur restoran bintang lima, tapi Dawn malah menunjukkan trik menyalakan api dengan batu dan kayu.
Dawn:
“Lihat, gampang kok.”
Shin (melihat api muncul):
“Waaah! Cowok ini penyihir?!”
Dawn (tertawa):
“Kamu lebay banget sih, shin”
Shin (deg-degan):
Aku bukannya lebai, menang gak pernah liat yang beginian
---
Sementara itu...
Ujian Bangun Gubuk
Saat Dawn bantu shin mendirikan tiang bambu, Rai dan Vidi ikut bantu
Rai:
“Kamu kerja keras ya, Dawn. Punya hobi lain?”
Fajar:
“Saya suka ternak lebah dan main gitar.”
Malam Hari: Momen Khusus
Selesai syuting, Jenni duduk lelah di bawah pohon sambil minum nektar rahasianya (disedot dari tabung madu tersembunyi dalam botol minum).
Dawn datang membawa gitar dan mulai menyanyikan lagu pelan.
Dawn:
“Kamu itu... beda dari perempuan lain yang pernah aku kenal.” (sedikit menggobal Jenni)
Jenni:
“Beda gimana?”
Fajar:
“Kadang kamu kelihatan seperti bukan dari dunia ini.”
Jenni :
“Haha... ya... soalnya aku anak rantau... jauh banget... dari Transilvania..., haha becanda "
---
Vidi dan Rai Berdiskusi
Vidi:
“Gimana?”
Rai:
“Aku tetap nggak percaya manusia bisa bikin vampir vegetarian senyum terus.”
Vidi:
“Kalau dia tahu siapa Jenni sebenarnya, bisa berubah semua.”
Rai:
“Atau... malah jatuh cinta lebih dalam.”
Diva di Hutan Bambu
Pagi-pagi buta, kru reality show memberikan pengumuman:
> “Episode malam ini akan spesial: seluruh peserta menginap di hutan! Tanpa listrik, tanpa sinyal, dan hanya boleh membawa satu barang kesayangan.”
Nona Shin langsung histeris.
Nona Shin:
“APA?! Sudah tidak ada AC, skincare, dan ring light! Ini malah di suruh nginap di hutan.. Apa kalian mau aku berubah jadi manusia biasa?!”
Jenni (mencoba tenangin):
“Tenang Nona, Anda masih punya saya... dan powerbank 500.000 mAh.”
Nona Shin:
“Kamu pikir wajah ini bisa hidup pakai powerbank, Lee?!”
---
Di Tengah Hutan: Kekuatan Diva Diuji
Setelah satu jam trekking dan lima drama sandal jepit putus...
Nona Shin:
“Manager Lee, aku rasa aku melihat kelinci... TAPI BERJANGGUT!”
Jenni:
“Itu kambing, Nona.”
Nona Shin:
“KALIAN BENCI AKU!”
---
Di pos api unggun, Dawn dengan santainya menyuguhkan teh jahe dan madu (milik pribadi yang ia bawa sendiri dari rumah).
Nona Shin (menyesap):
“Hm… ini... enak... seperti... cinta pertama.”
Dawn:
“Itu cuma jahe dan madu, Nona.”
Nona Shin:
“Bisa jadi cinta juga asal kamu serius.”
Jenni menoleh cepat.
Vidi dan Rai ikut menoleh lebih cepat lagi.
Vidi (ke Rai):
“Dawn tembak kanan kiri. Ini cowok atau sniper?”
---
Di malam hari, Nona Shin merajuk karena Jenni tidur dekat api unggun bersama Dawn dan peserta lain.
Nona Shin:
“Manager Lee, aku minta kamu tidur di sebelahku.”
Jenni:
“Tapi Nona, itu tempat khusus kambing...”
Nona Shin:
“Kalau aku kena kutu kambing, gimana???
Jenni :
Nanti aku belikan sisir kutu, gitu aja kok repot,
"