Loading...
Logo TinLit
Read Story - Unframed
MENU
About Us  

How to make a plain croissant:
1. Start with patience. Not flour, not butter— just patience.
2. Fold the dough like you're folding away your regrets.
3. Let it rest, let it rise just the way you should.
4. Bake at atemperature hot enough to hurt, but not enough to burn.
5. Serve warmly.

How to make Andin Happy:
1. Tell her the croissant was good— even if it wasn't.
2. But her croissant always good, tho. 

Andin tertawa setelah membaca catatan kecil yang ditempelkan Abimanyu pada pintu kulkasnya. Kemarin sore, Andin sedang diajarkan bagaimana cara membuat croissant oleh sepupunya, dan Abimanyu datang ke kafe untuk menemani dan mendokumentasikan kegiatan itu. Andin cukup tahu, bahwa Abimanyu akan merasa bosan setengah mati karena tidak melakukan apa-apa kecuali merekam beberapa kegiatannya. Jadi, Andin membiarkannya melakukan apa saja, termasuk merelakan sticky notes miliknya untuk dipenuhi berbagai macam gambar yang tidak begitu jelas bentuknya. Namun, pagi ini Andin baru menyadari bahwa salah satu sticky notes itu ditempel pada pintu kulkas dengan tulisan yang menggelitik.

Jam yang melingkar di pergelangan tangan Andin masih menunjukkan pukul sebelas siang, ketika bel di atas pintu berbunyi. Dan ketika ia menoleh ke sumber suara, Sera dan Kirana tampak berjalan lunglai. Mereka masuk nyaris bersamaan, dengan tas dan beberapa buku yang berada di pelukan masing-masing.

“Cobain pastry baru gue dulu sebelum kalian ngomel soal skripsi, please,” kata Andin tanpa basa-basi, yang kemudian disambut kekehan oleh kedua temannya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Kirana menjatuhkan dirinya pada sofa yang berada di antara rak-rak buku, diikuti oleh Sera yang duduk di hadapannya. Lalu, Andin mendatangi mereka sambil membawa nampan yang berisi tiga gelas minuman dan dua piring pastry.

Caramel coffee latte untuk Ibu Kirana, dan dark chocolate untuk Ibu Sera yang anti kafein,” kata Andin sambil meletakkan gelas di meja. Kemudian, ia meminta kedua temannya itu untuk mencicipi pastry-nya. “Yang plain croissant ini rencananya bakal gue isi kayak sandwich gitu,” katanya.

Sera mengunyah croissant yang baru saja masuk ke mulutnya. "Wah, udah kayak croissant yang biasa gue beli di Senopati, gilakk! Ini lo bikin sendiri?"

"Yoi, Coi! Gue kemarin sepupu gue yang baru pulang dari Aussie itu ngajarin gue bikin ini sama beberapa cake. Bangga nggak kalian sama gue?" tanya Andin dengan kedua alisnya yang naik-turun.

"Bangga banget!" teriak Sera, kemudian ia memeluk tubuh Andin dan mengusap punggungnya berkali-kali. "Gue yakin nih kafe bakalan rame, sih, kalau udah resmi lo buka."

Di hadapan Sera dan Andin, Kirana mengangguk sambil menyesap kopinya. "Gue bakalan sering-sering promosiin nih kafe di semua sosmed yang gue punya!"

“Thank youuuuu!" seru Andin dengan wajah imutnya yang dibuat-buat. "Ngomong-ngomong, gimana studi lapangan lo kemarin, Ran?"

“Berat, Beb, beraaat. Kayak— dunia ini tuh kejam banget nggak, sih, sama manusia?” Kirana kembali menyesap kopinya, lalu menghela napas panjang. “Lo berdua pada tanya, deh, sama Abim dan Hilmy. Gue tuh sampe ngerasa jadi orang paling nggak bersyukur di dunia ini, setelah denger cerita dari dua orang yang masa remajanya dihabiskan di dalam penjara.”

“Lo besok mau ke rumah sakit sama Sera dan Abim, kan, Din?” Kali ini Kirana menyuapkan sepotong pan au ke dalam mulutnya. “Cobain, deh, sensasinya. Meskipun lo nggak bakal ada sesi wawancara kayak gue, tapi menurut gue, lo bakalan bisa ngerasain sesuatu yang bikin perasaan lo memberat pas lagi memperhatikan pasien di sana.”

Andin tertawa singkat. “Emang menyelami perasaan manusia, tuh, hal yang paling melelahkan nggak, sih?”

“Setuju,” kata Sera sambil mengangguk beberapa kali. “By the way, belakangan ini gue lebih sering ngelihat lo makan sendirian daripada sama Jonathan, deh, Ran. Is everything okay?”

Butuh waktu beberapa detik untuk Kirana menanggapi pertanyaan Sera dengan kekehan. Lalu, ia meletakkan sendok yang sedari tadi ia pegang “Kelihatan banget kalau ada yang lagi nggak baik, ya?” tanya Kirana kemudian, yang dijawab anggukan oleh Sera dan Andin.

“Gue cuma lagi bingung aja sama Jonathan. Sikap dia tuh kadang bikin gue capek. Ada waktu-waktu dimana dia set boundaries sama gue. Tapi pas gue bilang kalau kita berdua nggak ada harapan tuh— dia kayak megangin gue erat banget. Bingung nggak, lo berdua sama hubungan kita?” Kirana sempat tertawa pelan di ujung kalimatnya.

“Lo nggak pernah minta kepastian sama dia?” Kali ini Andin yang bertanya.

“Pernah. Dan dia bilang kita udah cukup dewasa untuk nggak meributkan masalah status. Katanya, asalkan sama-sama tahu kalo kita berdua saling sayang tuh udah cukup.”

“Tapi gue selalu ngerasa dia kayak nutupin sesuatu deh, Ran. Dia nggak pernah cerita apa-apa?” tanya Sera, dan Kirana menggeleng. “Meskipun kalian udah sedekat itu?” tanya Sera lagi, kemudian Kirana mengangguk.

“Dia tuh kayak nggak mau gue sentuh ranah personalnya. Ya, gue sendiri tahu kalo nggak gampang untuk buka hal-hal yang menurut kita privasi. Tapi gue juga pengen kali, Ser, Din, jadi orang pertama yang dia cari kalau lagi butuh sesuatu, atau kalau dia lagi ada masalah.”

“Dia sempat ngilang beberapa hari, dan tiba-tiba datang dengan bekas lebam di ujung bibirnya,” kata Kirana lagi. Kali ini ia menyandarkan kepalanya pada punggung sofa, dan menatap langit-langit. “Gue udah tanya dia kenapa. Lo berdua juga tahu kalau beberapa kali Jonathan datang ke kampus dengan bekas-bekas lukanya. Tapi dia nggak ngomong apa-apa selain tertawa dan bilang habis berantem sama preman.”

“Preman mana, sih, yang ngajakin dia berantem mulu?” tanya Sera. Sementara Kirana menegakkan tubuhnya dan mengendikkan bahu.

“Gue curiga, deh, sama dia.”

“Kenapa, Ran?” tanya Andin dan Sera bersamaan, yang akhirnya membuat mereka semua terkekeh beberapa saat.

“Kemarin, salah satu narsum kita tuh mantan napi yang ngebakar bapaknya di dalam rumah—”

“WHAT?!” teriak Sera tak percaya.

Kirana menoleh dan mengangguk lemah pada Sera. “Bapaknya abusive. Suka judi dan mukulin ibunya dalam keadaan mabuk. Narsum itu muak dan masukin obat tidur ke kopi bapaknya. Pas bapaknya tidur, BUUFFF!” Kirana membuka kedua telapak tangannya. “Dia bakar rumahnya.”

Then? Apa hubungannya dengan kecurigaan lo terhadap Jonathan?”

“Ya …” Kirana menjawab pertanyaan Andin barusan. “Pas narsumnya cerita, gue lihat Jonathan tegang banget. Dia tuh, apa, ya? Terkesan kayak lagi nahan emosi. Mungkin nggak, sih, kalau dia punya cerita yang sama dengan narsum itu?”

“Dia pernah ngebakar rumahnya?” tanya Sera dengan raut polosnya, hingga membuat Andin dan Kirana memutar bola mata dan mendesah pelan.

“Ya nggak dong, Cantiiiiik. Maksud gue— mungkin nggak, sih, kalau bapak dia tuh juga abusive? Kali aja dia babak belur tuh sebenernya karena habis digebukin bapaknya, kan?”

Sera mengangguk beberapa kali sambil berkata, "Oh," hingga bibirnya mengerucut.

“Wah, kalau kasusnya begitu, sih, bakalan susah buat Jonathan cerita, Ran," kata Andin setelah sempat menghela napas. "Urusan ‘dapur’ orang tua kita sendiri, tuh, rasanya kayak aib kalau sampai orang lain tahu.”

I know, right? Tau deh, ah! Pusing banget mikirin percintaan. Mending gue selesain skripsi secepatnya, lulus, wisuda, pergi deh ke luar negeri.”

“Lo mau pergi? Ke mana? Kok kita nggak tahu?” Sera bertanya, sementara Andin mengangguk berkali-kali dengan alisnya yang bertaut.

“Kemana aja, yang jauh. Dari keluarga gue, dari ekspektasi orang-orang,” kata Kirana sambil tertawa lirih. Dan ketika ia menyadari bahwa raut kedua temannya seolah meminta penjelasan lebih jauh, Kirana tertawa semakin kencang sambil bertepuk tangan. “Gue bercanda, elah! Santai, Beb, santai.”

Sera dan Andin mendesah bersamaan.

“Ya, kali aja gue bisa ke Seoul dan ketemu Lee Jeno, kan? Gue tinggalin dah tuh Jonathan demi bisa bersanding dengan Jeno.”

“Kata gue mendingan lo tobat deh, Ran. Takut keterusan. Serem!” sahut Andin. Sementara itu, Sera tertawa kencang sambil memukul paha Andin beberapa kali.

“Ngomong-ngomong soal kisah cinta,” kata Kirana, ketika tawa mereka mereda. “Kayaknya yang berjalan paling mulus tuh Andin sama Abim nggak sih, Ser?”

“Setuju, Ran,” sahut Sera. “Dipikir-pikir, gue sama Hilmy juga nggak ada kemajuan. Disitu-situ aja. Nah, nih bocah sama Abim udah persis couple goals yang ada di sosmed-sosmed.”

"Lah, ya lo maju duluan, lah, Ser! Sekarang tuh udah jamannya yang cewek gerak duluan. Iya, nggak, Din?"

Alih-alih menanggapi ucapan Kirana, Sera memilih tertawa pelan dan mengaduk es coklat yang berada di tangannya. Ia tahu, bahwa membawa dirinya sendiri dan Hilmy ke dalam suatu hubungan tidak akan semudah itu. Sera tidak mau menarik Hilmy jauh ke dalam kehidupannya yang rumit. Ia tahu persis bahwa Hilmy juga menyukainya. Namun, apa yang bisa ia lakukan ketika kini Rafa masih sangat membutuhkannya? Sera merasa tidak berhak untuk bahagia sendirian, sementara sahabat dekatnya sedang terjebak di dalam ruang gelap dan belum menemukan pintu keluarnya.

“Eh, Rafa apa kabar, ser?” tanya Andin, seolah ia bisa membaca isi pikiran Sera barusan. “ Beberapa hari lalu lo bilang dia lagi flu berat, kan? Kemarin gue nge-chat dia. Gue tanya, ‘woy! lo masih hidup, kan?’. Dan kalian tahu dia bales chat gue gimana?”

“Gimana emang?” tanya Sera.

“Dia cuma bales pake stiker Mimi Peri yang lagi ngakak. Sebel banget, elah.”

Sera dan Kirana tertawa kencang. “Dia emang gitu nggak, sih?” kata Kirana. “At least dia masih bales, lah. Artinya dia masih hidup.”

“Besok dia ikut ke rumah sakit, kok, Din. Omelin aja dia di sana,” kata Sera setelah suara tawanya mereda.

"Eh, ngomong-ngomong." kata Kirana sambil meletakkan gelas dan memajukan tubuhnya. "Lo berdua tau Bang Ipul, nggak?"

"Mahasiswa abadi itu?" tanya Sera.

"Bang Ipul mana, sih?" kali ini Andin yang bertanya.

"Anak elektro yang semester 13 itu, loh." Mendengar jawaban Kirana, Andin akhirnya mengangguk karena ia telah mengingat orang yang dimaksud oleh Kirana. "Tadi gue sarapan di Mang Udin, kan. Terus ada dia sama temen-temennya. Mereka bahas soal taruhan gitu, deh. Jadi gue pasang kuping baik-baik karena kepo. Dan lo tahu apa? Katanya, mereka sering datang ke ring yang ada di Senayan situ."

"Ngapain? Dia ikutan tinju?" tanya Sera penasaran, sementara Kirana mengendikkan bahu.

"Gue nggak tahu, tapi dari yang gue denger, besok bakalan ada pertandingan. Salah satu yang bakal bertarung besok, tuh, dari kampus kita, katanya. Bisa jadi Bang Ipul, atau bisa jadi orang lain juga."

"Terus? Apa konteksnya lo ngasih tahu gue dan Sera soal ini?"

Kirana menyeringai sebentar. "Gue pengen ngajak Abimanyu ke arena itu. Kalian juga bisa ikut. Lumayan, kan, kalau bisa jadi salah satu bahan dokumenter?"

"Ngaco!" seru Andin. "Lo pikir bisa sembarangan bawa kamera ke tempat begituan?"

"Tenang, Din. Gue udah mikirin solusinya. Kalian tahu kacamata yang sering dipakai selebgram itu, kan? Yang ada kameranya itu, loh. Kita bisa minta Abimanyu pakai kacamata itu. Nanti kita cari di e-commers, terus kalau kacamatanya udah ada, kita berangkat ke sana. Kali aja kita beruntung bisa dapet narsum di sana."

"Nggak, nggak. Gue nggak ikutan. Serem, ah, ke tempat begituan," kata Sera sambil bergidik.

"Ah, elah, Ser. Gue penasaran kenapa mereka ngelakuin itu. Katanya yang menang bakalan dapet bayaran. Gue penasaran apa alasan mereka mau ngorbanin badannya demi duit. Lagian, ring yang dimaksud Bang Ipul itu ilegal, loh. Ayo, lah, please,"

"Ya udah," kata Andin. "Nanti gue coba bilang sama Abim. Tapi kalau bisa cowoknya jangan cuma Abim, lah. Ajakin Hilmy, Rafa sama si Jo juga."

Kirana mengangguk antusias, sementara Sera tidak yakin membawa Rafa ke tempat mengerikan semacam itu adalah ide yang bagus ....

 

[Translate]

Cara membuat croissant:
1. Mulailah dengan kesabaran. Bukan tepung, bukan butter— hanya kesabaran.
2. 
Lipat adonan seperti kamu melipat penyesalanmu.
3. Istirahatkan, biarkan mengembang seperti yang kamu inginkan.
4. Panggang pada suhu yang cukup panas untuk melukai, tapi tidak cukup panas untuk membuatnya gosong.
5. Sajikan hangat.

Cara membuat Andin bahagia:
1. Katakan padanya bahwa croissant-nya enak meskipun sebenarnya tidak.
2. Tapi, croissant buatannya memang selalu enak.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FAYENA (Menentukan Takdir)
538      352     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
Atraksi Manusia
515      381     7     
Inspirational
Apakah semua orang mendapatkan peran yang mereka inginkan? atau apakah mereka hanya menjalani peran dengan hati yang hampa?. Kehidupan adalah panggung pertunjukan, tempat narasi yang sudah di tetapkan, menjalani nya suka dan duka. Tak akan ada yang tahu bagaimana cerita ini berlanjut, namun hal yang utama adalah jangan sampai berakhir. Perjalanan Anne menemukan jati diri nya dengan menghidupk...
Perjalanan Tanpa Peta
59      54     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...
Je te Vois
844      566     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
Kainga
1438      820     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
H : HATI SEMUA MAKHLUK MILIK ALLAH
38      36     0     
Romance
Rasa suka dan cinta adalah fitrah setiap manusia.Perasaan itu tidak salah.namun,ia akan salah jika kau biarkan rasa itu tumbuh sesukanya dan memetiknya sebelum kuncupnya mekar. Jadi,pesanku adalah kubur saja rasa itu dalam-dalam.Biarkan hanya Kau dan Allah yang tau.Maka,Kau akan temukan betapa indah skenario Allah.Perasaan yang Kau simpan itu bisa jadi telah merekah indah saat sabarmu Kau luaska...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
1195      566     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Anggi
674      495     2     
Short Story
Benar kata pepatah lama. Kita tidak pernah sadar betapa pentingnya seseorang dalam hidup kita sebelum dia pergi meninggalkan kita. Saat kita telah menyadari pentingnya dia, semua telah terlambat karena dia telah pergi.
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1456      928     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Trust Me
71      64     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...