Di saat mobil supir taxi sudah sampai ke gerbang depan University Of Tokyo. Neyra langsung saja, membayar tagihan taxinya dengan selembar 3 ribu yen, ia tidak mengambil kembaliannya, karena dirinya buru-buru ingin masuk ke dalam kampusnya.
Setelahnya Neyra masuk melewati gerbang kampusnya, bisa terlihat jelas bagunan megah dan menara-menara kampus yang menjulang tinggi ke langit, bagunan kampus yang di lapisi batu-batu alam yaitu andesit dan batu kapur yang tampak umurnya sudah lama, tapi bagunan ini masih terlihat kokoh dan terkesan vintage, di halaman depan aku bisa melihat banyak pohon-pohon gingko berdaun kuning emas saat di musim gugur daun pohon itu akan gugur ke bawah, warna daun gingko juga adalah salah satu lambang kampung UTokyo, dan masih banyak jenis-jenis pohon lain yang ikut tumbuh subur di area halaman kampus yang sangat luas ini.
Di sana-sini pastinya ada banyak para mahasiswa dan mahasiswi, yang baru saja datang seperti aku, ada juga mahasiswa yang lalu-lalang di halaman kampus sambil berbincang ria dengan teman sebayanya, dan ada mahasiswa yang menyederkan punggungnya ke dinding koridor kampus, sambil membaca buku catatannya kembali.
Neyra melangkah dengan begitu cepat, menelusuri koridor kampus yang cukup panjang, ia hendak menuju ke kelas jurusan kesehatan ingin menemui kak Reyhan.
Ternyata kak Reyhan berada di depan kelasnya, tadinya dia bilang di chatting bahwa dia sedang menunggu senseinya datang sambil duduk di salah satu bangku di kelas, tapi sayangnya senseinya yang harusnya mengajar kelas pagi ini berhalangan datang dan hanya memberikan tugas kepada Reyhan dan teman-teman sejurusannya, itulah alasan Reyhan bersedia untuk menemani aku ke ruang rektor kampus.
Reyhan adalah teman satu alumni di SMA persada jakarta 7 bulan yang lalu, dan dia berkuliah di tempat yang sama dengan neyra, hanya saja kami beda divisi dia memilih kejurusan pendidikan kesehatan sedangkan aku jurusan pendidikan psikologi.
"Hai Rey...yuk langsung aja ke ruangan pak rektor, aku mau membuat surat izin cuti kuliah seminggu, apa akan di setujui?." Tanya ku kepada Rey, dia mengangguk pelan artinya surat izin cutiku mungkin saja akan disetujui.
"Neyra aku turut sedih mendengar kabar ayahmu yang masuk ICU, semoga beliau cepat sembuh ya, dan neyra apa waktu seminggu itu cukup buat mu menjengguk ayah mu di Indonesia? ayahmu pasti ingin dirawat oleh putrinya lebih lama lagi, ku sarankan ambilah cuti 2 Minggu, agar lebih leluasa waktumu bersama ayahmu ney."
Saran Reyhan, membuatku merasa itu ada benarnya, selama 6 bulan tinggal di jepang jauh dari orang tua, aku juga tidak sering kasih kabar ke orang tuaku, pergi nekat ke jepang bersama Reyhan teman ku untuk bisa kuliah di sini.
Neyra tidak pernah sekalipun balik ke Indonesia. Ia akan membalas semua waktunya yang hilang bersama ayahnya, di saat ayahnya sembuh nanti dan akan merawat ayah sampai rasa sakitnya sudah membaik, itu pasti memerlukan waktu yang lumayan panjang.
"Baiklah, aku akan meminta cuti kuliah selama 2 minggu, terimakasih atas saran mu." Ujarku sambil bilang terimakasih dan Reyhan mengulas senyuman di wajahnya.
"Sebenarnya aku juga ingin mengambil cuti kuliah selama 2 minggu kedepan ingin pulang ke Indonesia, karena pakde ku dari Jawa tengah akan datang kerumah, pakde ku juga mengatakan bahwa adikku Minggu ini sudah dilamar oleh kekasihnya dan akan menyegerakan pesta pertunangan dan pesta pernikahan insyaallah beberapa hari ke depan."
"Wahh Benarkah, selamat untuk adikmu Dwi, tak sangka adik mu duluan yang akan segera menikah, dia akan mendahului abangnya, apa tidak masalah nih?" Ucapan tulus ku dan sedikit mengusilinya.
Reyhan tertawa terbahak-bahak, setelahnya dia menatap wajahku intens, "aku gak masalah kalau aku didahului adikku Dwi, ini hanya kerena jodohnya sudah dekat dan mereka sudah siap menikah dan berkeluarga, sedangkan aku masih harus mengejar gelar sarjana kedokteran ku, dan sambil menunggu jodohku lulus kuliahnya juga."
Neyra menatap wajah Reyhan, sambil menunjuk-nunjuk wajah reyhan."Cie cie...siapa nih sudah punya calon, kok gak bilang-bilang aku."
Tiba-tiba Reyhan berhenti melangkah dia berusaha menyelaraskan bahunya dengan bahu ku, dia menolehkan wajahnya menghadap samping wajahku, dan bibirnya mulai mendekati pipiku, tapi ternyata bibirnya berbelok sedikit dan terus mendekat ke daun telinga ku. "Ini rahasia Ney, nanti juga kamu tahu." bisiknya di telinga ku.
"Ih udah mulai rahasia-rahasian ya, pokoknya undang aku kalau kamu menikah ya, pengen tau jodohnya kamu siapa." Ucapku sedikit tertawa membayangkan jodoh Reyhan, haruslah orang yang penyabar karena anak satu ini keras kepala sekali.
Dia hanya mengangguk pelan-pelan, lalu kami mulai melangkah dengan cepat, karena kami sudah melihat pintu ruangan tempat rektor kampus kami berada.
Setelah sampai ke depan pintu ruangan rektor kampus kami, Reyhan memegang daun pintu, membuka pintu agar aku masuk terlebih dahulu, lalu dia pun ikut masuk juga ke dalam ruangan.
Setelah selesai mengurus surat izin cuti kuliah mereka, dan sekarang neyra dan Reyhan sudah sampai ke cavetaria, kami sudah memesan 3 minuman dan mochi daifuku, pesanan pertama yang di antarkan pelayan adalah pesanan minuman kami, yang sudah di tata di atas meja persegi dan berbahan kayu, Neyra meneguk sedikit kopi hot Americano, dan aku lihat reyhan masih memainkan sedotannya yang ada di gelas orange juice tersebut.
Setelah beberapa saat, muncul juga orang yang kami sudah tunggu-tunggu, Madoka-san melangkah mendekati meja kami, dia duduk tepat di depanku.
Madoka-san terlihat letih seperti dia ke sini sambil berlari dari gedung fakultasnya sampai ke cafetaria dan agar cepat sampai ke cavetaria, pastinya dia tidak mau membuat kami menunggu lama.
dia menyedot minuman orange juice yang berada di depannya dan setelahnya mulai berbicara "Apa yang terjadi dan Kenapa kau menangis saat di telepon tadi?" Tanya Madoka-san menatap mataku, ia ingin jawaban sejujurnya.
Wajah Reyhan menoleh tatapannya sepertinya terkejut mendengar aku menangis disaat sedang telepon, seperti penjelasan madoka-san tadi. "Hah yang benar, kau menangis saat menelpon madoka-san, are you okey Neyra?"
"I am fine, aku menangis karena saat itu terkejut akan berita yang disampaikan teman ku lewat SMS, tapi sekarang sudah membaik kok." Ucapku menenangkan keterkejutan Reyhan.
"Memangnya ada kabar apa si, aku penasaran, apa itu kabar yang buruk?" Tanya madoka-san.
"Iya, disaat aku baca SMS dari Wina sahabatku di Indonesia, dia mengabarkan jika ayah ku masuk ICU, ayah terkena serangan jantung dan sekarang masih di rawat di kamar inap rumah sakit." Ucapku mulai berkaca-kaca, dan diam-diam mengusap air mata ku yang hendak turun, tapi aku menolak terlihat lemah dan berusaha menguatkan diri agar tidak menangis di depan kedua teman ku.
entah membahas orang tua, selalu membuatku ingin menangis, aku terlalu sensitif, dan aku berusaha untuk tidak menjatuhkan air mata ku. aku kuat pasti dan ayah juga pasti baik-baik saja. Batinku menguatkanku.
"Aku akan pulang ke Indonesia selama 2 minggu, karena aku ingin merawat ayah di rumah sakit, jadi aku sudah minta ijin cuti kuliah kepada pak rektor dan Reyhan juga akan balik bersama ku, karena dia harus ada di pesta pertunangan dan pernikahan adek nya."
"Wah kalian pulang berbarengan ya, dan aku turut prihatin mendengar kondisi ayahmu Ney, semoga beliau lekas sembuh, dan selamat juga untuk adikmu Rey, semoga aku dapat bingkisan kue khas Jawa tengah yang banyak." Ucap Madoka-san sambil tertawa khas berbunyi hehehe.
"Baiklah akan aku bawa oleh-oleh dari negeriku, madoka-san tetaplah jaga kesehatan ya selama tidak ada kami." Ucap Reyhan mengulas senyuman manisnya.
Kami melanjutkan dengen perbincangan ringan di temani mochi daifuku isi kacang merah dan ada yang isinya stoberi besar kesukaan ku, ini hari terakhir aku makan bersama Madoka-san, karena sorenya aku harus pergi ke bandara.
Wanita harunya di sayang, bukan buat taruhan, jadi ikut sedih mba neyra😢
Comment on chapter Chapter 1: mimpi konyol yang terus berulang