Masih pada posisi yang sama, neyra mulai merenggangkan seluruh badannya, dengan memutar pinggang ke kiri dan ke kanan, agar badannya menjadi rileks.
Sejenak ia tatap jam weker berbentuk kepala Doraemon. Terlihat jarum pendek melewati angka 2 dan jarum panjang di angka 6, berarti sudah jam setengah 3 malam.
Rasa kantuknya tak kunjung datang menghampiri neyra, membuat perutnya yang mulai keroncongan. Ia melihat sekilas kopi hitamnya yang masih sisa sedikit dan hanya ada remah-remah roti croissant di ujung plastik pembungkusnya.
Tanpa banyak pikir neyra menutup terlebih dahulu jurnal dan pulpen nya. Ia beranjak dari kursi, mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar.
Neyra membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, suara derit engsel pintu yang cukup nyaring terdengar di lorong cukup panjang dan sunyi, hanya terdengar derap langkah kakinya yang menemaninya di lorong ini menuju dapur.
Neyra melihat ke arah dapur yang gelap, ada cahaya lampu yang berasal dari pintu bawah kulkas yang sedikit terbuka, di sana ada seseorang yang sedang mencari sesuatu di dalam pintu bawah kulkas dua pintu yang bermotif bunga sakura.
Di kesunyian dan kegelapan dapur ini, membuat Perasaan adrenalin mencuat di dalam dada neyra, malam ini ia akan menangkap pencuri yang sedang mengubek-ubek isi di dalam kulkas miliknya.
Neyra dengan cepat mengambil spatula besi, jika ini maling akan ia sudah siap memukul muka maling tersebut. Dalam hitungan ke tiga, ia akan memukul muka orang yang masih sibuk dengan aksinya didalam sana.
Dalam hitungan satu..dua..tiga...aku hendak menerjang orang di depan ku, tapi orang itu malah menoleh ke arah belakang, melihat matanya yang di tutupi timun dan senter ponsel yang mengarah ke wajahnya, spontan membuat ku takut "arghh hantu timun !!" teriakku keras, yang membuat Madoka dengan sigap menutup mulut ku dengan tangan kanannya, di sela-sela jemarinya aku dapat mencium aroma bumbu ramen.
"Kau kenapa hah? berteriak-teriak, ini aku Madoka, berhentilah berteriak atau kau akan membangun para tetangga !!"
Aku melihat wajah Madoka, dia menarik timun dari kedua matanya, aku tidak menjawabnya, hanya bisa mengangguk pelan-pelan dan sambil menyingkirkan tangannya yang menutupi mulutku.
"Kau sedang apa di dapur dan kenapa memakai timun di kelopak matamu?" Tanyanya penasaran.
"Timun ini untuk melembabkan mataku yang kering karena terlalu lama menatap layar laptop dan agar area mataku tidak berkerut, kau kan mahasiswa kedokteran masa begini saja tidak tahu, DASAR BODOH !!" Seru madoka, dan dia juga menjelaskan khasiat timun tersebut dan mengataiku bodoh.
"Kenapa kau di sini? kenapa kau membuka kulkas sedang mencari apa di bawah sana?"
"Aku hanya mengambil potongan timun kok, apa kau berpikir kalau aku mengambil cemilan mu, tentu saja tidak Ney." Kurasa dia sedang berbohong, awas saja ya, akan ku buat kau mengakuinya sekarang.
"Oh begitu toh baiklah, aku hanya ingin mengingatkan saja, kalau kau serius diet, makan dietlah yang benar, jangan diam-diam memakan ramen sehingga jemarimu berbau bumbu ramen!!” Ucapku blak-blakan membuat dia nyengir kuda, karena telah ketahuan membohongi ku.
“baiklah, maafkan aku, aku khilaf karena perutku lapar, ayo jika kau mau ikut bergabung makan mie bersama dengan ku, aku sedang memasak mie ramen di kamar.” nah kan dia mengakui kebohongannya.
“baiklah, aku memaafkan mu kali kni, ayo kita langsung ke kamarmu .” ucapku antusias, dan aku juga sudah merasa lapar nih.
“iya, sebentar aku menutup pintu bawah kulkas terlebih dahulu."
Sebelum pergi bersamanya aku sudah menaruh spatula ke tempatnya semula, dan mengambil sendok di sana.
Kami keluar dari area dapur dan menuju ke pintu kamar madoka-san, saat sudah tepat di depan pintu kamarnya, madoka-san menggenggam daun pintu, dan mendorongnya ke belakang.
Setelah pintu terbuka lebar, pertama kali yang aku bisa cium adalah aroma mie ramen yang sedang di masaknya menggunakan panci listrik portable.
Secepatnya Madoka-san menghampiri panci dan membuka tutup panci berbahan kaca tersebut, dia ingin memasukan 2 butir telur dan mengambil gunting untuk memotong 3 helai daun bawang ke atas mie ramen tersebut.
Setelah dirasa sudah matang keseluruhan Madoka mencabut kepala kabel panci listriknya agar mati, lalu membuka tutup panci dan memasukkan 2 slice keju cheddar di atasnya. Menutupnya lagi hingga keju di dalam meleleh dan membuka tutupnya, benar-benar tercium aroma mie dan cheese yang lezat, membuat kami tergugah untuk segera menyantapnya.
Madoka-san langsung menuangkan mie ramen serta isinya ke dalam 2 mangkok kecil sama besar, dia menyerahkan satu mangkok berisi ramen kepada ku, aku menerima dengan senang hati.
Lalu kami bersamaan mengucapkan "selamat makan".
Sebelum neyra mulai makan, ia melihat Madoka sudah menyuap mie ramen punyanya dengan sumpit, baru neyra mulai menyeruput kuah ramen yang panas tersebut menggunakan sendok, rasanya kau pasti tau ini benar-benar oishi (enak sekali).
Disaat neyra mulai memakan ramen dengan lahap, Madoka-san sudah mulai menuang ramen lagi ke mangkoknya, sesaat aku merasa dia memperhatikan ku, lalu dia mulai mengajukan pertanyaan kepadaku.
“Apa yang membuatmu masih terbangun selarut ini, apa kau tidak bisa tidur, sebab memimpikan pria itu lagi? Pertanyaan itu membuat neyra diam sejenak, dan tidak melanjutkan makannya.
“Iya kak, aku terbangun karena mimpi tentang masa lalu bersama mantan ku dan ditambah petir yang bersaut-sautan di luar sana benar-benar berhasil mengusik tidurku.” Ucap Neyra sambil melihatnya makan dengan begitu lahap.
“ternyata kau masih belum move on darinya?” Madoka bertanya dengan masih menyuap mie kedalam mulutnya sendiri.
“Tidak aku sudah move on kok, hanya saja pria itu seperti hantu. Menghantui diriku sampai sekarang.” Jawab ku sedikit menutupi jika sebenarnya aku belum bisa move on tentang satria, tapi mengapa melupakan dirinya tidak bisa semudah melupakan mantan-mantan ku yang lain. Pikiran ku hanya di dalam dada.
“ hah..Itu namanya kau belum move on, Ney kamu tidak bisa membohongi saya maupun hati kecilmu itu.” ucapnya membuang napas dari mulutnya, dia tahu jika aku membohonginya soalnya dia adalah mahasiswa psikolog, dia bisa membaca raut wajahku itu.
Aku hanya ingin menyembunyikan rahasia jika aku belum bisa move on itu seperti menyakiti harga diriku, walau aku sudah sering dan banyak cerita mengenai hal-hal tentang keluargaku, tapi masa lalu percintaan ku ini rahasia.
“Lalu bagaimana dengan Kakak doka, apa kakak pernah merasa susah move on dari mantan kakak?” Tanya ku penasaran, untuk pertama kali aku bertanya hal bersifat pribadi semoga Madoka-san menjawabnya.
“hahaha…aku tahu diriku dikagumi para mahasiswa pria, tapi mereka belum ada yang berani menembak ku sekarang, jadi aku masih menjomblo, itu karena aku juga sibuk mengurusi kuliah serta bekerja keras sepertimu.” Ucapnya sambil tertawa dan aku hanya ikut tertawa bersamanya, karena tidak mau membuat Madoka-san bersedih.
Aku melihat baru saja menghabiskan 2 mangkok mie ramen, sedangkan Madoka-aan sudah bersiap menuangi mangkoknya untuk yang kelima kali. Sebenarnya dia lapar atau doyan sudah sebanyak itu masih mau menyuapnya saja batin ku berbisik.
Suara rintik hujan masih setia di luar, tapi di dalam kamar madoka-san terasa hangat sekali, karena mesin pemanas di samping Madoka menyala hingga bisa menghangatkan seluruh ruangannya dan juga tubuh kami berdua dari dinginnya malam ini.
benar-benar membuat ku betah berlama-lama di sini, dan aku merasa sekarang aku sudah tidak kesepian lagi.
Wanita harunya di sayang, bukan buat taruhan, jadi ikut sedih mba neyra😢
Comment on chapter Chapter 1: mimpi konyol yang terus berulang