Sekarang Neyralagi setelah melihat lantai yang super becek karena genangan air di mana-mana.
Aku merasa harus mengepel lantai yang basah karena ulah teman ku itu. Ku bergegas ke dapur untuk mengambil kain pel dan kembali ke ruang tengah.
Neyra membuka hordeng sedikit ia melihat di celah jendela ternyata hujan masih deras, dan ia menoleh keatas terdapat jam dinding berbentuk burung hantu di atas terlihat di sana waktu menunjukkan sudah tengah malam.
Neyra kembali melihat ke lantai yang basah itu, ia arahkan kain pel ke genangan air tersebut. “Ya sudahlah lagian aku juga tidak bisa tidur, kalau sudah terbangun seperti ini” gumamnya sambil terus mengelap lantai dengan kain pel.
Setelah selesai mengepel lantai, neyra langsung saja ke dapur meletakkan kain pel ke tempatnya semula.
Aku mendekat kearah laci, dan membuka laci bawah untuk mengeluarkan teko listrik, Neyra ingin memasak air panas dengen teko itu. sesudahnya Neyra juag mengambil cangkir kesayangannya yang bergambar Doraemon, karena secinta itu dengan karakter robot kucing dari animasi jepang.
Setelah air panas sudah Mendidih, aku membuka penutup atas, di dalam corong teko terlihat buih-buih di atas air dan uap yang keluar dari corong bener-bener membantu menghangatkan jemariku.
Neyra langsung cabut kabel colokan teko listrik, ia tuang air panas ke dalam cangkir yang sudah terisi kopi yang sudah bercampur dengan gula, setelahnya di aduk sampai tercampur rata.
Sudah siap kopi hitam yang sedikit manis masih ada pahit-pahitnya. Tapi tak mengapa aku cukup menyukainya. Setelahnya aku sajikan kopi bersama dengan roti croissant yang aku beli di supermarket tempo lalu.
Setelahnya Neyra kembali melangkah pergi dari dapur dan masuk ke kamar tidurnya. Ia duduk di dekat meja belajar, lalu Neyra mengambil jurnal book dan pulpen dengan penutup pulpen seperti kepala Doraemon.
Sebelum mulai menulis, aku masukan secuil ujung croissant ke dalam kopi, setelahnya ku seruput kopi hitam pelan-pelan karna masih panas. Kau tau itu rasanya benar-benar perfect.
Lalu Neyra kembali menggunakan earphone bluetooth dan menyetel lagu Fri(end)s karya V BTS, membuatnya kembali bersemangat untuk memulai sebuah tulisan di atas lembar kosong itu, Neyra akan menulis kenangan pada masa SMA yang masih ia ingat jelas di otaknya.
Awan mendung di pagi hari merupakan perwujudan dari hati ku yang kurang bersemangat untuk sekolah, semenjak cowok tengil yang bernama Satria itu terus saja mengusik ku.
Ternyata Satria sudah menunggu aku di parkiran motor, saat aku berada di sana. Dia mau menagih kopi kaleng yang cukup mahal dan roti croissant original, kedua benda itu adalah kopi terpahit yang pernah aku minum dan roti yang rasanya hambar sekali, tentu saja itu bukan selera ku banget.
"Hei Ney, kemana seyuman Lo, senyum donk sayang." Ucap Satria sambil merebut kresek plastik yang aku pegang.
"Najis..eww gak usah panggil gue sayang, pengen muntah rasanya!" Sindir ku halus, entah aku merasa jijik, jika di panggil dengan kata sayang.
Satria mulai menyeruput kopi kaleng yang amat pahit itu, dan memakan croissant tanpa rasa dengan begitu lahap.
"Emang enak ya makan croissant tanpa rasa, dan kopi hitam pahit begitu gak hambar di mulut lo?" Tanyaku penasaran.
"Enggak kok, masih ada rasa manisnya, soalnya manisnya di kamu, jadi gak hambar lagi rasanya." Gombalnya membuatku bergidik geli saat mendengarnya.
Neyra hanya membalas dengan ekspresi menirukan gaya mau muntah, seketika dia menertawai raut wajahku. Dasar sialan, memang raut wajahku kaya badut, apa sampai dia ketawa geli begitu, dasar nyebelin. "Udah buruan habisin makannya, lelet amat dah kaya siput aja lo!." Ucapku kesal dan dia mulai mengunyah roti croissantnya hingga habis di makannya, dan tersisa 1 roti lagi.
"Mau Ney, kalau mau nih buat lo aja croissant nya." Ucapnya sambil menawarkan satu croissant miliknya.
"Gak perlu, gue udah sarapan tadi di rumah, buruan habisin. gue pengen cepat masuk ke kelas!" Kataku karena sebentar lagi bel masuk jam pelajaran pertama akan berbunyi.
"Sabar Ney, jangan marah-marah Mulu nanti cantiknya luntur." Gombal mautnya tidak ku hiraukan, aku terpokus oleh nomer asing yang muncul sebuah notifikasi di bagian atas ponsel ku.
Saat ku buka dan aku baca isi dalam room chat ternyata kata maaf dan pesan lebay dari mantan ku Bagas, dia masih saja menerorku. mantan nyebelin, aku tak membalas pesannya, malah langsung ku blokir nomer tersebut.
Aku pandang pria yang masih asyik makan croissant sambil menyeruput kopi hingga tandas. Setelah selesai menunggu si satria selesai makan, aku langsung ingin cabut ke kelas.
Tanpa peringatan tangan kanan satria menggegam lengan ku, lalu spontan aku menengok ke belakang melihat wajahnya yang cukup tampan.
"Kenapa lagi sih?" Tanya ku.
"Tunggu bentar, gue mau tanya sesuatu ke Lo, jadi jangan cabut dulu donk." Ucapnya masih menggegam tangan ku.
"Yaudah lepasin dulu nih tangan, baru Lo bicara!" Sungutku merasa dia mulai meraba jemariku.
"Iya pelit amat si Ney." Gumannya dan akhirnya dia melepas genggaman tangannya itu.
"nanti sore lo nunggu di parkiran ya, nanti gue anterin pulang, soalnya gue dengar-dengar motor lo rusak ya?"
Neyra tidak langsung menjawab dan mulai berpikir, pasti berandal ini tau dari Wina sobatku itu, tidak menyangka mulut temanku seember itu.
"Gak usah, gue nanti bakal numpang pulang bareng Wina. Lo bareng Tantri aja Sono, dari kemarin nyariin lo terus !" Tolak ku lebih baik aku bersama sobat ku saja, dari pada di bonceng pria buaya macam dia.
"Gak pokoknya lo bakal pulang bareng gue, sekarang kan lo harus ikut semua kata gue sebagai ganti, lo nolak gue jadi pacar lo waktu itu kan." Kata-kata itu membuat ku mengingat kenangan buruk, saat balapan motor 2 hari yang lalu.
"Yaudah, tapi ingat jika lo lama, gue bareng Wina pulangnya ya!" Setelahnya aku langsung saja menuju ke kelas ku 12 IPA 1, pergi meninggalkan satria dengan senyum tengilnya.
***
Setelah 3 pelajaran sudah Neyra lewati dengan lancar, bel istirahat berbunyi kencang di setiap lorong kelas, serentak semua siswa langsung bubar keluar dari dalam kelas, mereka sudah bersiap menyerbu Kantin.
Aku dan Wina sedang santai duduk di meja paling pojok dinding yang ada dekat jendela, kami sedang makan di dalam kelas, karena sobat ku ini membawa satu kotak penuh berisi selusin donat dengan taburan manis di atasnya dalam berbagai varian rasa.
Aku mencomot donat berwarna biru dengan rasa seperti bubble gum, merupakan donat dengan rasa yang unik tapi masih bisa di toleransi oleh lidah ku.
Sedangkan Wina pasti mengambil donat dengan taburan mesis coklat, teman ku ini penggila makanan coklat, sampai Vape punyanya pun beraroma biji Kakao benar-benar aroma coklat yang khas.
Kami makan berdua, tanpa ada niatan mau berbagi dengan siapapun. Kami menikmati semua donat dengan nikmat.
Beberapa saat ada pengganggu yang datang mereka adalah sobat ku setia dan reyhan.
"Ihh makan donat gak ajak-ajak aku, princess marah nih, pokoknya nanti kalau aku bawa makan ke sekolah, tak ku bagi ke kalian berdua." Ucap Tia sambil mengerucutkan bibirnya ke depan.
Setia teman kami ini merupakan anak orang kaya, bapaknya punya supermarket terbesar di kota ini.
"Iya nih jahat, masa makannya cuman berdua, Ku sumpahin pipi kalian makin tembem macam donat" sungut Reyhan gak terima tidak di tawari donat.
"Lagian siapa suruh, kelamaan di ruang guru, kami kira kalian sedang ngedate di sana berduaan saja." Candaan ku kepada Tia, membuat pipi gemoynya memerah tanda ia sedang malu-malu, soalnya tadi mereka di suruh Bu dini membawa buku tugas matematika kami ke ruang guru.
"Iya bener, jadi murid jangan terlalu teladan, pake bantuin Bu dini segala." kata Wina dengan nada sengak karena tidak suka dengan Bu dini, sambil mendorong satu bangku untuk princess Tia.
"Thanks Wina, soalnya kalau gak begitu nilai kedisiplinan ku gak baik, ini akan menyeimbangkan nilaiki yang jelek, kalian mah enak tidak pusing pada nilai ulangan kan, karena nilai kalian pasti bagus walau nilai kedisiplinan kalian jelek banget, bede dengan ku yang bodoh ini." Setia merengut dan mulai mencomot donat dengan taburan mesis pink rasa stoberi.
"Udah gak usah kebanyakan bacot, nanti donatnya habis loh!" Ucapku dengan nada sengak, sudah malas kalau berbicara tentang nilai.
"Iya paham Ney." Ucap Rey masih mengunyah donat taburan gula halus yang di ambil tadi.
Saat kami asyik makan donat bersama. Tiba-tiba duo tengil masuk ke dalam kelas, dan langsung mendekat ke bangku ku, siapa lagi kalau bukan Satria dan temannya Jean.
Satria berada di sebelah Jean, ia langsung mengambil donat taburan macha, sedangkan Jean sedang menyuruh Reyhan untuk minggir ke tempat lain, karena ia ingin memberi tempat duduk itu untuk Satria.
"Rey lo bisa minggir kan ke kursi belakang, satria mau duduk di situ!" Perintah jean.
"Nggak mau, Lo siapa baru dateng udah ngatur-ngatur aja." Tolak Reyhan sambil menatap wajah Jean.
Reyhan memilih tetap duduk di tempat duduknya dan membuat Jean mulai melototi mukanya balik. Seketika Reyhan menjadi menciut, lalu sigap berdiri ingin pergi ke tempat duduk di belakang.
"Gak usah Rey, gue udah kenyang kok. Lo duduk di bangku gue aja, gue mau ke kamar mandi. Dengan cepat aku menggenggam tangan Tia, padahal Tia belum selesai memakan donatnya.
Beberapa saat kemudian satria menggegam tangan ku.
"Gak usah, gue juga mau langsung cabut, lo rapiin makan nya. Jangan lupa minum obatnya." Ucap Satria sambil mengelap ujung bibir ku, karena ada krim biru donat yang aku makan, dan dia langsung pergi bersama Jean keluar dari kelas ku.
Aku terdiam sejenak, lalu menatap Wina, orang yang ku tatap hanya menyengir kuda dengan gigi bawah yang mencoklat. "Dasar jorok" teriakku membuat kami semua serentak mulai menertawakan sikap absurdnya.
Setelah menghabiskan semua donat dan sehabis itu aku langsung minum obat yang sengaja ku bawa buat berjaga-jaga. Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi kencang, membuat Tia dan Reyhan kembali ke tempatnya masing-masing.
Wanita harunya di sayang, bukan buat taruhan, jadi ikut sedih mba neyra😢
Comment on chapter Chapter 1: mimpi konyol yang terus berulang