Ada yang pulang karena rindu.
Ada yang pulang karena lelah.
Ada juga yang pulang karena tidak tahu lagi ke mana harus pergi.
Tapi sejatinya, pulang bukan hanya tentang kembali ke tempat asal. Bukan hanya rumah dengan genteng merah dan halaman kecil. Bukan sekadar sapaan hangat atau pelukan di depan pintu. Pulang... adalah ketika hati merasa tenang. Ketika dada tidak lagi sesak karena bertanya-tanya, "Aku ini sedang ke mana, sebenarnya?"
Dan di titik itulah kita sadar:
Semua cerita, yang kita kira telah selesai—ternyata hanya sedang istirahat sebentar. Dalam perjalanan hidup, kita melewati banyak bab. Beberapa menyenangkan, beberapa menyakitkan, dan ada yang membingungkan. Tapi semua itu membentuk siapa diri kita hari ini. Bahkan luka-luka kecil yang dulu ingin kita hapus, sekarang justru menjadi alasan mengapa kita lebih kuat. Lebih sabar. Lebih peka.
Kita semua sedang menulis cerita yang belum selesai. Setiap hari, kita membuka halaman baru. Ada yang penuh warna. Ada yang hanya berisi satu kalimat. Bahkan, kadang-kadang, halamannya kosong. Tapi itu tidak masalah. Karena yang paling penting bukan seberapa cepat kita menulisnya, tapi bagaimana kita menjalaninya.
Pulang, dalam novel ini, bukan cuma tentang kembali ke rumah. Tapi juga tentang kembali mengenali diri sendiri. Mengingat siapa yang pernah kita cintai, siapa yang pernah kita kecewakan, dan siapa yang tetap bertahan di samping kita meski kita tak selalu sempurna.
Cerita ini...
Bisa saja kamu baca sampai titik terakhir. Tapi bukan berarti selesai. Karena mungkin, setelah menutup buku ini, kamu akan duduk di tepi ranjang sambil memikirkan siapa yang sudah lama tidak kamu kabari. Atau kamu akan mengirim pesan singkat ke seseorang, hanya untuk bilang, "Aku kangen." Atau mungkin, kamu hanya akan menatap langit senja dan tersenyum, merasa sedikit lebih damai dari sebelumnya.
Jika itu terjadi, maka cerita ini belum benar-benar berakhir.
Ia hidup. Di dalam kamu.
Di dalam setiap langkah yang kamu ambil setelah ini.
Karena pulang...
selalu punya cerita.
Dan kamu, selalu punya alasan untuk melanjutkannya.
Sampai bertemu lagi—di cerita berikutnya.