Loading...
Logo TinLit
Read Story - Big Secret
MENU
About Us  

Aku setengah loncat dari bis yang belum benar-benar berhenti. Itu pun bis langsung jalan lagi, tanpa menunggu lama. Aku sudah terbiasa. Tepatnya, aku membiasakan diri.

“Mba Dayu!” Pak Yanto melambai dari samping Innova abu-abu. Itu mobil operasional untuk kakek disini. Aku celingukan sesaat. Kebiasaan ini masih melekat sampai bertahun-tahun aku berusaha move on. Lalu dengan cepat masuk mobil. Pak Yanto langsung tancap gas.

“Sehat, Mba?” Tanya Pak Yanto, saat mobil sudah berjalan cukup jauh dari pertigaan besar Bandungan. Rambut Pak Yanto sudah lebih pendek dari terakhir kali aku melihatnya. Beberapa rambut putih nampak. Pak Yanto ini supir kepercayaan Kakek. Sejak muda sudah mengabdi pada Kakek. Sampai sekarang bisa menyekolahkan anaknya hingga SMA. Aku mengenal Hanum, anak sulungnya. Rumahnya memang tak jauh dari Villa, jadi kadang kami bertemu.

“Alhamdulilah, Pak. Sehat juga ya, Pak? Makin segar aja,”

Suara tawa renyah Pak Yanto terdengar. “Ah, Mba Dayu nih bisa saja, saya sekeluarga sehat, alhamdulilah, Mba.”

“Kakek sudah di Villa?”

Pak Yanto mengangguk. “Sudah sejak semalam, Mba. Bapak langsung datang dari Bandung.” Kakek memang paling anti dengan ingkar janji. Ia selalu menepati janjinya. “Tadi sepertinya ada tamu.”

“Penting?”

“Ya tamunya Bapak kan penting-penting semua, Mba.” Pak Yanto nyengir. Diikuti kikihanku. Apa yang aku pikirkan ya sebenarnya. Siapapun yang mencari Kakek, sudah pasti ada dalam list janjian, yang selalu dicatat oleh Mba Rara. Sekretaris Kakek. 

 

>.<

 

 

Dua mobil sedan mewah terparkir di halaman. Itu pasti tamunya Kakek. Tak ada yang berubah di Villa, hanya tanaman merambat di pagar, sudah menjalar kemana-mana. Sebuah suara mengagetkanku, saat aku turun dari mobil. Pak Yanto membantuku membawa tas ranselku.

“Non Dayuuuu!” aku ingat sekali suara melolong itu milik siapa. Siapa lagi kalau bukan Mbok Jum. Asisten rumah tangga di Villa ini. Ia menghampiriku dengan cepat dan memelukku. “Ealah, tau engga sih, Mbok kangeeennnn banget,”

“Maaf ya, Mbok. Baru bisa pulang.” Aku mengelus lengannya. Ia memang tipe ibu-ibu yang bisa diandalkan. Pun seperti Pak Yanto, Mbok Jum sudah lama mengabdi pada Kakek. Warga daerah sini juga. Tapi sekarang menetap di Villa, sejak ditinggal suaminya dan anaknya pergi merantau. Perawakannya yang agak gemuk dan sedikit pendek dengan kondenya. Mengingatkan pada bibik jamu.

“Yang penting Non sehat-sehat ya,” senyum lebarnya tak berubah. Masih selebar jalan tol.

“Iya, pasti, Mbok. Ada tamu ya?”

“Di belakang, Non,”

Aku memasuki Villa, sepi di ruang tamu dan ruang tengah. Pintu ke arah taman belakang terbuka. Aku bisa melihat Kakek disana, duduk bersama dua orang yang berpakaian resmi. Diseberang kolam renang. Kakek tampak lebih kurus, apa karena efek kemeja longgar merah itu. Rautnya pun tampak lelah.

Aku tersentak. Kakek melambai padaku. Ragu aku mendekat.

“Ini cucu saya, Dayu.” Mereka menatapku dengan seksama. Mungkin menilaiku. Aku cukup sopan dengan celana katun dan blus biru. Mereka menyalamiku. “Ini Pak Probo dan Pak Tedi, beliau ini Komisaris Hotel Mulia.” Dari dekat, aku melihat mereka awal 60an dengan rambut klimis dan  hitam legam. Sangat kontras dengan Kakek yang berambut putih.

“Kami harap Mba Dayu kapan-kapan mau mampir hotel.” Basa-basi bapak berkacamata.

“Oiya, terima kasih, Pak.” Jawabku.

“Mereka butuh dukungan saham.” Kata Kakek, saat tamu-tamunya sudah pergi beberapa menit kemudian. Aku tahu, kalau yang ada diseputaran Kakek adalah bisnis. “Kamu kurusan, Nduk,” Kakek mengeryit menatapku.

“Ah, engga juga, biasa aja, Kek,” elakku. Karena aku memang tak pernah mengurangi porsi makan.

“Sudah makan?”

“Sudah tadi siang.” Aku memang sempat makan di kedai dekat kos, sebelum berangkat tadi. Wajah Kakek tampak tak puas.

“Kakek sudah bilang Mbok Jum, kamu dibuatkan seafood. Sudah dibikinkan Udang Goreng mentega itu,”

Mataku pasti membola, tanpa sadar. “Lha? Tadi Mbok Jum ga bilang apa-apa didepan.”

Kakek tertawa. “Memang surprise.” Kakek bangkit dari kursinya. Mengambil tongkatnya dan mulai berjalan kearah Villa. Untuk ukuran usia 67 tahun, Kakek cukup sehat. Dengan diet disegala lini. Aku membuntuti Kakek. “Ada kiriman sepertinya di kamarmu,”

 

 

>.<

 

 

Gaun amethyst tanpa lengan yang sangat indah.. pasti mahal harganya… diatas kotak, aku menemukan sebuah memo berukir daun ungu.

 

Hello my Love..

Gaun ini pasti cocok untukmu, sayang..

 

                                                            Your lovely Mom

 

Ah, Mama terlalu, tiap gaun yang dilihatnya, selalu dibilang cocok untukku. Aku sebenarnya tak pernah suka Mama menghamburkan uang untuk selembar gaun yang entah kapan kupakai.

Pandanganku beralih ke kotak diatas meja. Macbook seri terbaru masih terbungkus rapi disana sejak tiga bulan yang lalu. Itu dari Ayah.

Mereka memang suka mengirimi barang-barang. Sejak mereka memutuskan bercerai enam tahun yang lalu. Dan berpencar mengikuti intuisi hati masing-masing. Mama terbang ke Paris, melanjutkan mimpinya menjadi desainer. Papa ke Ulm. Selepas mereka bercerai. Aku yang ditarik sana-sini, lebih memilih di Indonesia dengan Kakek.

Ponselku bernyanyi. Mama. Dia punya indera keenam ya, bisa tahu aku sudah meihat hadiahnya.

“Halo sayang, suka engga kiriman Mama?” Tanya Mama, bahkan sebelum aku mengatakan apapun.

“Ma, aku pernah bilang kan-“

“Ga usah belanja ga penting, maksudmu?”

Aku mendesah. “Iya, yang penting Mama sehat disana.”

“Mama selalu sehat disini, sayang. Mama selalu tunggu kamu kesini.”

“Ma, aku masih kuliah,” elesku.

“Itu selalu alasanmu, Mama sudah bosan.”

“Lalu? Mama mau aku menjawab apa?” kadang memang Mama ini paling tidak mau dibantah.

“Iyakan dong sayang, Mama akan sangat senang sekali. Oiya, sukses ya buat besok.”

Aku tercekat. “Besok?”

“Iya, buat pesta besok, jangan lupa pakai gaun itu ya sayang.”

“Pesta? Besok?”

 

 

>.<

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Doctor My Soulmate
120      107     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
What If I Die Tomorrow?
428      274     2     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
RUANGKASA
45      41     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
Return my time
319      271     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Niscala
356      239     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Code: Scarlet
25639      4980     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Listen To My HeartBeat
587      357     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
A Poem For Blue Day
235      182     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
love like you
457      325     1     
Short Story
Temu Yang Di Tunggu (up)
19578      4082     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...