Aku tumbuh dengan keyakinan bahwa menjadi kuat adalah satu-satunya cara agar dunia tidak menjatuhkanku. Jadi aku belajar menelan air mata, menyembunyikan luka, dan tersenyum bahkan ketika hatiku remuk. Aku terbiasa mendengar, “Kamu hebat,” padahal aku hanya pandai menyembunyikan lelahku. Aku ingin bilang, aku capek. Tapi lidah ini kelu, takut disebut lemah. Jadi kupeluk sendiri rasa sakit itu, berharap waktu menyembuhkannya. Tapi waktu pun lelah menunggu aku jujur pada diri sendiri.
Mungkin selama ini aku bukan kuat—aku hanya takut terlihat rapuh.
Tapi sampai kapan aku harus memikul semuanya sendirian?
Sampai kapan aku harus meyakinkan dunia bahwa aku baik-baik saja?
Hari ini, untuk pertama kalinya, aku ingin jujur… bahwa aku juga manusia.
Dan kamu tahu? Aku tidak harus kuat setiap hari.