Bapak.
Meninggal di tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh dua di bulan juni, dua bulan sebelum aku lahir. Anak perempuan hidup tanpa sosok Bapak itu tidaklah mudah, sangat amat tidak mudah. Pernah baca quote yang isinya.
"Anak perempuan tumbuh tanpa peran dan kasih sayang seorang ayah, dia tumbuh menjadi dewasa dengan emosional, berperang dengan isinya kepala dan dia lebih keras terhadap siapapun untuk dia membela diri karena tidak ada yang melindunginya sejak kecil, dia kehilangan percaya dirinya.
Waktu aku sekolah aku selalu merasa berbeda, waktu TK sampai SMP saat itu yang yatim hanya aku saja. Ketika melihat sepulang sekolah dijemput Ayahnya timbul rasa berbeda dan iri. Terlebih kepergian Bapak yang dari cerita keluarga sangat tidak wajar. Cerita dari keluarga Bapak meninggal seolah - olah bunuh diri dengan cara menggantung di pintu, tetapi kata Paklik adiknya Ibu sangat tidak wajar karena tidak menunjukkan tanda - tanda gantung diri pada umumnya, jadi katanya Bapak semacam hanya diletakkan di pintu itu dijerat sarung dengan kaki masih menapak ke lantai, lidah tidak keluar, kotoran tidak keluar. Aneh memang, tidak ada tanda - tanda gantung diri. Dan karena ditahun itu belum gencar seperti sekarang yang masuk berita dan diselidili kematiannya jadi tidak tahu yang sebenarnya terjadi, karena dari pihak keluarga Bapak mintanya langsung dikubur. Jujur itu membuat aku semacam trauma. Kalau benar ada yang menyalahi Bapak semoga Allah ampuni. Bukan suudzon tetapi semua mengarah dengan harta warisan simbahku Bapak hanya dua bersaudara punya adik laki - laki, seperti yang sudah aku ceritakan diawal bahwa Bapak meninggal setelahnya kakungku meninggal semua berubah dratis aku merasa asing dikeluarga Bapak sampai detik ini. Sebegitu mengerikan memperebutkan warisan.
Aku tidak mengenal sosok Bapak tapi aku yakin dari cerita Ibu, saudara tetangga rumah Bapak, cerita Bapak orang baik, Bapak orang paling menerima apa adanya. Aku tahu dan melihat wajah Bapak ketika sudah dewasa foto KTP dan foto nikahan Bapak yang sudah usang.
Hal lain yang buat aku sakit hati selain cara meninggalnya Bapak yang tidak wajar ditambah Bapak sudah daftar haji tinggal berangkat sama Kakung dan adik laki - laki Bapak. Tapi qadarullah memang Allah lebih sayang Bapak. Bapak lebih dulu terpanggil untuk berpulang sebelum terpanggil ke tanah Suci untuk berhaji.
Maka dari itu keinginanku Semoga Allah panggil dan mudahkan aku ke tanah Suci. Akan ku ajak Bapak bersamaku walau hanya dalam sebuah foto.
Apakabar disana Pak?
Rumah Bapak sudah dirubuhkan Pak, tanpa ijin tanpa bilang ibu dan anak - anak Bapak dari Ibu. Bahkan aku belum pernah sekalipun masuk rumah itu Pak. Tetapi kini sudah rata dengan tanah dan ditumbuhi rumput - rumput liar. Kayu - kayu jati entah kemana.
Tidak apa ya Pak. Pasti Allah sedang menyiapkan hadiah terindah untuk ku kan Pak? Hadiah yang tidak biasa - biasa saja karena bertubi - tubinya ujian hidupku.
Allah sayang sekali padaku ya Pak.