Wanita setia, sabar, kerja keras. Ibu memilih tidak menikah lagi setelah kepergian Bapak. Ibu pulang ke rumah orang tuanya. Ibu membesarkan aku dan kedua kakakku dari berjualan hasil panen kebun ke pasar. Tetapi ibu sering sakit - sakitan tidak berjualan di pasar lagi sejak aku SMP kelas dua. Di ganti dengan adik laki - laki ibu yang tidak menikah, dia yang menjual hasil panennya ke pasar. Ibu anak pertama ada adik laki - laki tinggal di Surabaya, adik perempuan tidak punya keturunan sudah meninggal, adik laki - laki yang di rumah yang merawat ibu dan adik perempuan yang sekarang sedang sakit dan ikut anaknya.
Keluarga ibu tergolong punya aset tanah sawah banyak. Tetapi dari jamannya simbah masih ada tidak dibagi, bahkan dulu simbah putri itu termasuk pelit dan galak ketika anak-anaknya menanyakan atau membahas untuk segera membagi secara adil dia akan marah besar. Dan sekarang ibu dan saudara-saudaranya pun maaf pemikirannya tidak maju untuk segera dibagi jadi untuk para anak - anak sekarang yang pusing. Padahal belum ada yang bisa dibilang sukses. Yang punya rumah sendiri baru anak dari adiknya ibu yang perempuan yang paling kecil. Tetapi dikeluarga kita mungkin memang menerapkan anak - anaknya biar kerja keras sendiri menjadi perintis bukan pewaris. Dan itu berat sekali ku rasakan.
Aku membandingkan diriku dengan sebelah kontrakan ku yang ternyata teman SD ku, dia kontrak padahal rumah orangtuanya tidak jauh dari kontrakan. Kurang lebih dua tahun kontrak sekarang sudah punya rumah sendiri dan besar bagus, peran orangtuanya ada tetapi yang turut membantu.
Saat ini belum berlaku diaku. Setitik rendahnya aku masih berjuang hanya dengan suami. .
Doaku ibu sehat terus bisa melihat suatu hari nanti aku sukses.