Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semesta Berbicara
MENU
About Us  

Kerutan dalam menghiasi dahi Fabian saat layar ponselnya menyala. Surya menelepon tepat ketika ia baru saja tiba di apartemennya di Bogor dan menjatuhkan diri ke sofa.

“Halo, Fabian. Suci udah sampai ke Bogor dengan aman?” tanya pengusaha muda itu.

Wajah Fabian menegang. “Bukannya Suci ke rumah Kakak? Tadi dia bilang mau mampir melihat keponakan, sekalian kasih oleh-oleh.”

Di seberang telepon Surya terkejut, “Nggak ada dia datang ke rumah gue.”

Mereka lalu terdiam khawatir, mulai menebak kemungkinan terburuk. “Jangan-jangan Anya, Kak?” Fabian mengucapkan apa yang ada di pikirannya.

“Gue hubungi Tobi dulu,” Surya kemudian menutup teleponnya.

Fabian dihantam badai emosi: syok, rasa bersalah, amarah, kesedihan, dan kekhawatiran, semua bercampur aduk. Ia menonjok sofa apartemennya dengan frustrasi.

“Seharusnya tadi aku dampingi dia terus! Bodoh!” rutuknya, suaranya tercekat. Tanpa pikir panjang, ia menyambar tasnya dan bergegas keluar, tujuannya jelas: Jakarta.

Kumohon Tuhan, jangan biarkan Suci dalam bahaya, doanya dalam hati sepanjang perjalanan. Ia merasa begitu lemah saat ini; di saat ia paling dibutuhkan, ia justru tak berdaya. Ia bukan sosok yang punya kuasa, ia hanya bisa menghubungi Anjar dari mobil yang terus melaju.

 

-oOo-

 

Suci akhirnya tersadar, bangkit dari tidur panjang yang terasa seperti pingsan. Matanya mengerjap, baru menyadari ia berada di sebuah kamar yang asing baginya.

“Selamat sore Suci sayang, lama amat tidurnya,” terdengar suara dari speaker yang terletak di meja tepat di bawah televisi.

“Anya…” Suci yakin mengenal suaranya. Kepalanya masih pusing, seakan baru bangun setelah bius operasi. “Lu yang bawa gue ke sini?”

“Tenang, ini cuma semacam boot camp, gue nggak sejahat itu kok,” Anya mengatakan. “Gue sediakan kamar yang layak, tas lu juga aman tuh, cuma nggak boleh ada komunikasi ke dunia luar. Coba lihat kertas yang ada di atas meja samping speaker ini? Lu boleh keluar setelah tanda tangani kertas itu. Kalau nggak mau tanda tangan, ya lu bakal di situ selamanya, jadi orang hilang.”

Suci menengok ke kertas yang diketik dengan format formal itu. Itu kertas yang menyatakan kerjasamanya dengan dua perusahaan, ia mengenali perusahaan itu sebagai pesaing RumahWaktu dan Sentani Jaya. Aku mau diframing lagi? pikirannya langsung paham.

“BTW jangan coba-coba mikir buat kabur ya. Gue selalu pantau lu dari sini. Kamar itu kuncinya pakai biometrik say, kalau lu paksa malah terkunci selamanya,” Anya menjelaskan. “Cuma orang-orang tertentu yang bisa buka, dan gue juga bakal kasih lu makan kok. Makanan yang bergizi banget deh pokoknya.”

 

Bersamaan dengan itu seseorang memasuki ruangan, seorang wanita masuk membawakannya sepiring makanan yang ditutup tudung stainless. Piring itu diletakkan di meja begitu saja, lalu wanita itu kembali ke luar. Saat Suci mengintip dari pintu, di luar terdapat beberapa pria kekar yang berjaga-jaga di sekitar pintu, ia tidak mungkin menghadapinya sendirian, apalagi dengan tubuhnya yang terasa lemah ini.

Aku diapain sih? Kok jadi lemas banget? pikirnya bingung. Suci kemudian tertarik memeriksa isi tudung itu. Piring itu berisi siomay; dari aromanya, jelas tercium bau udang. Seharusnya aku bisa menebak ini, batinnya, menyadari ini adalah siksaan perlahan untuknya. Beruntung, ia selalu menyediakan obat alergi di tasnya. Mungkin cukup untuk menanggulangi ini sementara. Tanpa berpikir dua kali, ia menghabiskan seluruh makanan di piring itu, menjadikannya bekal tenaga untuk bertahan hidup. Baru kemudian ia menelan obat alergi yang dibawanya.

 

-oOo-

 

“Lihat Suci sekarang, dia menyedihkan kan? Begitu jadinya kalau berani melawan aku!” Anya berkata pongah di depan laptopnya. Ia bermukim di tempat persembunyiannya bersama Tougo yang terlanjur terlibat.

“Gila kamu, Nya!” pemuda itu semakin jijik dengan perilaku wanita itu.

“Kamu nggak bisa komplain, kamu nggak bisa mundur lagi. Kamu kan sudah termasuk komplotanku, jadi jangan coba-coba berkhianat, Sayang. Nanti kamu ikut dihukum juga loh!” Anya mengangkat wajah Tougo dengan jarinya.

“Aku… mau pulang,” Tougo berniat kabur dari beban tanggung jawab ini.

“Nggak bisa, Sayang. Ini tempat persembunyian kita, memang kamu nggak takut dicurigai dan ditanya-tanya polisi?” Anya memojokkannya. “Kita tidur di sini aja ya, sementara aja kok,” ia menyeringai.

Tougo merasa tersudut dan sendiri. Ia yakin Anya akan mengintainya semudah ia mengintai Suci. Ia bahkan tidak bisa lagi percaya pada ponselnya sendiri. Ia hanya bisa menurut.

 

-oOo-

 

Ruang konferensi Klassiek Corporation tampak sibuk sore ini. Surya bergerak cepat mengumpulkan para sahabatnya. Para direktur dari Random Walk, dan Anjar sebagai dirut PT Naratama ikut dilibatkan dalam pencarian Suci yang tiba-tiba menghilang.

“Maaf harus melibatkan kalian semua, gue kalut, nggak tahu harus gimana lagi,” Surya mengacak-acak rambutnya.

“Adik lu, adik gue juga. Lu nggak sendiri,” Adrian menenangkannya, Akasia berdiri di sebelahnya.

“Kapan terakhir Suci terlihat?” Akasia berusaha mencari kronologi jelasnya.

“Penuturan Fabian, mereka pisah di bandara sesudah keluar dari terminal kedatangan, sekitar pukul satu siang. Setelah itu Suci bilang mau ke rumah gue, jadi pesan mobil taksi online,” Surya menuturkan. “Tapi dia nggak pernah datang.”

Adrian menyambungkan panggilan ke Hayashi dan Selena yang terjun langsung ke bandara bersama Fabian. Mereka menuju terminal kedatangan tempat Suci berpisah dengan Fabian terakhir kali. “Hayashi, periksa petugas taksi online. Suci kemungkinan dibawa supir taksi online.”

 

Di area sekitar terminal kedatangan, Hayashi menyetir cepat, sementara Selena di sebelahnya, matanya terpaku ke ponsel. “Okay, aku kirim broadcast foto Suci ke relasi driver taksi online, serta grup supir travel yang biasa mangkal di bandara. Kalau ada yang lihat aku suruh melapor ke nomorku dengan imbalan,” Selena memberitahu.

Fabian berseru, “Coba telusuri data kendaraan resmi milik Anya atau Widuri, atau atas nama PT Sentani Jaya. Kecurigaanku besar ke mereka.”

Anjar menggunakan laptopnya untuk menjalankan komando Fabian, dengan dibantu Endry ia mendapatkan daftar aset perusahaan atas nama Sentani Jaya, termasuk nomor-nomor plat mobil beserta tipenya. “Ketemu!” ia menyeringai.

Adrian membantu dengan melaporkan ke polisi kenalannya dan meminta akses CCTV ke dishub. Setelah izin diberikan, Dinia baru bisa bertindak. Akasia melirik jam di ponselnya. Ini sudah pukul tiga sore.

Tobi sibuk dengan laptopnya, Endry menepuk bahunya, merangkul Dinia yang tersenyum di sebelahnya. “Mr. Wolf kan?” Dinia menyapa dengan yakin.

“Kita bantu.” Endry duduk di sebelah Tobi, Dinia di bangku setelahnya. Ketiganya kini berkolaborasi dengan laptop mereka.

“Siapa ya?” Tobi bingung.

QueenGumiho,” Dinia menyebut nama samarannya.

JustYeti,” Endry ikut memperkenalkan nama akun yang biasa dipakainya.

Mata Tobi membesar begitu mendengar dua nama legendaris itu, QueenGumiho dan JustYeti, grey hat hacker yang terkenal di dunia internasional, ternyata mereka berasal dari Indonesia, dan kini ada di hadapannya. Dan mereka ternyata pasangan suami istri pemilik perusahaan Random Walk.

Tobi tercengang, Endry yang sadar menepuk bahunya, “Kenapa bengong? Lanjut!” ia menyadarkan Tobi.

“Aku sudah dapat video CCTV bandara yang merekam pergerakan Suci ketika berpisah dengan Fabian,” Dinia memberitahukan. “Itu rambutnya khas banget!” ia yakin melihat rambut bergelombang panjang dengan ujung ungu itu.

“Iya benar, itu Fabian yang bersama dia tadi,” Akasia pun meyakinkan.

Di video setelah Fabian meninggalkan Suci, gadis itu tampak menghampiri sebuah mobil SUV hitam dengan langkah yakin.

“Coba lihat plat nomor mobilnya,” Anjar tidak asing dengan tipe mobil itu, mencocokkannya dengan daftar aset yang didapatnya. “B 1853XX, itu salah satu plat mobil milik Sentani Jaya.”

“Berhasil recover pesan di ponsel Suci, terakhir dari nomor Widuri,” Tobi pun melaporkan temuannya. Ia membacakan isinya, Widuri mengatakan akan mengirimkan supir untuk menjemputnya di bandara.

Rahang Surya mengeras, marah, “Widuri. Kita harus meminta pertanggung jawabannya.”

 

-oOo-

 

Hari sudah sangat sore, bisa dipastikan Widuri sudah berada di kediamannya. Oleh karena itu Surya didampingi Adrian, Akasia, dan Anjar mendatangi rumah wanita tua itu. Mereka berdiri di depan pintu kayu tua yang megah. Pelayan membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk. Di dalam, Widuri duduk tenang di kursi rotan antik dengan secangkir teh di tangan.

“Selamat sore. Tidak biasanya Surya datang bersama rombongan, sungguh kejutan. Ini ada apa?” perempuan tua yang elegan itu tersenyum tipis.

“Bu Widuri, Suci menghilang,” Surya buka suara. “Terakhir CCTV merekamnya di bandara, dijemput oleh mobil yang katanya Anda kirim ke bandara. Kami ingin tahu, kemana Suci dibawa? Siapa yang membawanya, dan untuk apa?”

Suci menghilang? Anya, apa yang kau lakukan? Kamu cuma bilang mau membuktikan, bukan menculik anak orang, pikir Widuri. Ia berhenti mengaduk tehnya, senyumnya hilang.

“Kok… bisa hilang? Saya baru tahu ini loh!” ia menunjukkan kesungguhan pernyataannya. “Saya nggak mengirimkan siapa-siapa, terakhir saya bicara dengan Suci sekitar tiga minggu yang lalu.”

“Menurut daftar aset perusahaan Anda, plat nomor mobil yang membawanya masih di bawah kepemilikan PT Sentani Jaya,” Adrian mengeluarkan tabletnya dan menunjukkan tangkapan layar bentuk mobil serta nomor platnya.

“Banyak armada perusahaan yang digunakan staf saya. Saya tidak mungkin tahu semuanya,” Widuri mengelak.

“Jadi… bukan Ibu yang menyuruh jemputan itu?” Akasia menanyakan dengan dingin.

“Bukan saya,” Widuri menegaskan.

“Kalau begitu, dimana Anya sekarang? Mungkin dia tahu,” Surya mempertanyakan.

Widuri tercekat, “Anya, entahlah. Anak itu tidak pernah izin kepada saya jika ingin pergi.”

Sejenak hening, wajah Surya tajam, mencurigainya. Adrian menatapnya singkat, Anjar melipat tangan.

“Kalau benar Suci dijemput oleh orang kami, saya akan cari tahu. Tapi tolong, jangan langsung menuduh. Saya tidak tahu menahu soal ini,” Widuri menambahkan, nada bicaranya ringan tapi menekan. ‘Suci, kamu nggak boleh kenapa-kenapa, kalau Surya tahu aku terlibat, habislah semua,’ pikirnya dalam ketenangannya.

“Kalau Anda tahu sesuatu, lebih baik dibicarakan sekarang, Bu,” Surya menekannya dengan tatapan mata penuh selidik.

“Kalau saya tahu, saya akan bicara Surya. Saya juga khawatir dengan Suci,” Widuri berkata hampir putus asa.

“Kami akan telusuri semua aset properti perusahaan Anda yang bisa diakses Anya,” Adrian berkata tegas.

“Silakan. Saya juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,” senyum di wajah Widuri kembali muncul meski getir.

“Kami tidak mencari musuh, Bu. Kami cuma ingin membawa Suci pulang dengan selamat,” Anjar datang mendekat, suaranya tenang.

“Saya mengerti, itu juga yang saya harapkan. Tapi saya juga berharap kalian nggak mencurigai keluarga saya tanpa bukti.”

Selepas kepulangan rombongan Surya, Widuri terduduk lemas. ‘Anya, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Jangan bodoh, jangan sampai aku dilibatkan dalam rencana jahatmu!’ dumalnya dalam pikirannya.

 

-oOo-

 

Suci kembali meminum obat alergi setelah diberi makan malam, menunya tempura udang, mudah ditebak. Suci mengamati ruangan tempat ia berada, furniturnya lengkap, dengan televisi besar terpampang di tengah ruangan. Sayangnya tidak ada alat komunikasi apa pun selain speaker dan kamera yang sebelumnya menghubungkannya dengan Anya. Ia mengamati televisi di ruangan itu, ia beruntung itu adalah smart TV dan terhubung ke Wi-Fi apartemen, ini bisa ia manfaatkan sebagai celah komunikasi. Ia mengambil remot TV dan mengutak utik web browser-nya, berusaha memberikan sinyal ke server Foxshell sebagai MidnightFox.

 

-oOo-

 

Malam itu tidak ada yang bisa tidur tenang. Surya, Tobi, Fabian, Anjar, Adrian, Endry, dan Hayashi berkumpul di ruang kerja Surya di Jakarta, menginap di sana. Sementara Dinia dan Selena terhubung dengan mereka melalui video conference dari rumah masing-masing. Tobi tertegun, matanya terpaku pada layar. Server Foxshell baru saja menangkap log akses IP dan waktu yang janggal—sebuah sinyal samar, seolah Suci ingin memberitahu keberadaannya. Tanpa menunda, ia segera melacak lokasi perkiraan dari alamat IP tersebut.

“Ada petunjuk dari Suci,” lapor Tobi ke Surya dan kawan-kawan. Sontak semua merasa seperti diberi angin surga. Tobi terus menelusuri perkiraan lokasi dari alamat IP yang ditemukan.

“Di sekitaran Cengkareng,” Tobi mengungkapkan.

“Apa ada properti Sentani Jaya di sekitar Cengkareng?” Surya bertanya kalut.

Anjar kembali memeriksa data kepemilikan aset Sentani Jaya yang sudah ia bongkar. “Ada, Grand Cendana Apartement,” ia menginformasikan dengan cepat.”

“Kita ketemu di sana!” Surya tidak sabar.

“Jangan gegabah, Surya. Kita harus pakai strategi, di sana ada banyak tower. Kita belum dapat lokasi pastinya,” Adrian memperingatkan.

“Benar, nggak mungkin tanpa penjagaan. Aku sih bisa aja menghajar semuanya, tapi kalau nggak tahu lokasi tepatnya kan kayak orang bodoh juga mencari-cari di tempat seluas itu,” Hayashi mengingatkan dengan caranya yang blak-blakan.

Surya memikirkan lagi. “Tobi, kamu bisa memata-matai?”

“Bisa, aku bisa pura-pura jadi teknisi Wi-Fi di sana, agar leluasa bergerak, asal diberikan seragam,” Tobi menyarankan.

“Setuju,” Selena menyanggupi. “Aku akan pinjam ke temanku yang bekerja jadi teknisi provider internet di sana,” semua tampak tidak heran, siapa yang tidak dikenal Selena, wanita dengan tentakel gurita, relasinya dimana-mana.

“Besok pagi bisa dikirim ke Tobi, Sel?” Surya menanyakan.

Selena mengetik pesan. Ia lalu menyunggingkan senyum setelah mendapat balasan. “Bisa, tapi pukul sembilan baru bisa dikirim. Kemana kirimnya?”

“Ke kantor gue aja,” Surya menyarankan. “Tobi, siap dari pukul delapan di sini!” Surya memerintahkan ke Tobi.

Roger!” Tobi menyanggupi.

 

-oOo-

 

Hari kedua Suci disekap. Suci sempat tertidur lemas, bukan karena ranjang itu nyaman, tapi karena tubuhnya terasa semakin lemah. Ia memakan obat setelah sarapan pagi ini, bakwan udang, tapi obat pun seakan sudah tidak lagi mempan. Napasnya mulai sesak, ruam-ruam pun mulai terlihat. Ia yakin kemarin Mr. Wolf alias Tobi pasti sudah menangkap sinyal darinya. Ia memaksakan diri untuk mandi, agar merasa lebih segar. Saat mandi ia bahkan sempat muntah. Setelah mandi dan mengganti bajunya, Suci masih tetap merasa lemas. Ia memutuskan untuk berbaring, mengistirahatkan tubuhnya saja, menyerahkan sisanya pada ketentuan Sang Pencipta. Ia yakin abangnya dan Mr. Wolf akan cukup cerdas untuk menemukannya. Sesaat ia teringat seraut wajah tampan.

“Fabian… aku kangen,” gumamnya lirih, napasnya tersengal dalam kelemahannya.

-oOo-

Tougo yang melihat pemandangan itu dari balik monitor laptop Anya semakin cemas. “Anya, dia bisa mati.”

“Jangan kasihani dia,” Anya mengabaikan kekhawatiran Tougo, senyumnya sinis.  “Banyak yang peduli padanya. Seharusnya kamu mengasihani aku, aku sendirian, nggak ada yang tulus peduli sama aku.”

Tougo menahan keresahannya. Ia tidak bisa bertindak gegabah di depan wanita gila ini. Ia harus bertingkah seolah terus mendukung rencananya untuk mencari aman.

“Terserah kamu aja,” Ia pasrah. Tougo memutuskan keluar untuk menjernihkan pikirannya. Ia berniat ke minimarket terdekat untuk melihat keramaian, demi mempertahankan kewarasannya. Sesaat ia melihat Tobi, meski dalam seragam teknisi tapi ia yakin itu dia. Tougo kemudian sadar, bala bantuan telah datang. Ia memutuskan untuk berdiri di pihak yang benar. Ia membeli obat tidur di apotek terdekat. Aku bantu dari sini, untuk membuat Anya lengah, pikirnya, sambil memberi beberapa camilan dan minuman di minimarket untuk menyamarkan tindakannya nanti.

 

-oOo-

 

Tobi mengenakan topi dan rompi biru dongker bertuliskan “ServiceNet Fiber”, lengkap dengan ID card imitasi dan tas peralatan yang menggantung di bahu. Di tangan kiri ia menenteng laptop saktinya, yang sudah dilengkapi pemindai jaringan dan pelacak sinyal.

Ia memasuki lobi Apartemen Grand Cendana dengan langkah santai. Seseorang berseragam petugas keamanan apartemen yang melihat memerhatikannya.

“Pemasangan baru ya, Mas?” tanya petugas keamanan itu.

“Bukan, Pak. Laporan gangguan sinyal di salah satu tower. Ada interferensi kuat dari salah satu unit di lantai atas, saya diminta cek spektrum sinyalnya langsung,” Tobi tersenyum ramah.

Petugas keamanan itu mengambil sesuatu ke meja resepsionis, lalu memberikan kartu akses masuk kepada Tobi. “Nanti tolong kembalikan lagi ke resepsionis ya!” pesannya.

Tobi membalas dengan anggukan sopan, lalu berjalan ke ruang panel jaringan, menancapkan laptop ke port di dinding dan memulai pemindaian.

 

Tobi berjalan menyusuri lorong apartemen tower B. Ia berpura-pura mengecek router yang ada di lorong tiap lantai. Di layar laptopnya, peta sinyal Wi-Fi dan koneksi perangkat dalam jaringan lokal terpampang dalam bentuk grid yang kompleks.

“Hmm… tower B lantai 19, sinyal aneh, cuma satu perangkat aktif tapi bandwitch-nya gede banget. Kamera? Streaming?” ia menggumam.

Tobi terus bergerak hingga layar menampilkan:

Device lock detected - Encrypted Stream Active - 192.168.13.19

Satu unit menyala terus, tidak menyambung ke ISP normal, melainkan ke relay server pribadi. Koneksi aneh seperti itu, pasti perbuatan Anya.

Tobi mempercepat langkah, berpura-pura mengecek kabel, sementara telinganya menangkap obrolan samar dari dua petugas kebersihan.

“Unit 1906 bukannya kosong? Kok datang pengantar makanan melulu?”

“Baru diisi, kayaknya sama orang penting. Soalnya ada penjaganya di depan pintu.”

Tobi mengingat dalam benaknya, tower B, lantai 19, unit 1906. Lokasi terkunci. Ia menekan earpiece kecil di telinganya.

Wolf ke base, lokasi kemungkinan besar tower B lantai 19, unit 1906. Terhubung ke jalur stream privat dan sensor perangkat cuma satu. Pasti ini!” Tobi melaporkan pelan ke alat komunikasinya.

Dari seberang sambungan, Endry menjawab pelan. “Data Wi-Fi sinkron. Device itu satu-satunya yang menyala terus. Tobi, keluar sekarang. Kami teruskan ke Fabian.”

Copy.” Dengan tenang Toby menutup laptopnya, lalu berjalan keluar lorong. Sesaat sebelum menutup pintu lift, ia menatap ke arah lantai atas dengan sorot mata serius.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • papah.al

    Menarik
    Selalu penasaran kedepannya

    Comment on chapter Prolog
  • baba

    Ceritanya mindblowing ya ..

    Comment on chapter 6. Semut pun Bisa Menggigit
  • guardian angel

    Prolognya menarik.

    Comment on chapter Prolog
  • guardian angel

    Mulai seru... hacker perempuan keren bgt!

    Comment on chapter 1. Kekecewaan Menghentak
Similar Tags
Yang Tertinggal dari Rika
2924      1244     11     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...
Cinderella And The Bad Prince
1833      1190     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
Konfigurasi Hati
649      430     4     
Inspirational
Islamia hidup dalam dunia deret angka—rapi, logis, dan selalu peringkat satu. Namun kehadiran Zaryn, siswa pindahan santai yang justru menyalip semua prestasinya membuat dunia Islamia jungkir balik. Di antara tekanan, cemburu, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, Islamia belajar bahwa hidup tak bisa diselesaikan hanya dengan logika—karena hati pun punya rumusnya sendiri.
Help Me Help You
2398      1311     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
Bunga Hortensia
1709      150     0     
Mystery
Nathaniel adalah laki-laki penyendiri. Ia lebih suka aroma buku di perpustakaan ketimbang teman perempuan di sekolahnya. Tapi suatu waktu, ada gadis aneh masuk ke dalam lingkarannya yang tenang itu. Gadis yang sulit dikendalikan, memaksanya ini dan itu, maniak misteri dan teka-teki, yang menurut Nate itu tidak penting. Namun kemudian, ketika mereka sudah bisa menerima satu sama lain dan mulai m...
Liontin Semanggi
1971      1127     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
Sweet Like Bubble Gum
1654      1077     2     
Romance
Selama ini Sora tahu Rai bermain kucing-kucingan dengannya. Dengan Sora sebagai si pengejar dan Rai yang bersembunyi. Alasan Rai yang menjauh dan bersembunyi darinya adalah teka-teki yang harus segera dia pecahkan. Mendekati Rai adalah misinya agar Rai membuka mulut dan memberikan alasan mengapa bersembunyi dan menjauhinya. Rai begitu percaya diri bahwa dirinya tak akan pernah tertangkap oleh ...
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
1768      1040     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Yu & Way
182      147     5     
Science Fiction
Pemuda itu bernama Alvin. Pendiam, terpinggirkan, dan terbebani oleh kemiskinan yang membentuk masa mudanya. Ia tak pernah menyangka bahwa selembar brosur misterius di malam hari akan menuntunnya pada sebuah tempat yang tak terpetakan—tempat sunyi yang menawarkan kerahasiaan, pengakuan, dan mungkin jawaban. Di antara warna-warna glitch dan suara-suara tanpa wajah, Alvin harus memilih: tet...
Wabi Sabi
228      166     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.