Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perjalanan yang Takkan Usai
MENU
About Us  

Awan yang menangis begitu deras membuat hawa menjadi lebih dingin di Yogyakarta. Apalagi saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju tebing Breksi, dinginnya luar biasa menusuk hingga rongga terdalam. Aku pakai kembali jaket yang sebelumnya aku lepas saat berada di candi Prambanan. Kaki dan tanganku seperti menyerap semua udara dingin, aku berusaha menahan dingin itu tetapi karena aku memiliki penyakit anemia aku tidak berhasil menahan dan akhirnya tubuhku menggigil. Melihat tubuhku yang menggigil, Zura mematikan AC yang berada tepat di atasku.

“Sudah lumayan hangatkan?” tanya Zura yang kemudian aku jawab dengan anggukkan kepala. Entah kenapa rasa dingin ini begitu menyakitkan bagiku.

Perjalanan menuju tebing Breksi begitu curam, apalagi di tengah hujan deras. Sangat mencekam! Segera aku lantunkan zikir, berharap agar hati dan pikiranku tenang. Semua perasaanku tentang kematian menjalar di pikiranku.

Apakah takut dengan kematian itu manusiawi? batinku. Ketakutan seakan melahap pikiranku dan menyuruhku untuk membayangkannya. Takut, aku takut hari ini aku wafat sementara aku belum menyiapkan bekal dengan baik untuk di akhirat nanti. Ah, iya juga, suatu hari nanti aku pasti akan berpulang. Kenapa aku baru sadar sekarang?

Aku kembali teringat dengan surat yang dulu aku hafalkan untuk menjadi pelengkap saat presentasi agama kelas tujuh. Surat yang berhasil menggetarkan hati dan pikiranku saat itu dan saat ini.

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Maka barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185)

Aku menghela nafas panjang, sekelebat pikiran tentang cintaku pada Biru tiba-tiba muncul. Aku terdiam—menyadari bahwa saat ini cintaku pada Biru hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan pikiranku saja. Lebih baik, untuk saat ini aku tidak memikirkan cinta, aku akan fokus hubungan dengan Tuhanku dan keluargaku. Karena, aku tidak tahu kapan aku akan tiada.

Akan aku biarkan perasaan cinta ini, karena cinta bukanlah hal yang salah dan terlarang. Cinta akan menjadi salah ketika membebaskannya hingga menjadi monster yang menghantui dan menggoda kita untuk selalu memikirkannya dan hal yang membuang-buang waktu lainya. Bahkan, cinta yang berubah menjadi monster dapat membahayakan terkhususnya perempuan.

Aku tarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Sungguh, aku sangat berterima kasih pada Tuhanku yang telah mengingatkanku melalui perjalanan ini. Cinta-Nya memang sangat romantis.

Beberapa menit kemudian, sopir memarkirkan bus. Sepertinya kami sudah berada di tempat parkiran. Tetapi, guru pendamping kami berbicara dengan sopir di depan.

“Sepertinya, anak-anak kami gak bisa melihat tebing Breksi karena hujan,” ucap guru pendamping.

“Sabar pak, kita bisa tunggu hujan reda,” ucap sopir.

“Baiklah, jika sudah 40 menit berlalu kita tidak jadi ke tebing Breksi.”

Kami tidak heboh mendengarnya karena kami tidak tahu seindah apa tempat wisata ini “Tebing Breksi” dari namanya saja seakan mengajak kami untuk mendaki dan hal-hal repot lainnya. Biasa, gen Z. Generasi ini, terkhususnya generasi Z yang ada di sekolah kami itu 85% remaja jompo karena kurang gerak dan suka rebahan saja. Memang, itu pola yang tidak baik dan tidak boleh di tiru. Kalau anak-anak muda di Indonesia semuanya sakit, Indonesia tidak akan maju-maju dan tidak bisa meraih cita-cita yaitu Indonesia emas 2045 yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang.

Rasanya bosan menunggu awan berhenti menangis. Segera aku buka handphone dan melihat media sosial. Saat aku buka, sebuah postingan membuat mataku terpaku. Postingan itu bertuliskan “Cinta sejati adalah cinta terhadap Allah. Kenapa? Karena, cinta-Nya menyelamatkan bukan melukai. Bahkan, saat kamu Melupakan-Nya ia akan menunggumu kembali dan membukakan pintu maaf yang sangat luas.” Hatiku terasa hangat walau cuaca mendingin karena hujan.

Tak lama kemudian, aku melihat biru yang sedang membeli sesuatu di dekat parkiran. Aku tarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Cinta masihlah ada, tetapi aku akan berusaha untuk tidak terlalu memikirkan cinta yang belum pasti dan bisa saja menenggelamkanku ke dalam hal yang Allah larang.

Aku tampar pelan pipiku. Bismillah! Bisa! batinku. Zura yang melihatku pun terheran.

Beberapa menit pun berlalu, para guru pendamping memutuskan untuk berfoto bersama saja karena awan masih terus menangis. Kami akhirnya berfoto bersama lalu kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan kami.

Kini, tak ada lagi lagu Jawa yang dikumandangkan di bus, melainkan shalawat yang terus bergema saat kami menuruni jalan terjal.

“La pimpin doa!” ucap Zura yang membuat keningku mengerut. Tiba-tiba saja Zura menyuruhku memimpin doa padahal sebelumnya ia terlihat santai saja.

“Kok aku?”

“Kamu kan paling tinggi nilai agamanya.”

“Iya, benar itu,” timpal Aqila. Aku menghela nafas panjang. Aku lihat ke arah kursi belakang, mereka hanya diam menatapku. Tidak ada yang menolak, mereka diam dengan wajah yang seakan berkata ‘terserah kamu’.

Huh, baiklah.”

Aku pimpin doa dengan suaraku yang agak ditinggikan agar siswa di kursi bagian belakang terdengar. Para siswa mengaminkan doaku yang membuat pipiku bersemu merah. Pertama kalinya aku memimpin doa di depan banyak orang yang tidak aku kenal. Rasanya aku akan sangat malu saat sudah pulang dari study tour bahwa aku memimpin doa.

Mendadak mobil bus terombang-ambing bak perahu yang terkena ombak besar. Para siswa menjerit-jerit sembari berpegangan pada kursi agar tidak terjatuh. Tentulah kami takut bukan main, kecuali anomali berjenis kelamin laki-laki yang malah mengambil ponsel lalu berperang melawan musuh di handphonenya, ya apalagi kalau bukan bermain game. Aku melihat mereka tertawa-tawa sembari maracau tak jelas.

“Suka-suka mereka saja,” ucapku yang membuat Zura mengangguk-anggukkan kepalanya.

Aku melihat ke arah jendela yang dipenuhi oleh tangisan awan yang membekas, begitu sejuk dan indah saat dipandang. Tak lama kemudian, aku lihat jurang yang dipenuhi pohon-pohon yang hijau. Melihat pohon-pohon di jurang membuatku teringat IKN, bagaimana ya kabarnya sekarang? Aku khawatir Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia akan rusak akibat pembangunan tersebut. Aku tahu, pembangunan IKN memiliki visi sebagai kota hijau, cerdas, dan berkelanjutan, yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan. Tetapi, aku tetap khawatir. Jujur saja, karena berbagai masalah yang dilakukan oleh oknum, aku jadi kesulitan percaya terhadap pemerintah.

Aku menghela nafas panjang. Entah kenapa, hari ini aku banyak menghela nafas. Jika aku disuruh menjelaskan bagaimana perasaanku saat ini, aku juga bingung. Sedih, lega, bahagia, dan takut, semua perasaan itu muncul hari ini. Apa pun itu, aku tidak akan hancur dan aku akan terus mencoba agar tidak tenggelam pada perasaan.

Bus terus memecah belah jalan di tengah tangisan hujan, demi perjalanan kami menuju wisata selanjutnya. Tidak sia-sia aku ikut study tour karena di sini aku belajar banyak hal.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Batas Sunyi
2285      1077     108     
Romance
"Hargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi karena mati itu pasti dan kita gak tahu kapan tepatnya. Soalnya menyesal karena terlambat menyadari sesuatu berharga saat sudah enggak ada itu sangat menyakitkan." - Sabda Raka Handoko. "Tidak apa-apa kalau tidak sehebat orang lain dan menjadi manusia biasa-biasa saja. Masih hidup saja sudah sebuah achievement yang perlu dirayakan setiap har...
Broken Home
40      38     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
Langkah Pulang
703      448     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Help Me Help You
2529      1345     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
705      506     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
GEANDRA
521      414     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Warisan Tak Ternilai
813      348     0     
Humor
Seorang wanita masih perawan, berusia seperempat abad yang selalu merasa aneh dengan tangan dan kakinya karena kerap kali memecahkan piring dan gelas di rumah. Saat dia merenung, tiba-tiba teringat bahwa di dalam lingkungan kerja anggota tubuhnya bisa berbuat bijak. Apakah ini sebuah kutukan?
Konfigurasi Hati
672      443     4     
Inspirational
Islamia hidup dalam dunia deret angka—rapi, logis, dan selalu peringkat satu. Namun kehadiran Zaryn, siswa pindahan santai yang justru menyalip semua prestasinya membuat dunia Islamia jungkir balik. Di antara tekanan, cemburu, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, Islamia belajar bahwa hidup tak bisa diselesaikan hanya dengan logika—karena hati pun punya rumusnya sendiri.
Langit Tak Selalu Biru
92      79     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Fragmen Tanpa Titik
51      47     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...