Loading...
Logo TinLit
Read Story - Finding the Star
MENU
About Us  

Semua mata melihat penampakan itu dan lari tunggang langgang ke depan. Hawa dingin membelai tengkuk Nilam, bulu kuduknya merinding seketika. Seluruh rambut di pori-porinya bangkit, jantungnya berpacu seiring kakinya yang bergerak menjauh. Baru kali ini ia bisa berada dekat dengan Rachel dan Zahra, mereka tak menyadari keberadaannya, mungkin karena terlalu panik melihat makhluk dunia lain.

Mereka berhenti di tepi jurang yang tak terlihat dasarnya karena gelap. Suara napas mereka yang tersengal memenuhi alam yang sunyi. Mereka saling bertatapan, menyadari bahwa tempat ini adalah jalan buntu. 

“Kenapa pada lari, sih?” pekik Kak Ryu. “Itu, kan, cuma kain putih digantung!”

“Masa? Nggak, ah! Itu beneran!” sangkal Zahra gemetar.

“Nggak! Tahun lalu juga gini! Panitia sengaja bikin gituan biar kita takut!” tutur kakak kelas itu.

“Terus, kenapa Kak Ryu ikut lari?” protes Rachel.

“Ya … abis kalian pada lari!” kilahnya mencari alasan. Dia menyorotkan lampu senternya ke sekeliling, menyinari pepohonan yang terlihat hitam serta sungai yang ada di bawah jurang. Arah sorotannya berhenti saat melihat jalan setapak di tepi jurang. “Itu, jalannya ke sana. Ayo, kita lanjut! Jangan ada yang mencar, ya!” pesannya tegas.

Kak Ryu kembali memimpin jalan. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan menceritakan cerita lucu, tetapi malah terdengar garing. Rachel dan Zahra saling bergandengan erat, Thomas ikut merapat di dekat mereka dan selalu terkena omelan. Nilam hendak mendahului supaya bisa berjalan di sebelah Kak Ryu karena ia tak mau sendirian, tetapi dua gadis itu selalu menghalangi. Akhirnya, ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga tidak melihat sesuatu yang menyeramkan lagi. 

Pemandangan semakin mencekam. Jalanan semakin lebar, tetapi di sebelahnya jurang. Embusan angin yang menggesek dedaunan menambah sensasi menyeramkan. Hawa dingin semakin memerangkap tubuh, berikut kabut yang semakin pekat menutupi jarak pandang. 

Sekilas Nilam melihat Rachel dan Zahra berbisik-bisik, kemudian saling mengangguk. Rachel melirik ke belakang sesaat, sebelum Zahra berteriak keras. “Argh! Apa itu?”

Semua terjadi begitu cepat. Nilam yang terkejut melihat arah yang ditunjuk Zahra, tetapi terhalang oleh Thomas yang tiba-tiba berada di depannya. Sejurus kemudian, Rachel mendorong cowok itu hingga kakinya yang limbung tergelincir ke tepian jurang. Teriakan Thomas menggema saat tubuhnya menghilang dari pandangan.

Rachel dan Zahra saling bertatapan. Telinga Nilam menangkap bisikan lirih Zahra yang berkata, “Gimana, sih?”

Masih berada dalam fase terkejut yang bertubi-tubi, Nilam hanya bisa ternganga. Ia melihat wajah Rachel dan Zahra memucat, begitu juga Kak Ryu yang segera menghampiri mereka. Kakak kelas itu mengarahkan senter ke dasar jurang sambil meneriakkan nama Thomas berkali-kali.

“Kak, tolongin!” teriak Thomas dengan suara serak. “Kak, sumpah di sini gelap banget! Gue takut!”

Tampak Thomas berada di tengah rimbunan semak sekitar lima meter di dasar jurang. Di belakangnya, terlihat sungai berbatu dengan aliran air yang cukup deras. Beruntung masih ada sedikit daratan di sebelahnya sehingga ia tak langsung tercebur. Kacamatanya sudah tidak bertengger di matanya, begitu juga senternya yang tidak terlihat. Bahkan dari kejauhan, tampak wajahnya yang mewek serta cairan menggenangi pelupuk matanya. 

“Sebentar, Thomas. Kita cari cara buat keluarin kamu dari situ!” sahut Kak Ryu. Dia melihat sekeliling sambil menyisir rambutnya dengan jari. “Coba cari batang kayu yang panjang, biar bisa kita tarik dia ke atas!”

“Ya ampun! Thomas! Lo nggak apa-apa?” teriak Rachel. “Lo gimana, sih, bisa jatuh?”

Tak ada jawaban. Nilam semakin cemas apa Thomas baik-baik saja di dasar sana? Bagaimana kalau dia terluka parah? Dan lagi, kenapa Rachel mendorongnya?

Bukan pertanyaan itu yang penting. Ia harus mencari kayu panjang seperti perintah Kak Ryu. Suasana sungguh gelap, ia tak menemukan kayu apa pun yang ada di bawah. Kalau saja bisa naik pohon dan mematahkan satu ranting, mungkin bisa. Namun, batang kayu di pohon sangat besar hingga rasanya sulit untuk mengambilnya.

“Kak! Kayaknya nggak mungkin, deh!” sela Zahra. “Gimana caranya kita bisa nolongin? Kita, kan, cewek! Mending cari bantuan, biar cowok-cowok yang angkat!”

“Iya, gimana kalau malah ada korban lagi?” timpal Rachel.

Kak Ryu tampak berpikir sejenak. “Ya udah, kalian berdua ke pos tiga cari bantuan!”

“Ah, Kakak! Temenin! Gimana kalo ada penampakan lagi?” rengek Zahra mengerucutkan bibir.

“Nilam biar ikut kalian. Kalian bertiga, biar saya yang coba cari cara bantuin Thomas di sini.”

Rachel menyergah. “Nggak, Kak! Masa Kakak tega biarin cewek-cewek jalan nggak ditemenin? Lagian Zahra punya asma, Kak. Kalo misal dia tiba-tiba sesak gimana?”

“Guys! Jangan tinggalin gue!” jerit Thomas dari bawah sana. “Please! Bantuin gue keluar dari sini! Tangan gue sakit, nggak bisa digerakkin!”

Dahi Kak Ryu mengerut, tangannya memijat pelipis pelan. “Kalau begitu, kalian tunggu di sini. Biar saya yang lari cari bantuan.”

“Ikut, Kak! Aku udah mulai sesak!” pekik Zahra.

“Saya juga, Kak. Saya harus temenin Zahra!” Rachel menimpali.

Desahan napas keluar dari mulut Kak Ryu. “Nilam, kamu nggak apa-apa tungguin Thomas di sini?”

Tak ada pilihan lain bagi Nilam. Mau menolak juga pasti dia tetap dipaksa Rachel dan Zahra menunggu di sini. Akhirnya, ia hanya bisa mengangguk dengan enggan.

“Ya udah. Kamu arahin aja senternya ke belakang. Mudah-mudahan kelompok sembilan bisa lihat dan kasih bantuan. Saya pergi dulu, ya. Nggak apa-apa, kan? Hati-hati, ya,” pesan Kak Ryu panjang lebar.

“Iya, Kak,” sahut Nilam singkat.

Kak Ryu tampak berat meninggalkan lokasi. Zahra dan Rachel menggandeng kedua lengannya, membuat cowok itu tak bisa berkutik. Suara obrolan mereka masih terdengar, lambat laun semakin samar. Nilam memandang berkeliling dan kini ia terperangkap dalam kegelapan malam.

“Guys! Kalian di mana? Jangan tinggalin gue!” pekik Thomas menangis.

Nilam menumpukan kaki dan tangan di pinggir jurang sambil menyorot senter ke bawah. “Iya, Thomas. Aku tungguin di sini. Kak Ryu dan yang lain ke pos tiga cari bantuan.”

“Nilam? Itu lo, ya? Nilam, bagi gue senter! Gue takut banget sumpah! Di sini gelap banget!”

Sesungguhnya, Nilam juga tak kalah takutnya. Situasi ini benar-benar di luar dugaannya. Ia benar-benar jarang berada di alam terbuka, apalagi di tengah malam gelap gulita. Hanya cahaya bulan dan bintang yang bersinar jauh di atas sana.

Tak tega dengan Thomas, ia melempar senternya ke cowok itu. “Ini, tangkap!”

Satu-satunya cahaya yang dimiliki meninggalkan Nilam. Seketika ia tersentak saat merasakan ada langkah kaki mendekat ke arahnya. Namun, belum sempat melihat, dorongan kuat terasa menyentak tubuhnya. Kesadarannya seolah menghilang saat tubuhnya menggelundung ke dasar jurang. Suara seraknya tak terdengar saat berteriak di tengah keterkejutan seperti kilat. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • edfasal

    Makin lama makin seru, Kak. Semangat 💪

    Comment on chapter Chapter 10
  • edfasal

    Aku hadir Kak, semangat 💪

    Comment on chapter Chapter 6
Similar Tags
Sebelas Desember
4816      1398     3     
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
Nemeea Finch dan Misteri Hutan Annora
241      164     0     
Fantasy
Nemeea Finch seorang huma penyembuh, hidup sederhana mengelola toko ramuan penyembuh bersama adik kandungnya Pafeta Finch di dalam lingkungan negeri Stredelon pasca invasi negeri Obedient. Peraturan pajak yang mencekik, membuat huma penyembuh harus menyerahkan anggota keluarga sebagai jaminan! Nemeea Finch bersedia menjadi jaminan desanya. Akan tetapi, Pafeta dengan keinginannya sendiri mencari I...
A Sky Between Us
46      41     2     
Romance
Sejak kecil, Mentari selalu hidup di dalam sangkar besar bernama rumah. Kehidupannya ditentukan dari ia memulai hari hingga bagaimana harinya berakhir. Persis sebuah boneka. Suatu hari, Mentari diberikan jalan untuk mendapat kebebasan. Jalan itu dilabeli dengan sebutan 'pernikahan'. Menukar kehidupan yang ia jalani dengan rutinitas baru yang tak bisa ia terawang akhirnya benar-benar sebuah taruha...
To The Girl I Love Next
409      287     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
FINDING THE SUN
524      252     15     
Action
Orang-orang memanggilku Affa. Aku cewek normal biasa. Seperti kebanyakan orang aku juga punya mimpi. Mimpiku pun juga biasa. Ingin menjadi seorang mahasiswi di universitas nomor satu di negeri ini. Biasa kan? Tapi kok banyak banget rintangannya. Tidak cukupkah dengan berhenti dua tahun hanya demi lolos seleksi ketat hingga menghabiskan banyak uang dan waktu? Justru saat akhirnya aku diterima di k...
Nina and The Rivanos
10316      2497     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
BestfriEND
43      37     1     
True Story
Di tengah hedonisme kampus yang terasa asing, Iara Deanara memilih teguh pada kesederhanaannya. Berbekal mental kuat sejak sekolah. Dia tak gentar menghadapi perundungan dari teman kampusnya, Frada. Iara yakin, tanpa polesan makeup dan penampilan mewah. Dia akan menemukan orang tulus yang menerima hatinya. Keyakinannya bersemi saat bersahabat dengan Dea dan menjalin kasih dengan Emil, cowok b...
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
1135      609     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
Interaksi
429      331     1     
Romance
Aku adalah paradoks. Tak kumengerti dengan benar. Tak dapat kujelaskan dengan singkat. Tak dapat kujabarkan perasaan benci dalam diri sendiri. Tak dapat kukatakan bahwa aku sungguh menyukai diri sendiri dengan perasaan jujur didalamnya. Kesepian tak memiliki seorang teman menggerogoti hatiku hingga menciptakan lubang menganga di dada. Sekalipun ada seorang yang bersedia menyebutnya sebagai ...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5224      1434     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...