Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
MENU
About Us  

"Aku tidak tahu harus merasa apa, Mayadi," bisikku, air mata kembali menetes.

Mayadi mendekat, merangkulku erat. "Aku di sini, Lily. Aku akan selalu ada untukmu. Kita akan melewati ini bersama." Pelukannya terasa hangat, sedikit menenangkan badai dalam diriku. Untuk sesaat, aku merasa sedikit aman dalam kekacauan ini.

Tangisanku pecah lagi, kali ini bukan tangisan amarah, melainkan tangisan kehancuran yang total. Aku mencengkeram erat kemeja Mayadi, menyalurkan seluruh kekosongan yang kurasakan. Bahuku bergetar hebat. Mayadi tak berkata apa-apa, hanya membiarkanku melepaskan semuanya. Ia mengelus rambutku pelan, sebuah gerakan yang begitu menenangkan. Seolah di tengah badai pengkhianatan dan kebohongan ini, hanya dia satu-satunya jangkar yang tersisa.

Lama kami seperti itu, hingga isakanku mereda menjadi napas tersengal-sengal. Aku menjauhkan diri sedikit, menatap Mayadi dengan mata sembab. "Maaf," bisikku, malu.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Lil," jawab Mayadi lembut, mengusap bekas air mata di pipiku. Jemarinya dingin, namun sentuhannya begitu tulus. "Ini berat. Aku tahu itu."

"Aku merasa... bodoh," kataku, suaraku hampa. "Aku percaya semua keajaiban itu. Aku membiarkan diriku ditipu oleh halusinasi. Dan... dan kalian semua tahu. Kalian semua ikut bermain peran."

Raut wajah Mayadi berubah sendu. "Kami tidak punya pilihan, Lily. Mama-mu... dia yang meminta kami. Dia bilang kamu sangat hancur, dia takut kamu melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Dia menemukan pil-pil itu, dan dia menduga kamu berhalusinasi. Kami hanya ingin kamu baik-baik saja."

"Pil?" Aku menatapnya. "Pil yang kumaksud di kotak itu?"

Mayadi mengangguk. "Itu pil yang Adit gunakan. Dia sangat tertekan di Jakarta. Tekanan dari orang tuanya untuk ikut bisnis keluarga, ditambah dia ingin masuk Juilliard, tapi tidak diizinkan. Dia juga bermasalah di sekolah. Pil itu sempat membantunya tidur, tapi efek sampingnya... menyebabkan dia jadi mudah gelisah dan halusinasi ringan."

Aku menatapnya kosong. Jadi, Adit juga... sama sepertiku. Mencari pelarian dalam obat. Paralel yang pahit itu menghantamku. Dua jiwa yang tersesat, mencari ketenangan dalam cara yang salah.

"Dan... bagaimana dengan Maya?" Aku memberanikan diri bertanya. "Apa... apa dia sungguh hamil? Apa itu semua nyata?"

Mayadi menghela napas panjang, sorot matanya ragu. "Aku... aku tidak tahu soal itu, Lily. Aku bersumpah. Maya tidak pernah menceritakan apa pun padaku tentang kehamilannya. Aku baru tahu beberapa menit yang lalu. Tadi, saat kamu menelepon Maya dan memaki-makinya, Maya langsung meneleponku. Dia histeris, bilang dia sudah menceritakan semuanya padamu, tentang kehamilannya dengan Adit, dan betapa paniknya dia karena kamu menghilang. Itu yang membuatku nekat melacak ponselmu lewat GPS."

Ia mengusap wajahnya, terlihat lelah. "Aku benar-benar tidak tahu ada rahasia itu. Dan aku tidak tahu mengapa Adit dan Maya merahasiakannya bahkan dariku."

Aku menatapnya, mencari kebohongan di matanya, tapi yang kutemukan hanya ketulusan dan keprihatinan. Rasa sakit dan marahku perlahan berganti kebingungan. Terlalu banyak kebenaran yang menampar, terlalu banyak ilusi yang runtuh.

"Aku... aku tidak tahu harus merasa apa, Mayadi," bisikku, air mata kembali menetes.

Mayadi mendekat, merangkulku erat. "Aku di sini, Lily. Aku akan selalu ada untukmu. Kita akan melewati ini bersama." Pelukannya terasa hangat, sedikit menenangkan badai dalam diriku. Untuk sesaat, aku merasa sedikit aman dalam kekacauan ini.

Kelelahan yang luar biasa menyerbu. Aku merasa seluruh energiku terkuras habis. Rasanya seperti baru saja berlari maraton tanpa henti. Mayadi melihat kondisiku.

"Kamu butuh istirahat, Lil," katanya lembut, membantuku berdiri. Ia memapahku ke kamar tidurnya. Kamar itu rapi dan bersih, dengan poster band-band indie di dinding. Ia menyelimutiku. "Tidurlah. Aku akan ada di sini."

Aku tidak tahu berapa lama aku terlelap. Mungkin hitungan jam, mungkin sehari penuh. Ketika aku terbangun, langit-langit kamar Mayadi masih tampak sama. Aku menatap jam dinding. Sudah malam. Perutku melilit kelaparan.

Mayadi sedang duduk di kursi dekat jendela, bermain gitar akustik. Senar-senarnya mengeluarkan melodi yang sendu namun menenangkan, seperti bisikan angin di antara pepohonan. Melodi yang familiar, melodi yang pernah kutulis di jurnal.

"Kamu sudah bangun?" Mayadi tersenyum kecil, meletakkan gitarnya. "Aku sudah membuatkan sup. Makanlah, kamu pasti lapar."

Aku mengangguk, mencoba bangkit. Setiap sendok sup terasa menghangatkan tenggorokanku, memberi energi pada tubuhku yang lemas. Mayadi duduk di depanku, memperhatikanku makan. Tak ada lagi pertanyaan, tak ada lagi tekanan. Hanya ada keheningan yang nyaman.

Di hari-hari berikutnya, apartemen Mayadi menjadi tempat perlindunganku. Aku tidak ingin pulang. Aku tidak ingin menghadapi siapa pun. Setiap panggilan dari Maya kuabaikan. Setiap pesan dari Bu Arini juga. Aku seperti menghilang dari dunia.

Mayadi tidak pernah memaksaku bicara. Ia hanya ada di sana. Ia memasak untukku, membiarkanku tidur, menonton film bersamaku, atau hanya duduk diam sementara ia bermain gitar. Ia adalah bayangan, kehadiran yang menenangkan, tanpa tuntutan. Ia tidak menanyakan tentang Harvard, tentang Michael, tentang Yessi, atau tentang lomba Jeopardy yang pasti sudah terlewatkan. Ia hanya fokus pada kesembuhanku.

Pelan-pelan, luka di hatiku mulai mengering, meski bekasnya akan selamanya ada. Aku mulai menerima kenyataan pahit itu. Adit telah meninggal. Dan semua "keajaiban" bersamanya hanyalah ilusi. Sebuah mekanisme pertahanan yang diciptakan otakku untuk mengatasi rasa sakit.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • itsbooo

    😭😭😭😭

    Comment on chapter Bab 12: "ADIT - BARANG PRIBADI"
  • lizuyy

    Brooo ide nya fresh bangettt, sumpil sumpill bedaaa..
    pliss ngeship lily dan siapa yak?

Similar Tags
Words Unsaid
629      364     2     
Short Story
For four years, I haven’t once told you my feelings. There are words still unsaid that I have always wanted to tell you.
SWEET BLOOD
0      0     0     
Fantasy
Ketika mendengar kata 'manis', apa yang kau pikirkan? "Menghirup aromanya." Lalu, ketika mendengar kata 'darah yang manis', apa yang kau pikirkan? "Menikmati rasanya." Dan ketika melihat seseorang yang memiliki 'bau darah yang manis', apa yang kau pikirkan? "Mendekatinya dan menghisap darahnya."
U&I - Our World
397      279     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
Dessert
1058      556     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Edelweiss: The One That Stays
2354      941     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Mimpi & Co.
1296      814     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
Who are You?
1419      638     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Damn, You!!
2938      1122     13     
Romance
(17/21+) Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cinta kepadanya? Arogansinya, sikap dinginnya, atau pesonanya dalam memikat wanita? Semuanya hampir membuatku jatuh cinta, tetapi alasan yang sebenarnya adalah, karena kelemahannya. Damn, you!! I see you see me ... everytime...
Menghukum Hati
459      276     0     
Romance
Apa jadinya jika cinta dan benci tidak bisa lagi dibedakan? Kau akan tertipu jika salah menanggapi perlakuannya sebagai perhatian padahal itu jebakan. ???? Ezla atau Aster? Pilih di mana tempatmu berpihak.
Photobox
6416      1620     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...