Loading...
Logo TinLit
Read Story - Our Perfect Times
MENU
About Us  

Setelah meninggalkan Rakesha dengan kata-kata penuh amarah, hati Radhina langsung diserbu penyesalan. Rakesha memang keterlaluan menawarinya minum—untuk itu Radhi pantas marah. Namun yang membuat cewek itu bersedih sekarang adalah jarak yang tercipta lagi antara dia dengan Rakesha. Bagaimana cara Radhina menyatukan diri dengan keluarganya lagi setelah ini? Dina si pelakor sudah semakin gencar merasuk ke kehidupan Papanya. Bagaimana nanti kalau pada akhirnya Papa semakin fokus pada Dina dan tak membutuhkan Radhina lagi?

Semua pertanyaan itu terus berputar di kepalanya dan berhasil menakuti. Belum lagi kemarin-kemarin ia sudah memenuhi Buku Disiplin karena catatan keterlambatanya yang sudah overload. Kalau bukan karena alasan latar belakang keluarga Radhina yang kuat, pastilah ia sudah kena skors.

Kepalang pusing, Radhina menyerah. Dia harus bicara dengan sesorang. Teman yang mampu dipercaya, yang selama ini menemaninya. Bisa Keiza atau Avissena. Karena itu hari ini Radhina sengaja datang pagi. Ia tahu Keiza juga punya kebiasaan datang pagi. Sebenarnya akan lebih mudah kalau cewek itu mengirim pesan di malam sebelumnya. Tapi berhubung mereka teman sebangku, Radhina pikir tak apa bila keduanya langsung bicara.

Langkah Radhina terhenti tepat di depan mading utama sekolah. Padahal hari masih pagi tapi suasana lorong ramai. Tapi kali ini, bisik-bisik terdengar lebih tajam, mata-mata melirik lebih lama, dan senyum-senyum sinis terlempar tanpa malu. Semua tertuju pada Radhina. Matanya langsung tertumbuk pada satu gambar yang dicetak besar, dipajang mencolok di tengah papan buletin berjudul:

"Bising Malam, Mesin, dan Luka Dari Rumah — Realita Remaja Broken Home"

Dan di sana—di tengah kerumunan balap liar, dikelilingi motor, jaket kulit, dan nyala rokok—wajahnya terpampang jelas. Radhina. Berdiri dengan ekspresi kosong, tangan terlipat, seperti bagian dari dunia yang tak pernah ia izinkan orang lain lihat.

Darahnya mendidih. Nafasnya memburu.

Butuh beberapa detik untuk matanya menyisir ke bawah pojok kiri foto itu. Kredit nama penulis dan editor utama: Keiza Mazaya.

 

Satu-satunya orang yang tahu bagaimana perceraian orangtuanya mengoyak separuh hidupnya. Dan cewek itu menjadikannya bahan headline! Radhina menggebrak bulletin itu seraya meraupnya dan berbalik, menuju kelasnya untuk bertemu penulis hebat ini.

oOo

Keiza kaget bukan main.

Apa-apaan ini?!

Ia baru saja sampai di sekolah begitu melihat papan madingnya terkoyak-koyak kasar. Begitu sampai di kelas ia menemukan Radhina menatap Keiza seperti menatap lubang hitam yang mengisap harga dirinya habis-habisan. Nafasnya tercekat. Bukan hanya Radhina, tapi seluruh isi kelas menatapnya dengan pandangan menguliti. Ada apa sebenarnya?

“Dhi, kena—” sebelum Keiza menyelesaikan kata-katanya, Radhina melempar lembaran bulletin ke arah Keiza. Cewek berjilbab itu memungutnya dan langsung ternganga membaca judul yang sangat bombastis. Radhina rupanya, sebelum sampai di kelas, menemukan satu foto lagi di mading yang lain. Di tengah lembaran-lembaran informasi siswa dan artikel kegiatan sekolah yang ditempel, satu hal mencolok—foto dirinya, berdiri di antara kerumunan anak motor, dengan sorotan lampu jalan dan nyala korek api di tangan seseorang yang nyaris menyentuh bahunya.

Di atasnya, terpampang judul besar: “Remaja, Balap Liar, dan Luka Keluarga: Potret Generasi Broken Home”

“Lo yang nulis itu?” suara Radhina gemetar menahan emosi. “Lo yang pajang foto gue kayak sampah di mading sekolah ini?!” Panas merambat dari tengkuk hingga ke dada. Ruangan terasa berputar. Keiza adalah orang yang tahu semua sisi gelap Radhina, bahkan yang tak pernah diucapkan dengan lantang.

Keiza langsung menatap Radhina dengan mata sama marahnya, “Dhi, bukan aku—aku nggak nulis itu! Aku juga baru lihat barusan! Dengar dulu—”

“Denger dari orang yang tega jual rahasia sahabatnya sendiri?” Radhina tertawa miris. “Lo tahu gue dari keluarga berantakan. Lo tahu gue ikut mereka demi kakak gue! Tapi lo malah... lo malah pampang hidup gue buat dibaca satu sekolah kayak gue bahan studi kasus!”

“Aku enggak tahu siapa yang nerbitin itu, sumpah! Aku bakal cari tahu siapa yang masukin artikel itu tanpa izin. Aku ketua redaksi, iya, tapi bukan berarti semua tulisan aku yang buat!” Keiza berusaha menjelaskan, langkahnya maju, tapi Radhina mundur.

Terlambat. Luka sudah telanjur terbuka. Dan kepercayaan... sudah keburu runtuh.

“Gue enggak peduli siapa yang nulis. Yang gue tahu, lo—temen gue—nggak bisa jagain gue. Dan sekarang lo bilang ‘bukan gue’? Lo pikir kata-kata lo bisa narik balik harga diri gue yang udah dihancurin di depan semua orang?”

Mata Keiza berkaca-kaca. Tapi Radhina sudah memalingkan wajah, menggenggam tasnya erat-erat. Sakit itu, pikir Radhina, bukan karena dunia tahu siapa dia. Tapi karena orang yang dia kira paling mengerti, ternyata ikut diam saat seluruh dunia menunjuk dan menertawakan. Dan untuk itu, tidak ada maaf yang cukup. Satu kali lagi, Radhina memilih pergi dari kelasnya sendiri.

oOo

Siapa yang berani berbuat begitu!?

Keiza murka. Ia lekas mengirim pesan ke chat group anak Jurnalis.

Siapa yang nempel tulisan tentang Radhina Geastari dari kelas XI DKV 1 pagi ini!? Ngaku!!!

Tak ada yang menjawab. Jadilah Keiza menelpon semua anggota ekskul Jurnalistik satu-satu, bertanya siapa yang berani menempel tulisan begitu tanpa sepengetahuannya. Tapi tidak ada satu pun anak yang tahu, bahkan Nita.

“Aku nggak tahu, Za!” Sergah Nita di seberang sana, untuk menjawab berondongan pertanyaan Keiza. “Udah, Za! Ini udah bel, aku janji bakal bantuin kamu cari siapa pelakunya. Tapi nanti pas istirahat, ini udah mau bel! Maaf, Za.”

“Tapi Nit—“ sambungan whatsapp call terputus.

Setelah itu Keiza merasakan ponsel pintarnya bergetar, Avissena mengirim pesan whatsapp;

Ja, kamu yang nempel foto itu?

Keza langsung membalas, Bukan!

Oke, istirahat nanti kita ketemu di Lab. Komputer.

“Ja, lo yang nempel—”

“Bukan!” Keiza hampir berteriak pada Rere yang baru datang.

“Yaudah, santai aja, Mbak.” Rere mundur ke kursinya. Bagaimana Keiza bisa santai? Untuk pertama kalinya selama bersekolah di Teruna Angkasa ia ingin berteriak. Tugas sekolah, tugas ekstrakurikuler ataupun tugas rumah tak pernah menjadi masalah dalam dirinya. Namun kali ini, ia benar-benar merasa kewalahan. Keiza baru ingin beranjak dari tempat duduknya untuk mencari Radhi, tapi ketua kelas keburu datang dan memberi info,

“Za, Radhi berantem sama Kak Mia di toilet!”

oOo

Awalnya Radhi hanya ingin menyeka wajahnya yang merah padam dengan air. Berusaha mengatur emosi supaya ia bisa kembali ke kelas. Keiza tidak mengaku dan entah kenapa Radhina rasa temannya itu tidak bohong. Mungkin setelah terkena air, amarahnya bisa sedikit mereda. Ia ingin mencoba bicara dengan Keiza lagi. Kemudian suara sekelompok anak perempuan tiba-tiba terdengar dari luar toilet.

“Gila-gila, akhirnya ada yang berani menguak kebusukan junior kurang ajar itu.”

“Pantesan aja kurang ajar, nggak tahunya emang bermasalah dari rumah.”

Radhina langsung membuka pintu kamar mandi dengan kasar, ia menghampiri kedua cewek yang hendak masuk ke toilet itu dengan wajah penuh amarah. Semakin berkobar ketika tahu yang menggibahinya adalah Mia dan temannya. Orang yang jelas punya sejarah buruk dengan Radhi di masa lalu. Saking marahnya, Radhina sampai tidak peduli tempat. Entah apa yang akan terjadi nanti, biarlah menjadi nanti. Yang jelas, ia sangat marah dan tak akan puas sebelum mencakar habis dua orang yang bicara seenaknya itu.

oOo

Sepanjang ceramah Bu Sulastri—guru BK, Radhina terus menampilkan wajah juteknya. Terutama ketika sedang berpandangan dengan dua orang teman Mia yang berhasil ia hajar. Meskipun hanya sendirian, tetapi Radhina berhasil membuat kedua orang itu mendapat luka cakaran. Orang pertama dapat satu di leher, orang kedua dapat satu di dagu.

Prestasi Radhina yang lainnya adalah, ia berhasil merontokkan ratusan helai rambut dari kedua orang itu dalam sekali jambak. Namun Radhina sama babak belurnya. Ia sempat kena jambak dan gamparan dari dua orang itu sebelum Keiza akhirnya berhasil melerai mereka. Nahasnya, Keiza pun kena cakar Radhi.

“Saya tahu dan saya peduli dengan masalah yang kalian hadapi, tapi saya juga berharap kalian bisa bersikap lebih dewasa, kalian bukan lagi anak SMP.” Bu Sulastri menghela nafas sebelum melanjutkan, “terutama kamu Radhina. Kamu ingat apa yang kamu janjikan pada saya kemarin, kan?”

Radhina hanya bisa menatap lantai ruang BK dengan tatapan kesal. Bu Sulastri memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan.

“Saya akan berikan kalian waktu konseling untuk masing-masing orang mulai besok. Radhi, kamu yang pertama.”

“Tapi Bu—“

“Sekesal apapun kamu sama kakak kelasmu, bukan berarti kamu bisa menyakiti mereka secara fisik.” Kemudian Bu Sulastri beralih Mia dan temannya. “Walau sudah kelas tiga, kalian juga tetap akan saya beri sesi konseling.”

“Bu, kami sudah mau persiapan ujian, masa dikasih kelas konseling juga.”

“Iya bu, kita masih ada materi pelajaran yang harus dikejar.” Keduanya merengek. Bu Sulastri kembali menghela nafas.

“Oke, kalau begitu saya panggil kedua orang tua kalian ke sekolah, ya?”

Ancaman terakhir dari Bu Sulastri berhasil membuat tiga orang bermasalah itu bungkam. Radhina berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya menyerang siswi lain lagi. Namun ia menolak meminta maaf. Bagaimanapun, Mia dan temannya ini sudah melukai harga dirinya.

Radhina kembali ke kelas satu jam kemudian. Teman-teman sekelasnya langsung heboh begitu cewek itu datang. Namun Radhi tetap bungkam, memilih untuk menyingkir ke bagian belakang. Ia tak ingin ditanya, apalagi satu meja dengan Keiza. Radhina ingin sekali pulang, menyingkir dari hingar bingar kelas yang serasa menghimpit dadanya. Namun ia sudah berjanji pada Bu Sulastri, bila masih ingin bersekolah di Teruna Angkasa maka Radhina harus bertahan. Radhina harus bertahan, karena jauh di dalam hati ia masih ingin berada di tempat yang sama dengan Andaru dan Avissena.

oOo

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Desire Of The Star
1424      916     4     
Romance
Seorang pria bernama Mahesa Bintang yang hidup dalam keluarga supportif dan harmonis, pendidikan yang baik serta hubungan pertemanan yang baik. Kehidupan Mahesa sibuk dengan perkuliahannya di bidang seni dimana menjadi seniman adalah cita-citanya sejak kecil. Keinginannya cukup sederhana, dari dulu ia ingin sekali mempunyai galeri seni sendiri dan mengadakan pameran seni. Kehidupan Mahesa yang si...
Kenangan Masa Muda
6991      1938     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
L.o.L : Lab of Love
3155      1137     10     
Fan Fiction
Kim Ji Yeon, seorang mahasiswi semester empat jurusan film dan animasi, disibukan dengan tugas perkuliahan yang tak ada habisnya. Terlebih dengan statusnya sebagai penerima beasiswa, Ji Yeon harus berusaha mempertahankan prestasi akademisnya. Hingga suatu hari, sebuah coretan iseng yang dibuatnya saat jenuh ketika mengerjakan tugas di lab film, menjadi awal dari sebuah kisah baru yang tidak pe...
The World Between Us
2417      1041     0     
Romance
Raka Nuraga cowok nakal yang hidupnya terganggu dengan kedatangan Sabrina seseorang wanita yang jauh berbeda dengannya. Ibarat mereka hidup di dua dunia yang berbeda. "Tapi ka, dunia kita beda gue takut lo gak bisa beradaptasi sama dunia gue" "gue bakal usaha adaptasi!, berubah! biar bisa masuk kedunia lo." "Emang lo bisa ?" "Kan lo bilang gaada yang gabis...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
1140      562     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
FINDING THE SUN
527      255     15     
Action
Orang-orang memanggilku Affa. Aku cewek normal biasa. Seperti kebanyakan orang aku juga punya mimpi. Mimpiku pun juga biasa. Ingin menjadi seorang mahasiswi di universitas nomor satu di negeri ini. Biasa kan? Tapi kok banyak banget rintangannya. Tidak cukupkah dengan berhenti dua tahun hanya demi lolos seleksi ketat hingga menghabiskan banyak uang dan waktu? Justru saat akhirnya aku diterima di k...
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
545      416     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
Akselerasi, Katanya
623      350     4     
Short Story
Kelas akselerasi, katanya. Tapi kelakuannya—duh, ampun!
Melody Impian
639      437     3     
Short Story
Aku tak pernah menginginkan perpisahan diantara kami. Aku masih perlu waktu untuk memberanikan diri mengungkapkan perasaanku padanya tanpa takut penolakan. Namun sepertinya waktu tak peduli itu, dunia pun sama, seakan sengaja membuat kami berjauhan. Impian terbesarku adalah ia datang dan menyaksikan pertunjukan piano perdanaku. Sekali saja, aku ingin membuatnya bangga terhadapku. Namun, apakah it...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
14971      2074     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...