Loading...
Logo TinLit
Read Story - Our Perfect Times
MENU
About Us  

Di sebuah kafe mewah di tengah hiruk-pikuk kota, cahaya lampu gantung berkilauan seperti perhiasan. Radhina duduk kaku di balik meja marmer putih, kedua tangannya bertaut di pangkuan, seperti anak kecil yang sedang dihukum diam. Tak lama kemudian, langkah berderak mendekat—anggun, pasti, dan wangi parfum mahal yang menyelinap lebih dulu sebelum sosoknya tiba.

Nadine Liastari, Mamanya, sosialita terkenal dengan gaun pastel dan bibir merah yang tak pernah pudar, berdiri di hadapannya. Senyum ragu tergambar di wajahnya, senyum yang tak pernah sempat tumbuh penuh.

“Radhina…” ucapnya, seolah mencicipi nama yang asing di lidahnya sendiri.

Radhi hanya mengangguk. Delapan tahun berjarak, dan kini mereka bertemu seperti dua orang asing yang kebetulan berbagi darah. Dulu, ibunya terlalu sibuk dengan acara amal, pemotretan majalah, dan kehidupan rumah tangga dengan Papa Radhina—seorang pejabat kota yang lebih menikahi status daripada perasaan. Dan ketika semuanya runtuh, ibunya memilih pergi. Bukan untuk membangun ulang, tapi untuk melanjutkan hidup tanpa beban bernama mantan suaminya yang berkhianat.

“Maaf, kalau aku... tak pernah jadi sosok Mama yang kamu butuhkan,” Nadine berkata pelan, menatap ke luar jendela. “Mama beberapa kali coba menemui kamu, tapi kamu tahu sendiri bagaimana Papamu. Mama terlalu takut. Takut gagal, takut kehilangan jati diri, takut jadi seperti ibu Mama dulu... yang hidupnya hanya soal mengurus orang lain.”

Radhina ingin marah. Tapi setelah banyak kemarahan yang ia alami, emosi itu tidak lagi terasa seperti pelindung—lebih seperti beban yang membuatnya lelah. Jadi ia diam.

Nadine menatapnya, lebih lama kali ini. “Tapi Mama senang sekarang kamu ada di sini, tumbuh, dan jelas lebih kuat dari yang pernah Mama bayangkan.” Di luar dugaan, Nadine tersenyum pada Radhina. Senyum tipis yang menular pada Radhina. Untuk pertama kalinya, Mamanya bicara tentang sesuatu yang baik. Bukan menjelek-jelekan Papa, ataupun selingkuhannya. Hanya soal hidup… kehidupan yang kini terasa lebih nyata bagi Radhina.

“Mama mungkin nggak bisa minta maaf pada masa lalu. Mama juga sulit memberi kalian perhatian yang layak. Tapi setidaknya... apa Mama bisa kasih kamu nasihat?”

Radhina mengangguk, perlahan. Untuk pertama kalinya, ia merasakan kecanggungan itu mulai retak.

“Kalau suatu saat kamu punya pilihan antara jadi orang baik dan jadi orang jujur… pilihlah jujur. Baik bisa disalahpahami, tapi kejujuran akan menyelamatkanmu dari pura-pura.” Setelah mengatakan itu Nadine mendesah, wajahnya terlihat sedih. “Mama bisa bilang begini ke kamu, karena kita baru pertama kali ketemu. Kalau Rakesha yang dengar nasihat ini, dia pasti langsung ketawa dan pergi.”

“Aku akan coba ngomong sama Rakesha, Ma.” Ucap Radhina. Satu keyakinan muncul dalam dirinya. Mamanya tak seburuk itu, Papanya juga tak seburuk itu. Maka Rakesha bisa jadi hanya sedang sakit. Seperti Radhina yang harus melewati hari-hari sepi, yang kemudian ditolong oleh keluarga Bu Mira dan tentu saja... Keiza. Bagaimana jika ia mulai mendekati dan mencoba mengerti Rakesha, kemungkinan untuk kembali bersama masih ada, kan?

oOo

Asap rokok melayang di udara malam yang pengap, bercampur bau oli dan suara knalpot bising dari motor-motor yang berjejer di lahan kosong pinggir kota. Rakesha bersandar di motor tuanya, tatapan tajamnya tertuju pada sosok mungil yang berdiri ragu beberapa meter darinya—Radhina, adik perempuan yang sempat terpisah darinya ketika mereka berusia delapan tahun.

“Lo datang juga,” gumam Rakesha, menyeringai tipis. “Gimana? Udah capek jadi anak baik?”

Radhina menggenggam tali tasnya erat. Matanya menatap kakaknya, yang kini hampir tak ia kenali. Luka di pelipis, tatapan liar, dan dunia kelam yang kini jadi rumahnya. Ia tahu Rakesha hancur setelah kedua orang tua mereka berpisah, tapi ia tak menyangka sang kakak akan mencoba menariknya ikut masuk ke dalam kegelapan yang sama.

“Gue ke sini karena lo terus maksa,” jawab Radhina, pelan namun tegas. “Bukan karena gue mau hidup kayak gini.”

Rakesha tertawa pendek, suara yang terdengar lebih seperti peringatan daripada hiburan. “Kamu bakal ngerti nanti, Dhi. Dunia itu nggak adil. Percuma jadi anak baik kalau ujung-ujungnya tetap diinjak. Lo pikir Andaru dan Avissena murni berteman sama lo? Dhi, gue juga laki-laki.”

“Lo sendiri tahu gimana keluarga Tante Mira, jadi nggak usah jelek-jelekin temen-temen cowok gue, oke?” Suara Radhina kini bergetar, marah sekaligus kecewa. “Gimanapun lo itu kakak gue, Kes. Jangan sampai lo lupa gimana caranya jadi seorang kakak.”

Rakesha menatap adiknya lebih lama kali ini. Entah marah, sakit, atau malu. Tapi ia tak bicara lagi. Hanya diam, membiarkan malam menelan sisa-sisa menjadi ‘kakak; yang dulu pernah ia banggakan.

“Kes! Lo beneran mau tanding?!” Radhina terlihat panik ketika melihat kakaknya menaiki motor tua.

“Yaiya lah! Masa nggak. Lo juga doyan ngebut, kan?” Rakesha menyentuh sekilas puncak kepala adiknya. Radhina mengakui. Ia, Andaru dan Avissena memang suka dengan yang namanya ‘kecepatan’. Tetapi mereka tentu melakukannya di arena balap betulan, atau di jalan tol yang sepi sekalian, bukannya di jalan raya tengah malam begini!

Rakesha menanggapi protes Radhina dengan santai. Katanya lebih tegang, lebih bagus.

“Kes! Jangan gila!”

Awalnya Radhina tak berniat masuk dalam circle pertemanan Rakesha Galendra, sang Kakak.  Setelah melihat ‘Dina’ si pelakor Radhina bertekad untuk menyatukan kembali keluarganya yang terpecah-pecah. Atau setidaknya, ia ingin menormalkan kontak dengan Mama dan Rakesha.

Radhina ingin menanyakan kabar, kemudian mendekatkan diri, dengan angan-angan kesenangan memiliki saudara laki-laki. Rakesha jelas berbeda dengan Avissena, apalagi Andaru. Rakesha adalah saudara kandung, keluar dari rahim yang sama dengan Radhina. Warna kulit mereka hampir sama, sawo matang. Mata, hidung, mulut... hanya sedikit perbedaan di antara mereka.

Ah, ada satu hal yang membedakan Radhina dan Rakesha. Yaitu, Rakesha memiliki lesung di sebelah kanan, berlawanan dengan Radhi. Rakesha juga lebih berjiwa bebas, senang akan tantangan dan  mengarahkan Radhina ke dunia yang sebelumnya tak ia ketahui.

Seperti saat ini, ketika Radhina berinteraksi dengan teman-teman Rakesha, orang-orang yang suka balap motor. Orang-orang yang selalu terlihat riang, penuh guyonan, kadang terdengar kotor tapi masih lumayan menghibur. Hanya saja, entah kenapa Radhina mulai merasa sesak dan lelah. Mungkin karena terlalu banyak asap, suara bising dan pertemanan ini menyita waktu di malam hari. Obrolan dan tawa ternyata menguras banyak tenaga, karena bukannya menikmati, Radhina justru merasa harus waspada.

Juga... kadang ada lintasan pikiran tentang bagaimana reaksi Keiza kalau tahu Radhina ikut atau menonton balap liar.

Si murid beasiswa itu pasti ngomel habis-habisan. Ujar Radhina dalam hati.

Ada sedikit rasa bersalah tapi juga lebih banyak ucapan 'yaudah lah biarin aja'. Toh baik Andaru, Avissena ataupun Keiza sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Berarti tak salah dong, bila Radhina juga mencari kesibukan sendiri? Lagipula setiap kali Radhina ingat tentang ketiga orang itu, ada rasa kesal muncul dalam hatinya. 

“Dhi, gue nitip.” Rakesha memasukkan sesuatu ke tas Radhi, membuat cewek itu keluar dari lamunan. Hanya sesaat karena perhatian Radhina kembali teralih saat melihat sekelompok anak cewek datang ke lokasi. Mereka tertawa-tawa sembari melakukan tos ke seluruh anak di tongkrongan, termasuk Radhina juga. Walau tak begitu mengerti, Radhina mengulurkan tangan untuk menerima tos itu. Kemudian, kegelisahan Radhina muncul saat melihat salah satu dari seorang cewek itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Kaleng-kaleng minuman yang didistribusikan ke anak-anak lain. Radhi juga menerimanya, ternyata ia mendapatkan jus. Beda dengan Rakesha yang mendapatkan kaleng dengan logo aneh, tampak asing dengan warna merah menutup tampilan kaleng yang sebagian besar berwarna putih. Radhina langsung bergerak cepat, merebut kaleng minuman itu dan memeriksanya. Alkohol.

“Lo minum?!” Radhina membelalak, menarik perhatian beberapa anak. Rakesha menghadapinya dengan tenang.

“Lo juga minum.” Cowok itu menunjuk botol minuman dalam genggaman tangan Radhi yang lain.

“Rakesha, ini jus!” Sentak Radhina, tak rela disamakan antara minumannya dengan minuman Rakesha.

“Lo mau minum ini?”

Radhina ternganga. Dalam hal-hal tertentu ia memang bisa nekat. Misalnya seperti nekat naik ke tempat tinggi, atau nekat menyalip dan mengebut di jalan. Tapi kalau soal mabuk-mabukkan?

‘Kalau suatu saat kamu punya pilihan antara jadi orang baik dan jadi orang jujur… pilihlah jujur. Baik bisa disalahpahami, tapi kejujuran akan menyelamatkanmu dari pura-pura.’

Tiba-tiba Radhina teringat ucapan Mamanya, disusul perasaan asing hadir dalam dirinya. Ia merasa asing terhadap Rakesha, asing terhadap bumi tempatnya berpijak sekarang. Aspal, kegelapan malam, keremangan lampu cahaya kota, apa ini benar-benar tempat yang tepat untukknya?

Rakesha memang kakaknya, Radhina akui itu. Saat ini ia juga sedang berusaha mengakrabkan diri kembali. Namun... lingkungan ini bukan lingkungannya. Walaupun ia sudah beberapa kali ikut nongkrong bareng dan cukup menikmati obrolan yang ada... tetap, ada sesuatu yang berontak dalam dirinya. Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang membuat hatinya tak nyaman. Ini bukan lingkungannya!

Radhina memutuskan berbalik dan pergi. Tentu saja diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan penasaran teman... ah, bahkan Radhina ragu menyebut mereka teman.

 “Ah nggak seru nih Radhi!”

“Tahu lo, nggak asik."

“Lo mau kemana Dhi!?” Rakesha mencekal tangan Radhi. Tentu saja Radhi langsung menangkisnya.

“Mau pulang! Gue nggak mau telat ke sekolah besok!”

oOo

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gray November
4079      1439     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Maroon Ribbon
559      410     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
3456      1495     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Horses For Courses
12314      2558     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Isi Hati
513      366     4     
Short Story
Berawal dari sebuah mimpi, hingga proses berubahnya dua orang yang ingin menjadi lebih baik. Akankah mereka bertemu?
Simfoni Rindu Zindy
2297      1380     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...
Vandersil : Pembalasan Yang Tertunda
403      296     1     
Short Story
Ketika cinta telah membutakan seseorang hingga hatinya telah tertutup oleh kegelapan dan kebencian. Hanya karena ia tidak bisa mengikhlaskan seseorang yang amat ia sayangi, tetapi orang itu tidak membalas seperti yang diharapkannya, dan menganggapnya sebatas sahabat. Kehadiran orang baru di pertemanan mereka membuat dirinya berubah. Hingga mautlah yang memutuskan, akan seperti apa akhirnya. Ap...
Warna Jingga Senja
4396      1214     12     
Romance
Valerie kira ia sudah melakukan hal yang terbaik dalam menjalankan hubungan dengan Ian, namun sayangnya rasa sayang yang Valerie berikan kepada Ian tidaklah cukup. Lalu Bryan, sosok yang sudah sejak lama di kagumi oleh Valerie mendadak jadi super care dan super attentive. Hati Valerie bergetar. Mana yang akhirnya akan bersanding dengan Valerie? Ian yang Valerie kira adalah cinta sejatinya, atau...
Moment
351      303     0     
Romance
Rachel Maureen Jovita cewek bar bar nan ramah,cantik dan apa adanya.Bersahabat dengan cowok famous di sekolahnya adalah keberuntungan tersendiri bagi gadis bar bar sepertinya Dean Edward Devine cowok famous dan pintar.Siapa yang tidak mengenal cowok ramah ini,Bersahabat dengan cewek seperti Rachel merupakan ketidak sengajaan yang membuatnya merasa beruntung dan juga menyesal [Maaf jika ...
1000 Origami Bangau
409      281     3     
Short Story
Origami bangau melambangkan cinta dan kesetiaan, karna bangau hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Tapi, jika semua itu hanyalah angan-angan belaka, aku harus bagaimana ??