Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lost & Found Club
MENU
About Us  

Kukira Shila sudah puas menghujaniku dengan kekhawatirannya saat kukabari tidak bisa masuk sekolah kemarin. Aku tidak tahu kalau dia masih menyimpan secercah rasa cemasnya untuk ditumpahkannya ketika melihatku masuk kembali pagi ini.

“Kamu yakin tidak perlu periksa ke rumah sakit? Kamu jatuhnya kemarin bagaimana, kaki dulu atau kepala dulu?”

Padahal kami belum lama kenal, baru bertemu saat orientasi murid baru, tapi tidak kusangka dia bisa sekhawatir ini mendengarku demam yang hanya sehari.

“Aku punya pengalaman tidak menyenangkan dengan demam sehari yang kamu anggap sepele itu,” begitu ucapnya, tapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

“Aku sungguhan sudah tidak apa-apa,” kataku dengan yakin.

“Pokoknya, akhir pekan ini, kamu harus ikut aku olahraga pagi. Tidak ada penolakan.”

Kalau sudah begini, kurasa aku sungguhan tidak bisa memberikan alasan untuk tidak mengiyakan. Soalnya Shila pasti tahu kalau aku tidak ada rencana apa-apa di akhir pekan kecuali bersantai.

Aku jadi teringat bagaimana reaksi orang-orang di pesan grup Klub Lost & Found. Kak Mela merasa bersalah dan mendoakan aku cepat pulih. Menurutnya, kalau dia tidak meninggalkanku sore itu, aku pasti tidak perlu sampai memanjat pohon mangga dan terjatuh. Kukatakan kalau itu bukan kesalahannya, karena semuanya terjadi atas kehendakku sendiri.

Lain dengan Bang Damian yang justru mentertawaiku, dan sebenarnya dia sudah begitu sejak sore ketika aku kembali ke ruangan klub setelah terjatuh dari pohon. Aku tahu kalau yang ditertawainya adalah aku yang bisa memanjat pohon tapi kebingungan untuk turun, bukan fakta bahwa aku demam karena kecapekan. Tapi, tetap saja aku lumayan kesal.

Mungkin Bang Jovin yang sudah berpengalaman menghadapi Bang Damian ikut merasakan kekesalanku, karena setelahnya dia membalas dengan, “Coba jatuh, Damian. Aku mau ketawa juga.” Aku puas sekali membacanya. Semoga Bang Jovin selalu dapat nilai seratus saat ulangan.

Sedangkan Arya, dia menyarankanku untuk banyak minum air putih dan melakukan peregangan ketika kondisiku sudah lebih baik. Menurutku dia cocok berteman dengan Shila.

 

***

Salah satu alasan aku tertarik mendaftar ke SMA Mentari adalah desain seragamnya. Kemeja putih lengan panjang, dilapisi dengan rompi biru tua, dan blazer biru tua yang biasanya hanya dipakai saat ada acara tertentu. Lalu yang paling kusukai, rok selutut yang bergaris-garis biru tua-hitam-putih dan dasi dengan warna senada.

Namun, kemeja lengan panjang itu kini bergesekan dengan lecet di sikuku, dan rok yang kusukai itu terus-terusan menyentuh luka di lututku. Aku enggan menggunakan plester luka sebab sensasi ketika menariknya lepas dari kulitku terasa menyakitkan. Tapi, perih yang mengundang air mata ini membuatku meragukan keputusanku. Apalagi, di jam istirahat pertama ini aku harus berjalan, menaiki tangga, menuju ruangan klub.

Jujur saja, sebenarnya aku tidak ingin pergi ke ruang klub, kalau saja sekarang bukan hari Kamis dan aku tidak bertugas menjaga ruangan.

Bang Damian sudah duduk membelakangiku di salah satu bangku ketika aku menggeser pelan pintu ruang klub. Dia menunduk fokus di hadapan buku tulisnya sambil bergumam dan sesekali menambahkan coretan. Sepertinya dia belum menyadari kehadiranku.

Teringat dengan tawa Bang Damian saat mendengar aku terjerembap dari pohon, aku jadi ingin mengisenginya. Sebelum memulai aksiku, aku berdiam diri selama satu menit, memastikan seniorku itu betul-betul fokus pada apa yang sedang dikerjakannya.

Satu.... Aku mulai menghitung.

Dua.... Pelan-pelan kuangkat kedua tanganku dan melangkah perlahan.

Ti

“BA!”

“A—ayam!”

Aku mematung, tanganku memegang dada sebelah kiri dan merasakan jantungku berdegap-degap. Kucoba menenangkan diri sedangkan tawa Bang Damian mengudara. Niat hati ingin mengagetkan, tapi justru aku yang kaget.

“Kamu butuh setahun lagi untuk bisa mengagetiku, Win,” ejeknya.

Setelah sadar dari keterkejutanku, aku langsung memasang tampang masam. “Bilang, dong, kalau Bang Damian sudah tahu aku di sini.”

Bang Damian berdehem, kurasa tenggorokannya jadi kering setelah lagi-lagi mentertawaiku. “Kamunya diam saja, jadi aku pura-pura tidak tahu, hahaha.”

Setelah menutup buku catatannya, Bang Damian menarik bangku di sebelahnya, mengisyaratkan agar aku duduk di sana. Aku menurut duduk di sampingnya.

“Sebelumnya kamu sudah belajar tentang kegiatan menyisir, kan? Sekarang kamu akan belajar tentang pendataan.” Bang Damian menggeser laptop milik klub ke tengah meja agar aku bisa melihatnya. “Coba perhatikan. Ini tabel yang berisikan daftar barang temuan. Artinya, setiap barang yang ditemukan harus dituliskan informasinya di dalam tabel ini.”

Aku melihat layar dengan saksama. Terdapat kolom berjudul waktu, lokasi, jenis benda, nama benda, foto, dan keterangan di dalam tabel tersebut.

Bang Damian menunjuk setiap judul di kolom sambil menjelaskan. “Waktu diisi dengan tanggal dan jam berapa benda itu ditemukan. Lokasi diisi dengan tempat di mana benda ditemukan. Jenis benda ini seperti apakah benda itu termasuk alat tulis, perhiasan, gawai, atau yang lainnya. Lalu, nama benda adalah nama spesifik dari benda tersebut. Misalnya, kalung emas, pensil warna, gelang tali, dan buku catatan matematika.”

Ketika sedang menjelaskan begini, Bang Damian tampak serius dan tenang. Sangat berbeda dengan dirinya yang tertawa lebar beberapa menit lalu. Aku sampai tidak bisa berkata-kata saking herannya.

“Terus, kolom foto diisi dengan foto yang diambil ketika benda tersebut ditemukan. Terakhir, kolom keterangan diisi dengan keterangan tambahan yang sekiranya perlu dituliskan.” Selesai menjelaskan, Bang Damian menoleh kepadaku. “Bagaimana, Win, sudah paham belum?”

Aku mengangguk-angguk sambil berdeham panjang. “Paham, paham.”

“Kalau begitu,” Bang Damian mengirimkan foto dari ponselnya ke laptop, kemudian menyerahkan sebuah catatan, “coba kamu isi tabelnya dengan informasi ini.”

Begitu kuterima, aku langsung membaca catatan tersebut dan melihat foto yang dikirimkan, lalu memindahkannya ke dalam tabel. Setelah dua menit berlalu, kuperlihatkan hasil pekerjaanku. “Begini?”

Bang Damian membacanya dengan teliti, kemudian tersenyum lebar. “Windi cepat paham, ya. Pintarnya.”

Mendengar pujian yang tiba-tiba dilontarkannya, aku tersenyum geli. Rasanya agak kekanakan, tapi aku tidak memprotesnya.

“Kalau begitu, kita lanjut ke pelajaran berikutnya.”

Bang Damian membuka jendela baru yang kali ini menampilkan formulir berjudul ‘Pengembalian Barang’. Terdapat beberapa kotak di dalam formulir tersebut. Kotak persegi di sebelah kiri atas tidak memiliki tulisan apa pun. Kotak di sebelah kanan yang memanjang ke bawah dan membentuk huruf L terbalik berisikan jenis, nama, waktu, tempat, dan keterangan. Kotak terakhir berbentuk persegi panjang, ada di bagian paling bawah, bertuliskan nama pemilik, nama pengambil, kelas, dan waktu pengembalian.

Saat memperhatikannya, aku langsung teringat dengan tabel sebelumnya. “Isian di formulir ini sama seperti di tabel tadi, ya, Bang?”

“Betul. Kotak kosong persegi ini nantinya diisi foto dari benda yang ditemukan, terus kotak L terbalik isinya sama dengan yang ada di tabel tadi. Tapi, di sini ada tambahan kotak di paling bawah. Nah, nama pemilik ini sudah jelas diisi dengan nama orang yang punya barang.

“Nama pengambilnya adalah nama orang yang mengambil barang itu. Keduanya bisa saja beda, karena mungkin saat itu yang punya barangnya tidak bisa mengambilnya secara langsung dan meminta tolong ke orang lain untuk mengambilkan. Selanjutnya, kelas diisi dengan nama kelas dari orang yang punya barangnya. Lalu, waktu diisi dengan tanggal barangnya dikembalikan.”

Seraya mendengarkan penuturan panjang Bang Damian, mataku menatap lurus menuju layar, memperhatikan setiap kata di sana dengan dahi mengernyit. Begitu penjelasannya selesai, aku pun mengangguk. Kurasa aku akan lebih paham kalau langsung mempraktikkannya.

“Ada catatan seperti tadi, tidak, Bang? Aku mau coba mengisinya.”

Bang Damian mengambil buku catatan tadi, membalik halamannya, kemudian memberikannya kembali. Aku membacanya dengan cepat dan mengetikkan informasi yang tercatat ke dalam formulir. Setelah selesai, aku menunjukkannya kembali pada Bang Damian dengan percaya diri.

Kali ini Bang Damian menepuk tangannya dengan agak dramatis, seolah-olah adik kelasnya ini baru saja menyelesaikan pertunjukan yang hebat. “Wuah, pintarnya!”

Alih-alih kesal, aku justru tertawa dengan reaksi berlebihan itu dan merasa terhibur. Sepertinya Bang Damian cocok jadi guru TK atau SD. Tapi, meskipun aku merasa interaksi ini lumayan seru, aku tidak akan melupakan kalau senior satu itu pernah mentertawakanku gara-gara jatuh dari pohon.

“Baiklah. Pelajaran selanjutnya adalah...,” jeda Bang Damian, tangannya mengetuk meja untuk menimbulkan efek dramatis yang membuatku tambah tidak sabar, “... melayani orang yang datang ke klub!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Katamu
3059      1163     40     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
Help Me
6126      1828     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
Glad to Meet You
314      241     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
PALETTE
539      295     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
FaraDigma
1330      664     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
6169      1241     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
44      43     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...
No Longer the Same
418      313     1     
True Story
Sejak ibunya pergi, dunia Hafa terasa runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulu hangat dan penuh tawa kini hanya menyisakan gema langkah yang dingin. Ayah tirinya membawa perempuan lain ke dalam rumah, seolah menghapus jejak kenangan yang pernah hidup bersama ibunya yang wafat karena kanker. Kakak dan abang yang dulu ia andalkan kini sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan ayah kandungnya terlalu jauh ...
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
130      107     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.
Is it Your Diary?
180      146     0     
Romance
Kehidupan terus berjalan meski perpisahan datang yang entah untuk saling menemukan atau justru saling menghilang. Selalu ada alasan mengapa dua insan dipertemukan. Begitulah Khandra pikir, ia selalu jalan ke depan tanpa melihat betapa luas masa lalu nya yang belum selesai. Sampai akhirnya, Khandra balik ke sekolah lamanya sebagai mahasiswa PPL. Seketika ingatan lama itu mampir di kepala. Tanpa s...