Mereka tersenyum senang tatkala melihat orang yang paling mereka sayangi berbahagia. Melihatnya duduk dan dikelilingi banyak orang dengan karya-karya di tangan penikmatnya berhasil menyentuh hati mereka. Mereka kira, mereka akan membersamainya sampai akhir, ternyata mereka melepaskannya ketika orang itu jatuh ke titik terdalam hidupnya. Kisah kasih persahabatan itu berakhir tragis. Namun, semua orang bersyukur masih bisa melihat orang itu kembali memiliki kehidupan.
Mereka masih mengingat bagaimana cara mereka mencuri-curi waktu untuk melihat keadaan Erilya saat itu. Mereka juga bergantian mencari informasi perkembangan Erilya. Mereka melihat perempuan itu pelan-pelan bangkit dari masa-masa terpuruknya. Melakukan terapi dan pada akhirnya keluar dari rumah sakit dengan keadaan seperti semula.
Salah satu di antara mereka hanya bisa menatap kosong karena perasaan bersalah itu semakin terbentuk dengan luas di dalam hatinya. Setelah perempuan itu terbangun, Xiandra mendapatkan tawaran untuk bermain di liga e-sport professional. Hal yang tidak pernah terpikirkan. Baru-baru ini dia mengetahui bahwa dia direkomendasikan oleh Erilya dengan persetujuan Helena. Xiandra semakin merasa bersalah dengan Erilya. Tapi Xiandra tidak bisa mendatangi perempuan itu secara langsung.
Cerita Keira dan Geo yang bertemu dengan Erilya dan memperlakukan mereka seolah tidak pernah mengenalnya membuat Xiandra mengurungkan niatnya. Begitu Velove datang berlinangkan air mata dan memeluknya, Xiandra menyadari bahwa mereka memang tidak memiliki kesempatan.
“Ternyata memang benar, dia tidak ingin mengingat kita lagi,” jelas Velove di tengah-tengah tangisannya.
“Semuanya memang telah berakhir ketika tidak ada yang menghentikannya memilih pilihan itu,” kata Xiandra sambil mengusap bahu Velove. Sementara Geo hanya berdiri dan termenung menatap Erilya dari jauh.
Ketiga orang itu sengaja datang ke Medan untuk melihat Erilya. Sebenarnya perempuan itu akan menghadiri meet and greet juga di buku lainnya di kota terdekat mereka. Hanya saja itu adalah minggu terakhir perempuan itu di negara ini. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Medan. Mereka ingin melihat sahabatnya yang dulu bersama-sama melalui kehidupan dengan dirinya.
“Hanya sejauh ini jarak aman untuk melihat dirinya. Tapi gue yakin dia nggak pernah kehilangan ingatannya.”
Velove melepaskan pelukan Xiandra. Dia kembali berbalik dan menatap Erilya dari jauh. Perempuan itu setuju, “Ya dia tidak pernah melupakan kenangan kita. Cuma dia tidak ingin berhubungan dengan kita lagi.”
“Ya itu lebih baik untuk semuanya. Kenangan itu terlalu menyakitkan untuk diingat selamanya.” Xiandra mengucapkannya dari hati terdalamnya. Air matanya jatuh begitu saja. Dia tidak menyangka karena kesalahannya semua waktu yang telah mereka lewati berakhir sia-sia. Xiandra akan dengan senang hati memikul semua kesalahannya. Dia akan mengingat semua itu untuk menyadari bahwa semua pilihan buruk akan mendatangkan keburukan lainnya. Xiandra akan meminta kepada Tuhannya untuk memberikan takdir terbaik kepada Erilya. Meskipun Tuhan mereka berbeda, Xiandra tetap akan meminta takdir sebaik-baiknya atas bantuan Erilya. Dia berharap semua kisah ini ditutup dengan keikhlasan masing-masing di antara mereka.
Semuanya telah berakhir dan hanya bisa membuka lembaran baru. Tidak perlu saling mengusik semua yang telah terjadi. Karena semua cerita ini telah selesai dengan baik melalui kerendahan hati. Salam perpisahan.
—End—