“Setelah sekian lama aku tidak menyentuhnya, ternyata aku merindukannya.”
***
Erilya berusaha menenangkan dirinya sama seperti ketika dia menghadapi skripsi di depan matanya. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak berdiam diri di tempat. Dia melakukan apa pun untuk mencari jati dirinya. Saat ini dia sedang berusaha. Setelah banyaknya hari, bulan, dan tahun yang berlalu dia akhirnya membuka draft novel yang pernah dia buat. Dia rasa dia merindukan dunia tulisan ini. Kali ini dia akan benar-benar menyelesaikan novel yang dia buat.
Dia membaca beberapa novelnya. Dari dulu dia ingin membuat novel romansa yang bagus. Sayangnya novel romansa itu tidak pernah ada yang selesai. Erilya mengamati dirinya di cermin. Dia mengingat dua kisah cintanya yang berakhir tidak menjadi apa-apa. Erilya memahami bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman untuk jatuh cinta, dia tidak pernah pacaran. Semua cintanya itu hanya berakhir satu belah pihak saja. Maka dari itu Erilya tidak tahu harus memasukkan bumbu apa saja di dalam novelnya.
Rasa-rasanya dia juga sedikit trauma dengan percintaan. Dia lalu menutup semua novel romansa yang dia pernah buat. Dia rasa dia tidak cocok untuk menulis genre seperti itu. Dia lalu mengambil buku dan mencoba menuliskan outline cerita. Dia lebih baik membuat cerita fantasi atau cerita tentang petualangan seseorang untuk melindungi apa yang dia miliki.
Genre fantasi dan petualangan sebenarnya adalah genre novel tersulit dari semua genre yang ada. Dia mengingat kembali skripsinya yang membahas tentang novel fantasi. Novel fantasi biasanya memiliki ramuan dengan mencampurkan antara nyata dan tidak nyata. Penulisnya biasanya juga memasukkan banyak ilmu pengetahuan kuno seperti dewa-dewi yunani, pedang-pedang kuno, kastil kuno, dan berbagai macam benda-benda yang dahulu dikatakan memiliki ilmu magis.
Erilya harus mengumpulkan banyak informasi mengenai hal tersebut. Dia juga tentunya tidak bisa mencari pekerjaan juga. Waktunya akan lebih banyak digunakan untuk melakukan riset tentang hal itu. Dia kemudian berpikir bahwa mengapa tidak dia memasukkan mitos-mitos dari nusantara. Mitos-mitos di nusantara teramat banyak. Bahkan hewan-hewan mitologi di Indonesia juga beragam bentuknya.
“Tapi, ini adalah genre tersulit yang taruhannya tidak main-main.” Erilya berkata sambil menonton hewan mitologi di akun YouTube milik seorang perempuan yang sangat menggilai dunia mitologi. “Kalau tidak benar-benar memahami genre ini, pasti akan susah untuk menembusnya.”
Erilya memegang kepalanya. Dia menjadi ragu dengan genre yang ingin dia coba. Apa seharusnya dia tetap memilih genre romansa sebagai permulaannya? Tapi dirinya tidak bisa membuat kisah romansa. Dia tidak pernah melaluinya. Dia tidak pernah berpacaran.
“Ternyata pernah berpacaran itu berguna juga untuk melakukan riset ya.” Erilya menatap kosong laptopnya dengan mata sayunya. “Yaudahlah antara maju tidak kena, mundur juga tidak kena. Lebih baik mencoba yang minor romance.”
Erilya kembali melakukan riset. Dia membuka berbagai jenis website yang bisa dijadikan referensi untuk membuat novel fantasi. Dia ingin membuat novel fantasi dengan baik. Jika memang perjalananya susah, dia akan mencobanya sampai bisa menembus pasar Indonesia. Dia ingin menghasilkan karya yang tidak memalukan. Dia sangat ingin menunjukkan kepada orang lain yang dari dulu menunggu bukunya. Dia masih ingat kepala cabang di tempat dia magang dulu, beliau ingin mendapatkan kabar bahwa dirinya dapat menghasilkan sebuah novel.
Ada banyak orang sebenarnya yang dari dulu menunggu-nunggu dirinya menghasilkan karya tersebut. Tentunya dia ingin membuat sebuah karya yang sangat bermakna. Dia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa dia bisa. Dia juga ingin berterima kasih kepada mereka karena telah memberikan doa yang terbaik untuknya.
Perjalanan hidup ini memang tidak mudah. Ada banyak orang jahat yang bisa kita temui, tapi juga ada banyak orang baik yang tanpa sadar memberikan dukungan kepada kita. Padahal mereka tidak tahu bagaimana kita, tidak tahu potensi yang kita miliki, tetapi sudah memberikan semangat yang luar biasa.
Sudah sejak lama Erilya menyimpan semua kata-kata itu karena dia dari dulu memang tidak memiliki semangat untuk menjadi penulis. Dia ingin menjadi editor. Sayangnya dunia ini juga tidak ideal untuk dirinya. Negara ini tidak semakin baik tetapi justru semakin memburuk. Banyak PHK di mana-mana. Erilya menjadi tahu diri bahwa memang tidak ada tempat terbaik untuk dirinya. Dia terpikirkan bahwa menjadi penulis adalah salah satu cara tidak terikat apa pun. Dia bisa menjadi penulis web dengan pendapatan yang cukup. Dia bisa menjadi penulis buku fisik, tetapi Erilya rasa untuk sampai ke sana membutuhkan banyak waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Erilya sepertinya belum mampu.
Dia lebih baik mencoba menjadi penulis web di platform yang sesuai. Mungkin untuk saat ini dia bisa mencoba menulis tulisan fantasi dan mencari tahu platform menulis yang sesuai untuk dirinya. Dia menatap ke langit-langit kamarnya. Dia berharap Tuhan memperlancar percobaan pertamanya ini. Apakah nanti berhasil atau tidak, dia akan memikirkan kelanjutannya nanti. Dia mengingat kembali kata-kata mamanya.
“Jika memang gagal, tidak masalah. Setidaknya kamu telah mencoba.” Kalimat yang selalu mama berikan kepada Eri ketika mencoba sesuatu.
Dalam hidup ini Erilya setidaknya bersyukur memiliki orang tua yang tidak banyak menuntut di kala semua teman-temannya disuruh untuk menghasilkan banyak uang. Erilya harus bersyukur mendapatkan orang tua seperti Mama Arinta dan Bapak Ekomulyo. Tanpa mereka mungkin Erilya akan dipaksa bekerja seperti sapi perah dan dimarahi habis-habiskan karena masih menjadi pengangguran.
“Tolong Tuhan, jangan membuatku mengecewakan mereka terus-terusan.” Erilya menggenggam kedua tangannya di depan dada. Dia memohon dengan sangat. Kali ini dia akan benar-benar mencoba.