Loading...
Logo TinLit
Read Story - Simfoni Rindu Zindy
MENU
About Us  

“Hari ini aku menemani Kakak Pita Fragile live, Gaes.” Kalib mengarahkan kamera smartphone-nya ke arah Zindy yang sedang di-make up. “Zin, sapa subcriber-ku.” Pinta Kalib. 

“Hay, aku Zindy. Makasih sudah menonton.” Ujar Zindy asal bunyi. “Eh,maksudku makasih sudah berkunjung.” Senyum terukir di bibir Zindy. 

“Hari ini kita bakal jadi host live spesial. Live campaign tanggal kembar brand Emcaya. Ikuti kita terus, Gaes.” Kalib mematikan smartphone-nya. Dia menatap ke arah Zindy. 

Cantik. Dia gadis yang manis, mandiri dan kuat. Tipeku banget. 

“Kak, Kakak juga dirias ya!” Ujar salah satu kru live

“Hah? Aku juga pakai bedak?” Kalib bingung. 

“Iya, Kak. Biar tidak pucat. Tipis-tipis saja kok. Sini gantian duduk.” Kru itu dengan cekatan mengoleskan sedikit bedak ke wajah Kalib. 

“Aneh nggak?” Kalib terus menatap wajahnya di cermin. “Seumur hidup baru kali ini aku make bedak. Takut aneh.”

“Nggak aneh. Kamu keliatan cakep kok, Bang. Hihihi.” Puji Zindy. “Aku deg-degan. Ini pertama kalinya live bareng brand besar. Salah satu cabang di kota ini. Tapi tetap saja dag dig dug.” Zindy terus menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Napas panjang juga tak henti dia hembuskan. 

“Kamu cantik kok. Nggak aneh sama sekali.” Kalib memuji Zindy dengan tulus. 

“Ayok, Kak. Live segera dimulai.” Kru live itu mengarahkan Zindy dan Kalib memasuki ruang live. Nampak lighting profesional dan kamera sudah terpasang. 

“Nah, ini dia host spesial kita. Kakak Pita Fragile dan Bang Kalib , kameramen otw profesional.” Ujar Kak Dina, host live dari brand Emcaya. 

Kalib dan Zindy masuk ke frame kamera live itu. Keduanya nampak masih malu-malu. Tatapannya masih kaku. Komentar mulai bermunculan. Komentar-komentar itu memuji Kalib dan Zindy. 

@jepit23: bang kalib cakep
@rumit345 : pasangan serasi, cantik dan tampan
@imoet90 : kalo bang kalib hostnya aku bakal bekal
@rumahimit888: senyum bang kalib manis kayak madu
@guntur345: pasangan serasi 

“Halo Gaes, senang bisa menemani Kak Dina di sini!” Zindy menyapa dengan ramah. 

“Bang Kalib, mungkin mau menyapa para fansnya….” Ujar Kak Dina.

“Aku jadi malu. Ini pertama kalinya aku ikut live. Halo, salam kenal, aku Kalib. Senang bisa berada di sini.” Kalib menyapa seadanya. 

“Hari ini tanggal kembar 5.5 . Kita banyak promo, Gaes. Ada diskon bertaburan. Ada apa lagi Kak Zindy?” Kak Dina memberikan waktu untuk Zindy. 

“Ada juga giveaway buat komentar terbaik. Ada diskon. Gift dan masih banyak keseruan lainnua.” Zindy bersemangat. 

Stay tune terus ya. Pokoknya.” Kalib tak mau kalah. 

Giveaway pertama. Kita pilih komentar terbaik. Sebutkan apa yang kamu lakukan jika dapat sunscreen gratis dari Emcaya selama setahun?” Ujar Kak Dina. “Ini udah banyak banget komentar yang masuk. Hasil dari pemilihan tadi siapa yang menang Kak Zindy?” 

“Pemenangnya adalah …..” Zindy menahan bicaranua. Dia mengikuti arahan kru dibalik layar. Ada suara drum yang sengaja diperdengarkan. 

“Pemenangnua @jitu789!” Kalib bertepuk tangan. “Selamat buat kak @jitu789!” 

“Selamat buat Kak @jitu789. Bakal dikirim 12 pcs sunscreen new rule buat setahun penuh!” Kak Dina memimpin tepuk tangan. 

“Sesi selanjutnua ada flashsale kilat!” Zindy semakin bersemangat. 

“Iya, ada diskon 80%. Ayo siap-siap. Siapkan jempol dan kuota. Karena waktu terbatas. Hanya 5 menit aja! Ingat hanya berapa menit Kak?” Kak Dina berapi-api. 

“Lima menit saja!” Ujar Zindy dan Kalib bersamaan. Tangan keduanya terkembang menunjukkan angka lima.

Flashsale dimulai dari 1,2, 3!” Teriak Kak Dina. 

“Ayo, Gaes. Segera payment!” Teriak Zindy. 

“Segera check out. Gaes, limited stock.” Kalib tak kalah heboh. 

Zindy dan Kalib tampak begitu kompak di layar. Meski awalnya grogi, sekarang mereka seperti pasangan host profesional yang sudah terbiasa tampil bersama.

“Wah, yang ini udah sold out, Kak!” seru Zindy sambil menunjuk layar monitor kecil di sampingnya.

“Gila cepet banget! Kalian emang luar biasa. Emcaya Lovers terbaik!” Kalib menambahkan sambil menoleh ke arah Zindy, senyum mereka saling menyambut. Penonton live langsung ramai dengan komentar yang memuji kekompakan mereka.

Kak Dina menyela sambil tertawa, “Kayaknya banyak yang lebih fokus ke host-nya daripada produknya, ya?”

“Duh, Kak Dina…” Zindy menutup wajah dengan tangannya, tertawa malu-malu.

Kalib ikut terkekeh. “Yang penting produknya tetap sold out, kan?”

Tawa mereka bertiga mengisi ruangan live yang cerah dengan properti serba putih dan kuning pastel. Kamera bergerak pelan menangkap ekspresi Zindy yang hangat, pipinya merona lembut.

Setelah sesi flashsale berakhir, Kak Dina mengangkat satu botol sunscreen.

Kalib ikut masuk ke frame, menyodorkan satu botol sunscreen berwarna pastel. “Ini nih yang dipakai Zindy setiap pagi. Buktinya kulitnya glowing banget kan?” ujarnya sambil melirik Zindy cepat-cepat, lalu tertawa kecil.

“Eh, bisa aja. Tapi bener sih, ini sunscreen ringan, nyaman banget di kulit.” Zindy mempromosikan sunscreen itu. 

Tiba-tiba komentar masuk membludak. “Zindy glowing bukan karena sunscreen, tapi karena Kalib! Cieee, ada yang saling lirik nih!” Goda Kak Dina sambil membaca komentar.

Kalib nyengir. “Netizen memang nggak pernah salah baca sinyal, ya.”

Zindy menunduk sebentar, mencoba menahan senyum. Tapi rona merah di pipinya tak bisa bohong. Ia tahu, momen seperti ini tak datang dua kali. Dulu, ia cuma remaja yang nekat berjualan di sekolah, sekarang… ia berkesempatan merasakan jadi host live brand besar. 

Malam itu live berlangsung hampir dua jam. Produk demi produk ludes terjual. Penonton tak hanya datang buat diskon, tapi juga untuk melihat interaksi dua host muda yang dinamis dan hangat.

Setelah segmen terakhir selesai, Zindy melepaskan headset dan menyandarkan tubuh ke kursi. “Gila. Capek, tapi seneng banget.”

Kalib menatapnya lama. “Zin…”

“Hm?” Zindy menoleh.

Thanks udah ajak aku. Aku kira aku bakal kaku banget. Tapi ternyata… seru juga ya, kerja bareng kamu.”

Zindy tersenyum, matanya jernih. “Aku juga seneng kamu di sini. Kayaknya… aku nggak bakal bisa selancar tadi kalau kamu nggak ada.”

Kalib mendekat, lalu meraih sesuatu dari kantong jaketnya—sebuah gantungan kunci kecil dari akrilik. Gantungan itu berupa karakter chibi Zindy yang memakai pita fragile. Karakter wajah Zindy ada di dalam matahari. 

“Aku bikin ini waktu senggang. Iseng. Tapi pas bikin, aku kepikiran kamu. Karena kamu kayak matahari kecil yang selalu nyoba bersinar meski hari gelap.”

Zindy terdiam. Tangannya gemetar saat mengambil gantungan itu. Suaranya nyaris berbisik. “Kalib…”

Dalam diam, dua remaja itu tertawa kecil. Tak perlu pelukan. Tak perlu genggaman tangan. Tapi dunia mereka sudah penuh—penuh tawa, perjuangan, dan perasaan yang hangat.

Dan kamera yang baru saja dimatikan, merekam lebih dari sekadar produk laris malam itu—ia merekam cerita cinta yang tumbuh di antara dua remaja pejuang.

Live selesai dengan suara tepuk tangan virtual membanjiri kolom komentar. Emoji hati dan stiker api berterbangan, membentuk atmosfer digital yang meriah. Zindy memandangi layar ponsel yang masih menampilkan ribuan komentar.

@cutegirl_: Zindy lucuuu bangeeet
@lapaklads_678: host cowonya kalem tapi lucu, pacar yaaa?
@2345jk: fix beli sunscreen gara-gara mereka!”

Zindy tertawa kecil sambil meletakkan mikrofon ke atas meja. “Heboh banget, ya.”

Kalib menutup laptop dan mengangguk pelan. “Tapi seru. Aku kira bakal kaku.”

“Emang kamu kira aku bakal bikin kamu gugup?” Zindy menyikut lengan Kalib pelan, tanpa benar-benar menyentuh.

“Bukan... tapi kamu beda di depan kamera. Lebih hidup.” Kalib melirik ke arah Zindy sebentar lalu kembali menatap layar monitor. “Kamu cocok di dunia ini.”

Zindy terdiam. Kata-kata itu sederhana, tapi terasa menyentuh. Ia mengingat masa-masa awal saat hanya menjajakan keripik di koridor sekolah, lalu pelan-pelan membangun branding di Toktok, hingga kini berdiri di sebuah studio kecil milik brand lokal yang mempercayainya sebagai wajah promosi.

“Kamu tahu, Kalib…” Zindy mulai bicara sambil melepas anting kecil yang tadi ia pakai selama live, “Dulu aku sempat mikir, siapa sih yang mau lihat aku jualan? Cuma anak sekolah biasa. Tapi ternyata... banyak juga yang dengerin.”

“Karena kamu jujur.” Kalib menoleh penuh keyakinan. “Dan kamu kerja keras. Itu kelihatan.”

Zindy menarik napas panjang. “Kamu juga udah bantu aku banyak banget.”

Kalib tersenyum kecil. “Aku cuma numpang di rumahmu. Itu juga udah utang budi.”

Mereka berdua tertawa, ringan, seperti dua anak muda yang tahu bahwa waktu mereka bersama tidak akan selamanya, tapi saat ini adalah milik mereka sepenuhnya.

Di luar studio, langit mulai gelap. Hembusan angin sore menembus celah jendela, membawa aroma tanah yang baru saja disiram hujan. Zindy berdiri dari kursi tinggi yang ia duduki selama live, lalu berjalan ke arah cermin.

Zindy menatap refleksinya. Make up-nya masih utuh, walau eyeliner-nya sedikit luntur di ujung mata. “Kamu lihat?” tanyanya sambil menunjuk bayangannya sendiri. “Dulu aku nggak tahu gimana caranya berdiri di depan kamera. Sekarang... aku bisa bicara di depan ribuan orang.”

“Bahkan bikin mereka beli sunscreen dalam lima menit,” sahut Kalib sambil melipat backdrop Emcaya yang tergantung di belakang mereka.

“Ck. Marketing skill-ku terasah di lapangan,” kata Zindy bangga. “Dari jualan cemilan pakai keranjang hijau sampai live hosting.”

“Apa kamu bakal lanjut di sini?” Kalib bertanya setelah diam sesaat.

Zindy menoleh. “Maksudmu?”

“Di dunia ini. Jadi host, influencer... konten kreator. Kamu punya potensi.”

Zindy mengangguk pelan. “Mungkin. Tapi aku juga masih mau sekolah. Dan... hidup nggak bisa hanya dilihat dari likes dan followers.”

Kalib menyunggingkan senyum. “Itu yang bikin kamu beda dari yang lain.”

Zindy menatapnya. Matanya penuh makna, tapi ia memilih tidak mengungkapkan isi hatinya saat itu. Tak perlu. Kadang, kebersamaan yang tenang lebih berarti dari pengakuan terburu-buru.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta tanpa kepercayaan
510      384     0     
Short Story
ketika sebuah kepercayaan tak lagi ada dalam hubungan antara dua orang saling yang mencintai
The World Between Us
2371      1025     0     
Romance
Raka Nuraga cowok nakal yang hidupnya terganggu dengan kedatangan Sabrina seseorang wanita yang jauh berbeda dengannya. Ibarat mereka hidup di dua dunia yang berbeda. "Tapi ka, dunia kita beda gue takut lo gak bisa beradaptasi sama dunia gue" "gue bakal usaha adaptasi!, berubah! biar bisa masuk kedunia lo." "Emang lo bisa ?" "Kan lo bilang gaada yang gabis...
10 Reasons Why
2458      1069     0     
Romance
Bagi Keira, Andre adalah sahabat sekaligus pahlawannya. Di titik terendahnya, hanya Andrelah yang setia menemani di sampingnya. Wajar jika benih-benih cinta itu mulai muncul. Sayang, ada orang lain yang sudah mengisi hati Andre. Cowok itu pun tak pernah menganggap Keira lebih dari sekadar sahabat. Hingga suatu hari datanglah Gavin, cowok usil bin aneh yang penuh dengan kejutan. Gavin selalu pu...
Gino The Magic Box
4211      1303     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
Renata Keyla
6702      1551     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
RINAI
420      309     0     
Short Story
Tentang Sam dan gadis dengan kilatan mata coklat di halte bus.
TANPA KATA
18      17     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
Dissolve
442      293     2     
Romance
Could you tell me what am I to you?
Snow
3152      1043     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
FLOW in YOU (Just Play the Song...!)
3404      973     2     
Romance
Allexa Haruna memutuskan untuk tidak mengikuti kompetisi piano tahun ini. Alasan utamanya adalah, ia tak lagi memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi. Selain itu ia tak ingin Mama dan kakaknya selalu khawatir karenanya. Keputusan itu justru membuatnya dipertemukan dengan banyak orang. Okka bersama band-nya, Four, yang terdiri dari Misca, Okka, dan Reza. Saat Misca, sahabat dekat A...