Loading...
Logo TinLit
Read Story - Simfoni Rindu Zindy
MENU
About Us  

Video pendek Zindy menjadi viral. Banyak yang tersentuh melihat foto masa kecil itu. Banyak juga pertanyaan dari para netizen. Kebanyakan membahas video terakhir dari brand Emcaya. Mata Zindy nampak sembab di video itu. 

“Zin, videomu tentang ayah FYP.” Rara menunjukkan video dengan views yang mencapai satu juta lebih. 

“Aku nggak tahu harus bilang gimana. Itu cuma pengen aja mengabadikan foto dengan ayah. Dia ternyata tidak membenciku. Dia sangat sayang kepadaku hingga tidak ingin membebani.” Tangan Zindy memegang liontin berbentuk huruf Z yang tergantung di lehernya. 

“Kalung ini dari ayahmu ya?” Rara memperhatikan kalung dari emas putih itu. 

“Iya, ini hadiah dari ayah. Tante Bella, saudara ayah kemarin menyerahkannya padaku. Aku takkan pernah melepas kalung ini. Ini amat berharga. Cinta ayahku abadi di sini.” Zindy menatap liontin itu.

“Iya. Aku paham. Sebaiknya di pengunci kalung nanti dipasang plester biar nggak gampang jatuh dan lepas. Nenekku yang mengajariku hal itu. Kayak gini!” Rara menunjukkan plester di kuncian kalung emas putih yang kebetulan sedang dia gunakan. 

“Ide bagus. Ayo temani ke koperasi sekolah. Aku mau beli plester putih. Mumpung masih istirahat.” Ajak Zindy. 

“Boleh. Ayok!” Rara bangkit sambil mengambil dompet di tas gendongnya. 

“Zindy belum jualan ya?” Seorang anak kelas sebelah datang mencari Zindy. 

“Belum. Warungnya masih tutup. Baru berduka. Ayahnya habis meninggal.” Sahut Rara. 

“Oh. Maaf aku nggak tahu. Turut berduka cita.” Anak itu nampak merasa tidak enak hati.

“Makasih. Nggak papa. Maaf ya. Aku belum jualan.” Zindy berusaha tidak menangis lagi. “Aku belum ingin jualan dulu. Masih capek. Kemarin aja take video terakhir dibantu Kalib. Mataku masih sembab.” Zindy berjalan pelan sambil digandeng oleh Rara. Kedua menuju ke koperasi sekolah yang berada di dekat kantin. 

“Nggak papa. Kamu butuh memulihkan hati dulu. Itu wajar dan manusiawi.” Rara segera membeli plester putih yang dia maksud. 

“Aku ganti deh!” Zindy sudah mengeluarkan uang untuk mengganti uang Rara. 

“Nggak usah. Cuma seribu perak doang kok. Aku juga butuh plesternya. Sini, aku bantu pakein!” Rara dengan cekatan membantu memasangkan plester putih itu ke kuncian kalung di leher Zindy. “Nah, kalau sudah begini kan kuat! Nggak gampang lepas.” Dia bangga dengan hasil pekerjaannya. 

“Makasih, Ra. Kamu selalu ada saat aku butuh bantuan. Rasanya nggak pengen pisah sama kamu….” Zindy nampak sedih. “Kiya tinggal setahun lagi bareng di kelas dua belas. Kamu sahabatku yang paling tulus. Besok kalau udah lulus jangan lost contact ya!” 

“Ih, kamu bikin aku sedih aja. Masih lama kok. Jangan diingat sekarang. Aku traktir deh. Ayo! Jajan dulu di kantin, nih!” Rara menyerahkan minuman jeruk botolan kepada Zindy. 

Zindy tersenyum. Dia menerima minuman itu. “Makasih…..” 

“Sudah lama aku nggak ke kantin sini. Biasanya kan ikut kamu cari cowok ganteng eh maksudku ikut jualan ke kelas sebelah. Hehehe.” Rara meminum teh botolan yamg dia beli.  

“Udah ada yang cocok belum? Kalo ada kejar lah!” Zindy mengulang nasehat yang pernah Rara ucapkan. 

“Aku mau fokus ujian dulu. Besok aja kalo kuliah deh, aku cari. Targetku masuk fakultas kedokteran nih!” Mulut Rara mulai sibuk mengunyah gorengan. “Cowok tampan memang menggoda tapi diterima masuk ke fakultas kedokteran lebih bagus!” 

“Amin. Doakan ya semoga aku bisa masuk fakultas ekonomi. Pengen ambil jurusan manajemen.” Zindy mulai teringat lagi dengan rencana kuliahnya. 

“Zindy kamu di sini?” Terdengar suara yang nampak familiar. Nampak Leon datang ditemani gengnya. 

“Oh, hai Leon!” Sahut Rara. 

“Hay….” Sapa Zindy lirih. 

Leon duduk di kursi panjang kosong yang ada di depan Zindy dan Rara. “Aku dengar ayahmu meninggal ya? Turut berduka cita ya.” 

“Terima kasih. Iya, ayahku meninggal beberapa hari yang lalu karena sakit gagal ginjal.” Zindy menghela napas. Dia masih rapuh jika teringat tentang ayah. 

“Ehm, aku mau ngasih ini sedikit cemilan buat kamu.” Leon memberikan bingkisan yang ada di dalam tas plastik transparan. Ada dua batang coklat dengan bungkus merah muda, keripik kentang serta boneka beruang kecil warna merah muda. “Nggak banyak,cuma cemilan sama cokelat. Buat nemenin kamu kalo lagi nggak pengen ngomong sama siapa-siapa. Semoga suka ya.” Leon tersenyum.

Zindy menatap tas kecil itu. Sederhana tapi entah kenapa hangatnya sampai ke dada.

Ini Leon beneran suka sama aku? Effort banget. Dia berusaha menghiburku dengan caranya. 

“Makasih….” Sahut Zindy lirih. 

“Aku nggak tahu harus ngapain buat bantu kamu, jadi ….  ini aja ya.”

Zindy memandangi tas plastik bening itu. Dia tertarik dengan boneka warna pink dengan pita biru di lehernya. “Beruangnya lucu!” 

“Beruangnya nggak bisa ngomong, tapi dia bisa nemenin kalau lagi capek nangis,” kata Leon sambil menggaruk tengkuknya, gugup. 

Zindy tertawa kecil. Dia merasa terhibur dengan candaan Leon. Dadanya berasa sedikit ringan. 

“Aku balik ke kelas dulu,ya!” Leon beranjak pergi. 

Zindy menatap isi tas itu. Ada kertas kecil yang terlipat di dalamnya. Dia membuka kertas kecil itu. Ada pesan yang termuat di dalamnya.
Buat Zindy yang kuat tapi pasti capek juga. Ini buat nemenin kamu kalau dunia lagi terlalu berisik

Rara langsung refleks, “Aww!!! Romantis banget deh. Si Leon diam-diam manis ya.”

“Aku jadi malu. Namamu Leony. Aku bakal simpan kamu baik-baik.” Zindy mengelus beruang kecil itu.

“Ciah, Leony. Pasti singkatan dari Leon dan Zindy,hahaha!” Goda Rara. 

“Apaan sih! Aku ngarang aja kok.” Wajah Zindy sedikit memerah. 

Aku awalnya mau ngasih nama peony. Soalnya warnanya mirip bunga peony warna pink. Eh, tapi di mulut malah keluar Leony. Dasar mulut dan pikiran nggak sinkron banget. 

Fix, kamu digebet. Beruangnya unyu banget. Leon tuh seolang bilang, peluk Leony ya Zin kalo kamu ngerasain sendirian,” Rara menyikut bahu Zindy. 

“Ih, apaan sih. Namanya tuh Peony. Aku tadi mau bilang itu. Warnanya mirip bunga peony pink tahu!” Zindy semakin salah tingkah. 

“Leony juga nggak papa kok. Leony siap nemenin Zindy….” Ejek Rara lagi.

Zindy hanya diam sambil nyengir. Hatinya makin berasa hangat saat melihat boneka beruang kecil itu. Dia baru sadar jika beruang itu memakai jersey putih bergambar bola basket.

Detail banget sampe pake jersey bola basket warna orange. Biar aku selalu ingat Leon.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tumpuan Tanpa Tepi
10888      3040     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5017      1383     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Chloe & Chelsea
8469      1820     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
Another Word
625      364     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
The Diary : You Are My Activist
14668      2484     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
IMAGINATIVE GIRL
2659      1340     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
Sang Musisi
376      243     1     
Short Story
Ini Sekilas Tentang kisah Sang Musisi yang nyaris membuat kehidupan ku berubah :')
IKAN HIU MAKAN BADAK! I LOVE YOU MENDADAK!
91      68     0     
Romance
Blurb : Arisha Cassandra, 25 tahun. Baru 3 bulan bekerja sebagai sekretaris, berjalan lancar. Anggap saja begitu.  Setiap pekerjaan, ia lakukan dengan sepenuh hati dan baik (bisa dibilang begitu).  Kevin Mahendra (34) sang bos, selalu baik kepadanya (walau terlihat seperti dipaksakan). Ia sendiri tidak mengerti, kenapa ia masih mempertahankan Arisha, sekretarisnya? Padahal, Arisha sa...
Under a Falling Star
1040      611     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Until The Last Second Before Your Death
472      337     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”