Loading...
Logo TinLit
Read Story - Simfoni Rindu Zindy
MENU
About Us  

Bel elektrik itu kembali mengeluarkan melodi tanda jam istirahat telah dimulai. Zindy ditemani Rara segera bergegas menuju ke lorong kelas. Zindy tak segan menawarkan dagangannya kepada teman yang lewat di lorong itu. Dia berhenti di dekat tempat duduk. 

“Dagang teros!!!” Sentak Sella. Dia diikuti oleh dua sohibnya, Vira dan Dhea. 

“Nanti nilai jelek nangis!!!” Ejek Vira.

“Awas nggak masuk eligible!” Sambung Dhea. “Kayak kita dong, belajar! Biar bisa daftar SNBP!” 

“Kalian nyebelin banget sih!” Rara terpancing emosi. Wajahnya sudah murka. Zindy menarik bahu Rara. Dia menarik napas dalam.

“Aku belajar kok!” Zindy menjawab dengan percaya diri. “Ini belajar jadi wirausahawan muda tahu! Asah skill sejak dini. Kuliah entar kan ujung-ujungnya nyari kerja juga kan. Aku lho sudah belajar nyari duit dari sekarang. Praktek wirausaha! Nggak cuma baca teori doang!” Mata Zindy menatap tajam. Kedua tangannya terlipat di dada. Dia menjawab dengan penuh percaya diri. 

“Udah, ah! Ayo pergi aja!” Sella dan gengnya berlalu pergi. 

Aku lebih sering mendengar melodi gaduh dari orang lain. Berisik, membuat overthinking dan tidak percaya diri. Itu menyusahkan dan membuang energi. Sebaiknya kuterima kenyataan. Kubuat melodiku sendiri, agar lagu dalam jiwaku bahagia dan tenang. 

“Wah, kamu keren, Zin!” Rara bertepuk tangan. “Powerful dan RAR!!!” Rara menirukan harimau yang mau menerkam. 

“Aku capek diganggu terus. Lebih baik membalas dengan elegan!” Zindy fokus menata dagangannya lagi. 

“Ada wirausahawan muda.” Leon kebetulan lewat di lorong tempat Zindy berdagang. 

Apakah ini takdir? Aku nggak nyangka bisa ketemu Leon. Harus tetap kalem Zindy. 

“Kamu dengar, Yon. Iya, Zindy belajar jadi wirausahawan muda. Keren kan!” Puji Rara.

“Aku praktek sambil berjuang buat melunasi SPP.” Zindy menunduk merapikan dagangannya.

“Ternyata daganganmu lengkap juga ya. Ehm, Zinvlog kemarin FYP di akunku. Kepalamu masih sakit nggak?” Leon mendekat ke arah Zindy. 

“Nggak, udah baik-baik aja kok.” Zindy refleks menjauh. 

Duh, kok FYP di akun Leon sih. Gue malu. Mau ditaruh mana mukaku. 

“Aku beli deh buat anak-anak basket. Dua puluh ribu ya. Nih, uangnya! Sukses terus ya Nona Wirausahawan Muda!” Leon mengedipkan sebelah mata kanannya ke arah Zindy. Dia membeli dagangan itu dengan jumlah cukup banyak. Camilan itu dibagikan Leon pada geng yang muncul mengikutinya. 

“Duh, jadi candu buat dagang! Bisa cuci mata liat yang cakep-cakep!” Rara menyenggol bahu Zindy. “Leon buatmu deh, aku temen cowoknya juga nggak papa, hihihi.” Rara terkikik. Dia terus memandang ke arah cowok di geng Leon. 

“Apaan sih. Aku tuh nggak ada waktu buat mikirin cinta-cintaan.” Zindy hendak menyimpan uang yang diberikan Leon. 

“Simpan aja tuh duit. Duit dari tangan Leon loh. Kan kamu sendiri yang bilang kalau suka sama tuh cowok.” Goda Rara.

“Aku nggak bilang suka. Cuma mengidolakan!” 

“Udah, kalau suka juga nggak papa. Kakak sepupuku bilang besok kalo kuliah sama kerja makin sulit dapat cowok single. Kejar aja juga nggak papa, hihihi. Tiap ada eskul basket dagang. Aku juga mau ikut.” Rara masih membayangkan wajah teman Leon. 

“Udah, ayok masuk dulu. Bel udah bunyi tuh.” Zindy mengemasi dagangannya. 

Jam pulang sekolah sudah tiba. Zindy sudah menunggu di lobi sekolah. Tadi pagi dia berangkat sekolah dengan Kalib. Motor milik Zindy sedang mogok. Kalib baru saja mendapat kiriman motor dari ibunya agar bisa berangkat ke tempat PKL lebih mudah.

“Ayo, pulang bareng aku aja.” Rara menawarkan tumpangan. 

“Hari ini motorku rusak, Gaes. Ini baru nunggu jemputan Abang eh maksudku Kak Kalib.” Zindy coba take video singkat. Video itu langsung dihentikan. 

“Kalib? Siapa tuh? Namanya unik. Jarang dengar.” Rara penasaran. 

“Dia ….” Zindy berpikir bagaimana cara menyusun kalimat yang tepat. 

“Udah lama ya nunggu?” Kalib muncul sambil tersenyum manis. 

“Wah, manis banget kayak gula.” Ujar Rara spontan. 

“Hah? Apa? Aku?” Kalib bingung. 

“Eh, nggak maksudku. Tehku. Iya, teh kemasan yang aku minum. Manis banget kayak gula.” Rara salah tingkah. 

“Gula kan memang manis.” Kalib makin bingung. Zindy menahan tawa. 

“Dia anaknya sahabat ibuku ya. Namanya Kalibrasi Samudera Dimas. Bisa dipanggil Bang Kalib.” Zindy memperkenalkan Kalib pada Rara. 

“Aku Quinn Mutiara Norabel. Bisa dipanggil Rara.” Rara langsung menyahut begitu saja.

“Senang bisa berkenalan dengan temennua adikku. Oh ya, maaf ya lama. Aku bingung cari jalan kemari. Maklum belum lama di sini. Kamu tadi baru take video ya? Aku liat dari jauh. Sini, Abang bantu take biar candid. Nanti feed Toktok-mu makin hidup.” Kalib mengeluarkan smartphone miliknua. 

“Aku merepotkanmu lagi, Bang.” Zindy mulai berakting seolah-olah hendak keluar dari lobi sekolah sambil membawa keranjang hijau yang jadi ciri khasnya. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
8745      1609     7     
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang. cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku. maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.
Teman Hidup
6556      2412     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
Hei, Mr. Cold!
404      324     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
The Accident Lasts The Happiness
563      390     9     
Short Story
Daniel Wakens, lelaki cool, dengan sengaja menarik seorang perempuan yang ia tidak ketahui siapa orang itu untuk dijadikannya seorang pacar.
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2263      693     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Monokrom
95      79     1     
Science Fiction
Tergerogoti wabah yang mendekonstruksi tubuh menjadi serpihan tak terpulihkan, Ra hanya ingin menjalani kehidupan rapuh bersama keluarganya tanpa memikirkan masa depan. Namun, saat sosok misterius bertopeng burung muncul dan mengaku mampu menyembuhkan penyakitnya, dunia yang Ra kenal mendadak memudar. Tidak banyak yang Ra tahu tentang sosok di balik kedok berparuh panjang itu, tidak banyak ju...
Interaksi
364      287     1     
Romance
Aku adalah paradoks. Tak kumengerti dengan benar. Tak dapat kujelaskan dengan singkat. Tak dapat kujabarkan perasaan benci dalam diri sendiri. Tak dapat kukatakan bahwa aku sungguh menyukai diri sendiri dengan perasaan jujur didalamnya. Kesepian tak memiliki seorang teman menggerogoti hatiku hingga menciptakan lubang menganga di dada. Sekalipun ada seorang yang bersedia menyebutnya sebagai ...
SANTA GIRL
514      265     5     
Short Story
Ternyata! Santa itu nyata. Ada yang pernah melihatnya di Litlagea, uptown Loughrea. Bukan seorang kakek dengan kereta rusa, tapi seorang gadis kota yang kamu sukai.
Rumah Arwah
1030      556     5     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
Rela dan Rindu
8719      2224     3     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.