Loading...
Logo TinLit
Read Story - Simfoni Rindu Zindy
MENU
About Us  

“Oh, ini seleb Toktok sekolah kita!” Teriak Sella saat Zindy hendak menawarkan dagangannya di jam istirahat. 

“Orang lain mah bisa FYP karena prestasi. Kamu mah apa? Cuma modal cari simpati aja!” Vira tak mau kalah. 

“Cari simpati terus pura-pura nggak punya duit, sok lemah! Sok cantik pula!” Dhea ikut nimbrung.

Zindy menghela napas panjang. “Jangan hina aku! Aku sedang berjuang untuk hidupku sendiri. Kalian mau apa pun tinggal minta! Aku harus mandiri biar bisa bayar SPP! Terserah mau bilang apa! Aku dibilang sok cantik. Oke, berarti aku emang cantik. Buktinya kalian iri. Aku sok seleb. Oke, berarti aku punya talenta buat jadi dikenal orang. Aku nggak mau ya berkelahi. Kalian minggir atau aku viralkan di vlog karena kalian bully aku!” Zindy berkacak pinggang. Dia memasang tatapan tajam. Kamera smartphone-nya sudah mengarah ke arah Sella. 

“Kamu….” Sella ingin membalas lagi. 

“Udah, Sel. Gue takut FYP. Videonya Zindy pernah FYP.” Dhea menarik tangan Sella.

“Ayo pergi aja!” Vira juga mulai takut. 

“Woah, Zindy keren!” Terdengar suara Rara. Ucapan itu tak dipedulikan. Bendungan ketahan Zindy runtuh. Air mata berderai dari wajahnya. Dia segera berlari menuju kamar mandi. 

Jahat banget. Mulut toxic itu jahat banget. Keterlaluan. Aku berjuang buat pendidikanku yang udah di ujung tanduk. Sakit banget. Dikatain sok seleb dan sok cari perhatian. Kalau hidupku keluarga cemara nggak bakal aku begini. Aku beneran berjuang biar bisa lulus SMA dan bayar SPP.

“Zindy!” Seseorang memanggil Zindy. Suara itu familar, tapi Zindy tak menghiraukannya. 

“Lihat Zindy nggak?” Rara bertanya pada Leon. Dia hendak masuk ke kelas. 

“Tadi lari ke arah sana.” Tunjuk Leon. “Dia kenapa? Kok lari sambil menangis?” 

“Di-bully sama Sella. Mulut mereka memang toxic. Temen gue tuh beneran dagang dan jadi konten kreator pemula biar bisa mandiri dan bayar SPP. Malah dikatain sok caper dan sok cantik. Udah, gue nyusul dia dulu.” Rara berlari menuju arah itu. 

Zindy menangis di depan toilet wanita. Kakinya ambruk. Dia menangis sambil memeluk lututnya. Rara bergegas menghampirinua.

“Zin….” Panggil Rara. 

“Aku capek…..” Zindy langsung memeluk Rara. “Aku cuma pura-pura sok kuat. Padahal aslinya rapuh. Kalo boleh milih aku juga pengen jadi anak keluarga cemara!” 

“Iya. Udah, nggak papa. Keluarkan semua unek-unek kamu. Istirahat dulu.” Rara membelai lembut rambut Zindy. 

“Aku pengen segera pulang dan istirahat.” Keluh Zindy. Dia menyeka air matanya dengan kain dasi abu-abu yang terikat di lehernya. 

“Ada apa kok lesu? Tugasnya susah ya?” Kalib mengamati keadaan Zindy. Dia biasanya semangat membuat konten. Tapi tidak untuk malam itu.

“Aku di-bully. Dikatain sok cari perhatian, cuma jual simpati dan sok cantik. Tadi aku menangis di sekolah.” Rara mengeluarkan isi hatinya. “Aku berani cerita ini waktu Ibu lembur dan Nenek baru di dapur ya. Jangan bilang ke mereka.”

“Nggak usah didengarkan. Mulut toxic akan selalu ada. Mereka cuma bisa nyinyir tapi kamu beneran bisa mandiri. Bantu ibumu melunasi SPP. Di masa depan, siapa yang mentalnya kuat dialah yang bertahan. Nggak papa. Takdir ingin kamu lebih kuat sejak dini.” Hibur Kalib. 

“Makasih Bang. Aku merasa beneran punya kakak. Capek rasanya jadi anak sulung perempuan lagi.” Zindy berusaha kembali mengerjakan tugas sekolahnya. 

“Mau aku buatkan minuman cokelat nggak?” Kalib mengeluarkan minuman coklat sachetan dari dalam kamarnya. Minuman yang tergolong murah itu familiar di mata Zindy. 

“Wah, coklatos. Enak tuh diminum di malam yang dingin.” Zindy mulai tertarik. 

“Katanya minum atau makan cokelat bisa buat hati merasa lebih baik. Aku buatkan sebentar ya.” Kalib berjalan menuju ke arah dapur. Tak berselang lama, dia membawa nampan berisi dua gelas minuman cokelat instan hangat. 

“Wah, makasih, Bang.” Zindy tersenyum saat menerima minuman itu.

“Nggak usah dipikirkan orang toxic kayak gitu. Iri tanda tak mampu. Doakan saja dirimu yang baik-baik. Nanti biar semesta yang balas orang toxic kayak gitu. Energi negatif bakal balik ke pemberinya. Maafkan,lupakan dan doakan hal-hal baik untuk dirimu sendiri. Mandiri sejak dini itu keren!” Kalib mengacungkan dua jempolnya ke arah Zindy.

“Abang bisa aja. Aku merasa punya kakak. Jadi anak sulung itu berat. Harus merasakan beban keluarga juga. Makasih semangatnya.” Seteguk demi seteguk Zindy menikmati cokelat hangat itu. 

Aku baru tahu jika coklatos bisa seenak ini. Hatiku jadi lebih tenang dan lebih baik. Senyum Bang Kalib manis banget lagi. Hawa ruang tamu depan ini jadi berasa sejuk. 

“Nggak usah sungkan. Kita bisa dibilang senasib. Aku juga nggak punya ayah. Aku tahu rasanya harus mandiri sejak dini.” Kalib mulai meminum cokelat di gelas itu. 

“Abang gimana magangnya? Aku SMA nggak tahu rasanya praktek magang kayak gimana.” 

“Seperti pekerja pada umumnya. Aku kan PKL di percetakan yang punya studio foto juga. Kadang bantu edit desain. Kadang bantu edit foto dan video. Pokoknya mengaplikasikan ilmu deh. Capek tapi seru. Ada pandangan baru soal dunia industri.” Kalib menunjukkan layar smartphone-nya ke arah Zindy. “Aku nggak sendirian sih. Ada dua temenku juga. Ini fotonya.” 

“Oh, bagus. Nggak sendirian. Aku mau istirahat dulu deh. Hari ini memulihkan hati dan mental dulu.” Zindy membereskan akat tulis dan buku pelajarannya. 

“Boleh. Kalo capek menepi dulu. Istirahat dulu. Setelah itu bangkit dan berjuang lagi. Good night. Semangat buat besok pagi.” Kalib membereskan gelas kotor itu. 

“Aku aja yang nyuci gelas. Tadi kan Abang udah buatin.” Zindy mengambil alih pekerjaan. 

“Oke. Aku tidur duluan ya.” Kalib masuk ke kamarnya yang ada di bagian depan rumah itu. 

“Waktunya tidur. Istirahat dulu untuk hari ini.” Zindy sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis dan sederhana itu. Dia membuka pesan dari akun Toktok-nya. 

Ada akun bernama @leonhardituleon. Pesan itu berbunyi:
Semangat Nona Wirausahawan Muda. Aku siap memborong daganganmu lagi. Mandiri itu keren. Jangan dengarkan omongan toxic. 

Dari pelempar bola basket yang viral (waktu itu nggak sengaja sumpah)

Zindy tersenyum manis saat membaca pesan itu. Hatinya berasa lebih lega dan lapang. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kemana Perginya Ilalang
741      484     0     
Short Story
bukan hanya sekedar hamparan ilalang. ada sejuta mimpi dan harapan disana.
ONE SIDED LOVE
1599      720     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Sekilas Masa Untuk Rasa
4216      1434     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Penantian
4745      2093     16     
Romance
Asa. Jika hanya sekali saja, maka...
Kare To Kanojo
7074      2075     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
Langit-Langit Patah
50      43     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
The Alter Ego of The Ocean
564      397     0     
Short Story
\"She always thought that the world is a big fat unsolved puzzles, little did she knew that he thought its not the world\'s puzzles that is uncrackable. It\'s hers.\" Wolfgang Klein just got his novel adapted for a hyped, anticipated upcoming movie. But, it wasn\'t the hype that made him sweats...
LATE
560      353     1     
Short Story
Mark found out that being late maybe is not that bad
Gareng si Kucing Jalanan
13413      4415     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
Menanti Kepulangan
112      105     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...