Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sendiri diantara kita
MENU
About Us  

 

SATU hari setelah kejadian sore itu

Anak-anak Scientama belum bisa masuk sekolah hari ini. 

Gedung belakang SD terbakar setengahnya. Gudang dengan isinya, kamar mandi sampai closet-closet-nya, ruang UKS se kotak P3K-nya dan dua kelas yang berada dibelakang. Kelas 6C dan 6D

Begitu pula gedung SMP. Kantor kepala sekolah terbakar hampir seluruhnya, menyisakan sebuah bundelan dokumen yang berada di atas lemari kaca. Dua ruangan kantor guru, ruang olahraga dengan seluruh peralatan olahraga nya--yang membuat Dwipa menangis tersedu-sedu, ruang kelas 7A dan setengah ruangan toilet. Sisanya masih aman. Terutama lantai dua. Jadi ruang-ruang kelas--selain ruang kelas 6A, mereka masih utuh semua. 

Menyebabkan ABAS sedang nongkrong di sebuah kafe hari ini

Sepagi ini, setelah bersih-bersih rumah, Arien sudah menyalakan sepeda motor hitamnya. Memanaskannya. Mengeluarkan nya dari garasi motor. 

"Kak Arien mau kemana? " Azura keluar dari rumah begitu mendengar suara mesin mitir dinyalakan. Dia juga tidak sekolah hari ini. Dia juga bersekolah di Scientama, tentu di SD-nya

"Ada janjian sama temen" Arien menjawab singkat. Memeriksa kembali tas selempang nya. 

"Kakak sudah mencuci baju? " Dia bertanya lagi

Arien mengangguk. Bersiap menarik gas motornya

"Ih, bajuku ketinggalan kak" 

"Yasudah, cuci saja sendiri" Arien menjawab cuek. 

"Ih, tolong kak. Aku juga ada janjian dengan temanku" Azura mulai merengek

Arien menggeleng "itu konsekuensi dari kkau yang telat mandi. Makanya kalau disuruh mandi dari tadi nurut!"

"Ih kak, cuma bajuku saja ini.. " Satya memelas. Menatap kakak perempuan nya dengan tatapan memohon

"Nah, cuman bajumu saja kan? Gampang lah nyuci mah. Tinggal isi air sama sabun di mesin cuci, masukin bajunya, sepuluh menit buang airnya bilas baju nya, ganti sama air bersih masukin pewangi. Cuci lagi di pewangi. Keringin selesai deh tinggal dijemur"

"Ih kakak, aku tidak bisa pakai mesin cuci.. " Azura mencari alasan yang lain

"Haaa, makin gampang lagi. Tinggal isi air sabun di ember, rendem baju kamu, bilas, isi lagi ember sana air bersih dan pewangi, rendem, peres, selesai. Tinggal dijemur" 

"Ih kakak baju ku doang iniii"

"Udah ya, kakak udah di spam sama temen kakak. Dadah! " Arien buru-buru menarik gas motornya dalam dalam. Segera meninggalkan halaman rumah

Meninggalkan Azura yang masih bersungut-sungut di teras. Nasib punya kakak kayak gini. Yasudah lah, mencuci sekalian mandi nggak lama lama ini

Sedikit cuplikan dari keributan pagi hari di rumah Arien. Untung tadi hanya Arien dan Azura. Kalau ada Ali lebih seru kagi tema ribut mereka. Bisa karena masalah cuci baju, cuci piring, masak atau beli sarapan, nyapu rumah dan lain-lain. Pokoknya ada saja yang bisa mereka ributkan kalau sedang mengerjakan pekerjaan rumah

Begitulah keluarga dari pasangan Raka Dharma Utomo dan Sekar Ayu Paramita. Walaupun mereka tergolong keluarga kaya tapi mereka menanamkan kedisiplinan dan kemandirian pada anak-anak mereka. Mudah saja sebenarnya membayar lima pembantu sekaligus, tapi itu tidak dilakukan, ini semua demi kemandirian anak-anak nya dimasa depan

Arien meluncur menuju rumah Dwipa

***

Halaman rumah Dwipa ramai. Ada tiga sepeda motor--tambah motornya

Arien mendorong pintu rumah. Mengucapkan salam. Jawaban salam terdengar dari pantai dua

"Eh, akhirnya dateng juga nih satu Raden Roro lagi. Silakan masuk Kanjeng Roro, jangan sungkan. Mamah gue lagi keluar belanja" Dwipa nampak berdiri di anak tangga. Tersenyum (sok) ramah menyambut Arien

Arien tidak membalas. Hanya melambaikan tangan. Menaiki anak tangga menuju ruang tengah atas rumah Dwipa

"Hei, sejak kapan udah disini? " Sapa Arien begitu mendapati teman-temannya sudah asyik bercengkrama

"Lumayan, lima belas menit yang lalu lah. Kalau Elen sepuluh menit yang lalu" Hannah menjawab. Menyeruput teh dingin didepannya

"Pagi pagi sudah minum es, heh? "

Hannah nyengir. Mengangkat bahu. "Nggak tahu tuh, tuan rumah nyajiin-nya es teh"

Elen menepuk lantai "sudah-sudah. Karna semua peserta konferensi sudah hadir semua mari kita mulai konferensinya"

"Konferensi konferensi, konferensi apaan dah ngedapang di ruang santai" Dwipa tertawa mendengar Elen ngomong begitu tadi

"Konferensi bahas markas baru kata, Laras mah" Elen menjawab santai. Melirik Laras yang kalem menonton anime di ponselnya

"Woi! Panitia harap tidak nonton husbu dulu. Ada yang lebih penting dari natepin husbu! " Jasmine merebut HP dari tangan Laras

Laras hanya melotot. Tidak banyak komen apa-apa ketika Jasmine mengambil HP-nya menghela nafas sejenak

"Intinya kita mau bilang ke yayasan kalau boleh nggak bunker dibawah lapangan basket kita pakai" Laras berbicara setelah terdiam sejenak

"Siapa yang mau ngomong begitu? " Arien bertanya

"Ya kamu lah, Rien. Siapa lagi? " Elen menjawab

"Heh? "

"Siapa lagi coba yang paling pinter ngomong diantara kita? Terus, kan elu anak pendiri bunker-nya. Pasti gampang bujuknya kalau elu yang ngomong" Elen mengangkat bahu. Nyengir lebar lihat muka Arien jadi mendadak masam

Jangan-jangan habis ini gua jadi jubir ABAS lagi. Mendengus kencang. Terdiam beberapa saat membuat yang lain menunggu

"Terus begitu kalian mengandalkan aku sekarang apa jangan-jangan habis ini aku disuruh jadi jubir kalian gitu? " Arien mendelik. Menatap teman-temannya yang tiba-tiba serempak menyeringai

"Sepertinya kita semua dah satu koneksi, Arien sudah bisa menebak apa yang kita pikirin" Hannah menjentikkan jarinya. Tertawa senang

"Kenapa nggak Laras aja sih? Kan bapak dia yayasan bagian sistem kurikulum" Arien bertanya lagi

"Rien, tinggian mana coba pemilik gedung yayasan apa wakil yayasan bagian sistem pendidikan? " Laras balik bertanya. Menatap Arien dengan tatapan mengejek khasnya

Arien mendengus. Tidak menanggapi. Memutar kedua bola matanya malas

"Ayolah Arien, elu udah anak pemilik gedung yang asli, terus anak donatur terbesar disekolah, nggak pernah absen rangking satu sama anak teladan lagi. Guru-guru juga percaya ke elu, coba kalau yang bilang Dwipa atau malah Elen, boro-boro ditanggepin ditatap balik juga kagak, Rien " Hannah mulai memelas. Berlutut dihadapan Arien. Kalau saja muka Arken tidak masam begitu Dwipa, Jasmine, Laras dan Elen sudah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi muka Hannah dan posenya memohon pada, Arien. Seperti seorang pria yang tengah membujuk seorang gadis. 

Arien sekali lagi menghela nafas pasrah "Yaudah deh, kapan tu ngomong ke yayasan-nya? " Akhirnya yang dibujuk bersuara

Mata Hannah melebar. Senang mendengar jawaban teman dekatnya yang satu ini "besok bisa kan kanjeng roro? " 

Arien menghela nafas lagi. Mengangguk sebelum Hannah membujuknya dengan pose yang jangan-jangan lebih aneh lagi. Dan sejak kapan ni teman-temannya tau di nama dia ada nama Raden Roro-nya? 

Yes! ​​​​​​. Yang lain mendesis yes berbarengan. Mengepalkan tinju senang

"Dah aku mau duduk. Dari pas masuk sini sampe lima belas menit kemudian aku berdiri kayak begitu! Pegel tahu! " Arien duduk sembarangan diatas tikar yang digelar dihadapannya. Meluruskan kaki

"Oh iya, maaf kan kanjeng raden" Hannah lagi-lagi nyengir lebar. Dengan cengiran khasnya yang menyebalkan dan minta di tabok

"Ada yang mau mabar? " Dwipa mengambil ponsel dari meja tivi. Bertanya

"Boleh langsung aja! " Elen menanggapi. Menyalakan ponsel nya 

"Ikut! "

***

Siswa-siswi Scientama High School kembali bersekolah dua hari setelah kebakaran itu. Entah menggunakan jasa renovasi apa yang secepat itu, hanya dua hari. Sebanyak apa tukang bangunannya atau menang se profesional itu atau jangan-jangan candaan Arien kalau dibantu jin yang bikin candi 999 candi itu betulan? 

"Ya nggaklah! Sekolah segede gini ya jelas pakai jasa tukang bangunan yang profesional lah! Dan yang rusak kan nggak ada, setengah gedung. Ya kalik pakai jin-jin begitu, mau jadi apa kita kalau sekolahnya aja di bangun pakai jasa begituan? " Laras sewot mendengar Arien nyeletuk asal begitu. Seperti reaksi Laras kalau disewoti orang malah nyengir, Arien pun begitu, malah nyeringai lebih lebar

"Tumben ngomong nya bagus begitu. Jangan-jangan kamu ketempelan sesuatu nih" Hannah nyeletuk seperti biasa

Laras melotot "ya nggak lah, temen lu ini emang sebenarnya se pinter itu, cuma gara-gara temenan sama orang nggak waras aja jadi begini. Lagian kan merupakan sebuah kewajiban untuk meluruskan sebuah kesalahan pahaman"

"Ssssst! " Desta si wakil ketua mendesis kencang. Membuat anak-anak yang duduk di bangku barusan belakang itu terbungkam

Arien hanya menahan tawa. Melihat ekspresi wajah teman-temannya yang mendadak serius menatap papan tulis berhias rumus matematika

***

Bel kepulangan SMP yang ditunggu-tunggu 150-an murid itu. 

Termasuk anak-anak ABAS ditambah Elen yang sekarang kadang-kadang diajak Dwipa ikut jalan

Tapi berbeda dengan yang lain, mereka menuju ruang yayasan, ruangan di sebelah ruang layanan di gedung yang terpisah dari gedung SMP dan SD. Bangunan tersendiri berpintu dua, pemisah area SD dan SMP

Laras mengetuk pintu ruangan itu

Tiga menit, ada yang menjawab "silakan masuk"

Laras mengangguk. Mendorong pintu di hadapannya

Sebuah ruangan seluas 7×5 meter. Berisi sebuah meja besar bertaplak merah yang dikelilingi sepuluh kursi berwarna sama. Tiga lemari kaca berwarna hitam, dan empat meja kerja di sudut-sudut ruangan

Pak Jaya, kepala yayasan yang dikenal bijak dan terbuka. yang nampak tengah serius memandangi laptopnya mengalihkan pandangannya menjadi kepada anak-anak yang barusan mengetuk pintu ruangan nya itu

"Ada yang bisa bapak bantu? " Bertanya ranah pada enam remaja yang mengenakan seragam putih rompi kotak-kotak cokelat-hitam dengan dasi hitam "kalau untuk Laras, bapaknya sedang rapat diluar. Kalau minta dijemput katanya tungguin aja dulu"

Laras hanya mengangguk pelan. Kalem, ayem. Hannah dan Dwipa sampai pangling lihat ekspresi Laras yang satu itu

Arien maju berbicara, “ Begini Pak, kami ingin meminta izin memakai ruangan bawah tanah bekas penelitian itu sebagai ruang belajar kelompok kami. Apa boleh?”

Wajah Pak Jaya berubah serius "ruang bawah tanah? "

"Iya Pak, laboratorium lama punya perusahaan itu" Jasmine yang nengangguk

"Oh iya" Sepertinya beliau baru mengingat beberapa hal lalu kembali menatap enam remaja di hadapannya 

Akhirnya beliau mengangguk. Membuat anak-anak itu tersenyum lebar “Kalau kalian bertanggung jawab dan menjaga rahasia, saya beri izin. Ini kesempatan bagus untuk kalian belajar dan bertumbuh.”

"Siap Pak! Kami akan mengingat terus kalimat itu! "

Malam itu, kala siswa-siswi lain enggan berlama-lama di sekolah, justru mereka di bawah cahaya lampu redup yang menggantikan lampu rusak bunker bekas laboratorium 'Sinar Nasional', Arien, Laras, Hannah, Dwipa, Jasmine, dan Elen membersihkan dan menata ruangan itu.

“Markas ABAS resmi berdiri,” kata Elen sambil meletakkan bola basket di sudut.

Mereka tersenyum bersama, tahu bahwa perjalanan misteri dan persahabatan baru saja dimulai.

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
SABTU
6893      2197     13     
True Story
Anak perempuan yang tumbuh dewasa tanpa ayah dan telah melalui perjalanan hidup penuh lika - liku, depresi , putus asa. Tercatat sebagai ahli waris cucu orang kaya tetapi tidak merasakan kekayaan tersebut. Harus kerja keras sendiri untuk mewujudkan apa yang di inginkan. Menemukan jodohnya dengan cara yang bisa dibilang unik yang menjadikan dia semangat dan optimis untuk terus melanjutkan hidupn...
Menanti Kepulangan
111      104     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
The Final Promise
901      266     0     
Romance
The Final Promise menceritakan kisah Ardan dan Raya, pasangan yang berjuang menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Raya, yang tengah berjuang dengan penyakit terminal, harus menerima kenyataan bahwa waktunya bersama Ardan sangat terbatas. Meski begitu, mereka berdua berusaha menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan, berjuang bersama di tengah keterbatasan waktu. Namun, takdir membawa Ardan ...
Rania: Melebur Trauma, Menyambut Bahagia
399      298     0     
Inspirational
Rania tumbuh dalam bayang-bayang seorang ayah yang otoriter, yang membatasi langkahnya hingga ia tak pernah benar-benar mengenal apa itu cinta. Trauma masa kecil membuatnya menjadi pribadi yang cemas, takut mengambil keputusan, dan merasa tidak layak untuk dicintai. Baginya, pernikahan hanyalah sebuah mimpi yang terlalu mewah untuk diraih. Hingga suatu hari, takdir mempertemukannya dengan Raihan...
Penerang Dalam Duka
3236      1402     5     
Mystery
[Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Mina yang berusaha untuk tetap berbuat baik meskipun dunia bersikap kejam padanya.] Semenjak kehilangan keluarganya karena sebuah insiden yang disamarkan sebagai kecelakaan, sifat Mina berubah menjadi lebih tak berperasaan dan juga pendiam. Karena tidak bisa merelakan, Mina bertekad tuk membalaskan dendam bagaimana pun caranya. Namun di kala ...
Love Yourself for A2
64      55     1     
Short Story
Arlyn menyadari bahwa dunia yang dihadapinya terlalu ramai. Terlalu banyak suara yang menuntut, terlalu banyak ekspektasi yang berteriak. Ia tak pernah diajarkan bagaimana cara menolak, karena sejak awal ia dibentuk untuk menjadi "andalan". Malam itu, ia menuliskan sesuatu dalam jurnal pribadinya. "Apa jadinya jika aku berhenti menjadi Arlyn yang mereka harapkan? Apa aku masih akan dicintai, a...
Let Me be a Star for You During the Day
1764      1027     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
3968      1730     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Wilted Flower
605      467     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
No Longer the Same
1085      790     1     
True Story
Sejak ibunya pergi, dunia Hafa terasa runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulu hangat dan penuh tawa kini hanya menyisakan gema langkah yang dingin. Ayah tirinya membawa perempuan lain ke dalam rumah, seolah menghapus jejak kenangan yang pernah hidup bersama ibunya yang wafat karena kanker. Kakak dan abang yang dulu ia andalkan kini sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan ayah kandungnya terlalu jauh ...