Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinderella And The Bad Prince
MENU
About Us  

Seperti yang Nyonya Elliana bilang, Tuhan lebih sayang ibu. Di sana ibu akan mendapat tempat terbaik. Aku berusaha ikhlas menerima kepergian ibu. Mau bagaimana pun sedihnya aku, itu nggak akan bisa mengembalikan ibu. 

 

Hari ini rumah Prince ramai karena kedatangan teman-teman sekelasku yang disambut ramah oleh Nyonya Besar. Mereka datang karena tahu tentang kabar dukaku dan berniat mengucapkan bela sungkawa. 

 

Masalahnya ini rumah Prince. Kecuali Kara dan Meysa nggak ada lagi yang tahu aku tinggal di rumah cowok itu. Jadi, aku bisa melihat keterkejutan yang mereka sengaja sembunyikan saat kami berhadapan. 

 

"Lo kok nggak pernah bilang kalo Cinderella tinggal sama lo?" 

 

Suara bisik-bisik dari depan ruang tamu bisa aku dengar. Di sana ada Prince yang sedang berhadapan dengan teman-temannya. 

 

"Iya. Ini terlalu mind blowing iya nggak sih?"

 

"Lebay lo."

 

"Sebenernya hubungan lo sama Sindy apa sih?"

 

Aku nggak heran bakal ada banyak pertanyaan itu. Sebenarnya aku juga ingin tahu jawaban dari Prince soal kekepoan mereka. Tapi sampai aku sibuk lagi, Prince nggak terdengar ingin menanggapi. 

 

"Maaf ya kalau kami taunya telat," ucap Meysa merangkulku dari samping. "Lo pasti sedih banget. Nggak apa-apa kok kalau lo mau nangis di pelukan gue."

 

Kara di sisi sebelah kananku mengangguk, memasang wajah sedih. "Peluk gue juga boleh. Atau mau bareng-bareng peluk juga boleh." Dia pun ikut merangkulku. 

 

Aku hargai usaha mereka, tapi pelukan mereka bikin aku sesak napas. Mereka mau membunuh apa menghiburku sih? 

 

"Regan!" seruan Nyonya Elliana membuat perhatian kami teralihkan. Wanita cantik yang sedang membawa kue di piring bergegas menghampiri Regan yang baru saja datang. 

 

"Regan juga baru tau kalau ibu lo meninggal, Sin," ucap Meysa. "Pas Kara ngasih tau mukanya tuh kayak syok dan khawatir banget."

 

Aku menatap Regan yang saat ini sedang dipeluk Nyonya Elliana. Mereka sepertinya sudah kenal lama. Interaksi mereka mengatakan begitu. Nggak lama mataku menangkap kemunculan Prince. Dia melenggang begitu saja melewati Regan dan ibunya. 

 

"Prince! Ini Regan datang kok nggak disapa?" tegur Nyonya Elliana. 

 

Aku masih memperhatikan dari sofa ruang tengah bersama Meysa dan Kara. 

 

"Dia mau ketemu Sindy," sahut Prince acuh tak acuh, dan lanjut melangkah. Tatapanku mengikuti pergerakannya ke dapur. Dapur hari ini lumayan sibuk, Bi Tuti dan dua asisten rumah tangga lain tengah menyiapkan berbagai macam kudapan untuk teman-teman sekelas kami. 

 

"Oh iya, itu Sindy ada di sana. Langsung ke sana aja ya, Tante ke depan dulu," ucap Nyonya Besar, menepuk bahu Regan sebentar sebelum meninggalkan cowok manis itu. 

 

"Dia cemas banget sama lo. Lo lucky banget bisa disukai cowok kayak dia," bisik Kara terdengar usil saat Regan mulai mendekat. 

 

"Daripada lucky, lo lebih cocok dibilang maruk sih. Udah ada Prince masih mau embat Regan juga," sambung Meysa, yang kontan bikin aku melotot padanya. Tapi cewek itu cuma terkikik menanggapinya. Aku baru akan menarik rambut Meysa saat Regan tiba di depanku. Atensiku langsung tersedot habis padanya.

 

"Sindy, aku turut berduka atas kepergian ibu kamu. Maaf aku belum sempat bertemu beliau. Dan—"

 

"Iya nggak apa-apa. Makasih, Regan," potongku cepat menyambut ucapan bela sungkawanya. Dia yang masih membuka mulut akhirnya mengangguk-angguk. 

 

"Apa kamu baik-baik saja?" 

 

Aku menggeleng. "Tapi aku sudah nggak apa-apa." 

 

Tiba-tiba botol minum air dingin yang tutupnya sudah dibuka nongol di depanku. Aku melirik tangan yang menyodorkan minuman itu. 

 

"Nih, minum. Lo haus kan?" 

 

Prince. 

 

Mataku mengerjap bingung sebelum menerima dengan ragu pemberiannya itu. "Thanks." 

 

Dia lantas ngeloyor kembali menuju ruang tamu bersama lainnya. Regan di depanku terlihat masam. Jangan bilang dia marah melihat Prince memberiku minuman. 

 

"Kak Regan ke sini sama siapa?" tanya Meysa dengan logat centilnya. 

 

"Aku sendiri." Mata bening cowok itu menatap Meysa dan Kara berganti. "Sori. Tapi apa aku boleh pinjam Sindy dulu? Ada sesuatu yang harus aku omongin sama Sindy." 

 

Meski sempat saling pandang, Mesya dan Kara akhirnya mengangguk setuju. Namun saat mereka pergi, Regan enggan bicara di tempat ini katanya terlalu ramai. Aku terpaksa membawa cowok itu ke taman samping rumah. 

 

"Sin, maaf kalau aku datang ke sini telat. Aku bahkan nggak hadir di pemakaman ibu kamu. Aku baru tahu kabar ini pagi tadi saat sekolah mengumumkan. Dari kemarin kamu sulit dihubungi." 

 

Ya, aku memang membiarkan ponselku mati sampai sekarang. Larut dalam kesedihan bikin aku mengesampingkan alat komunikasi itu. 

 

"Nggak apa-apa. Ponselku dari waktu kita pergi emang udah mati." 

 

Regan menatapku ragu. Bibirnya tampak ingin mengatakan sesuatu tapi kalimatnya nggak kunjung keluar. 

 

"Ada apa? Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan lagi?" 

 

Regan sudah akan membuka mulut, tapi kemudian dia menggeleng. "Kamu istirahat saja. Kayaknya kamu lelah banget. Soal permintaan dan harapanku malam itu nggak perlu kamu pikirkan. Aku lega melihat kamu baik-baik saja." 

 

Regan tersenyum tipis lantas menepuk pelan puncak kepalaku. Sekarang aku yang penasaran, mungkinkah sebenarnya Regan ingin meminta jawabanku soal itu? Jujur, kalau benar, aku nggak punya jawaban. Kondisiku masih berkabung, dan kalau pun luka ini bisa kuatasi, aku belum ingin memikirkan apa yang menjadi kemauan cowok itu. 

 

*** 

 

Acara tahlilan tujuh hari ibu baru saja selesai. Aku bersama Bi Tuti membantu membereskan sisa-sisa acara. Sebenarnya aku nggak mengharapkan ada acara tahlil yang dilakukan 7 malam berturut-turut karena pasti memakan biaya cukup besar. Bukankah doa dari anaknya sudah cukup? Tapi Nyonya besar dan keluarganya menginginkan acara ini tetap dilaksanakan. 

 

"Ini sama sekali nggak repot, Sindy. Bu Fatma sudah seperti keluarga kami sendiri. Terlebih Bu Fatma dulu yang membantu saya menjaga Prince. Seperti permintaan Prince, acara tahlilan akan diadakan sampai 7 hari." 

 

Ya, aku nggak nyangka kepergian ibu ternyata membawa luka tersendiri buat cowok itu. Sesekali aku melihat dia termenung sendiri. Sejak pertengkaran kami sikap Prince memang berubah. Dia lebih bisa mengendalikan emosi, bahkan cenderung lebih banyak diam. Dan puncaknya begitu ibu pergi sikapnya benar-benar lunak dan nggak merepotkan seperti biasanya. 

 

"Ini bakal jadi hari terakhir gue kasih lo les." 

 

Prince mengangkat wajah dari buku yang dia baca saat aku mengatakan itu. Wajahnya agak kaget. "Kenapa?" 

 

"Besok lusa gue ke Bandung. Ikut pelatihan OSN selama dua Minggu sama anak-anak lain yang lolos." 

 

"Kok lo baru bilang? Dua Minggu kan lama." 

 

Aku menyodorkan satu bundel kertas yang berisi ringkasan dan soal-soal kepada Prince. "Sebagai gantinya gue udah nyiapin ini." 

 

Dengan ragu cowok itu menerima bundelan kertas yang aku jepit pake paper clip. 

 

"Persiapan lo matang juga ya." Prince menatap serius kertas-kertas di tangannya selama beberapa saat sebelum matanya jatuh menatapku lagi. "Terus lo ke Bandung sama siapa aja? Naik apa?" 

 

"Ada lima anak yang ke sana dari sekolah kita. Sekolah langsung yang akan mengantar kami ke tempat pelatihan." Aku menarik kertas dan mulai menulis soal latihan hari ini. Bertepatan dengan itu, Nyonya Elliana dan Tuan Akbar yang baru turun dari lantai atas bergabung bersama kami.  

 

"Katanya Sindy mau ikut pelatihan buat persiapan OSN di Bandung ya?" tanya Tuan Akbar. 

 

"Iya, Pak," sahutku tersenyum tipis. Aku masih agak sungkan sama Tuan yang maunya aku panggil Bapak itu. 

 

"Hebat banget ya, Sindy. Saya bangga sama kamu," timpal Nyonya Elliana tersenyum lebar. "Prince, mami harap kamu bisa belajar banyak dari Sindy. Mami nggak akan nuntut kamu seperti Sindy, tapi seenggaknya kamu bisa lebih baik dari sebelumnya." 

 

"Hm, ya," sahut cowok itu asal. Mukanya terlihat malas dan enggan. "Mami sama papi ngapain sih di sini? Aku sama Sindy lagi belajar. Jangan ganggu. Mami katanya mau aku pinter."

 

Dua orang tua itu terkekeh bersama. Kemudian pamit lantaran nggak mau mengganggu kegiatan kami belajar. 

 

"Lo...." 

 

Aku mendongak dan menatap Prince dengan kening berkerut. 

 

"Lo baik-baik aja?" 

 

Dengan ragu aku mengangguk. Pertanyaan cowok ini yang tiba-tiba terdengar aneh. 

 

"Lo udah nggak sedih lagi?" tanya dia terdengar hati-hati. 

 

"Kalo yang lo maksud soal ibu gue. Gue masih sedih. Tapi, gue nggak perlu nunjukin itu ke lo kan?" 

 

Cowok berponi di depanku mengangguk ragu. Bibirnya bergerak ke kanan-kiri aneh. Bodo amat, aku kembali pada kegiatanku membuat soal.

 

"Besok, pulang sekolah lo ada latihan di club?" 

 

"Nggak ada. Kenapa? Lo mo minta tambahan les?"

 

Prince menggeleng. Wajahnya terlihat merah entah untuk alasan apa. 

 

"Besok, pulang sekolah lo bisa ikut gue?" 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kori

    Colokin aja tuh daun ke matanya

    Comment on chapter Bab 2
  • kori

    Prince tipe yang kudu ditampol dulu

    Comment on chapter Bab 1
  • shasa

    Bakal seru ini wkwk...

    Comment on chapter Bab 1
  • jewellrytion

    Bener-bener bad Prince!! Sesuai dengan judulnya. Baru baca Bab 1 aja udah bikin spaneng sama kelakuannya 😩😂😂

    Comment on chapter Bab 1
Similar Tags
That's Why He My Man
820      562     9     
Romance
Jika ada penghargaan untuk perempuan paling sukar didekati, mungkin Arabella bisa saja masuk jajan orang yang patut dinominasikan. Perempuan berumur 27 tahun itu tidak pernah terlihat sedang menjalin asmara dengan laki-laki manapun. Rutinitasnya hanya bangun-bekerja-pulang-tidur. Tidak ada hal istimewa yang bisa ia lakukan di akhir pekan, kecuali rebahan seharian dan terbebas dari beban kerja. ...
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
3512      1086     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...
Premium
Bertemu Jodoh di Thailand
4958      1695     0     
Romance
Tiba saat nya Handphone Putry berdering alarm adzan dan Putry meminta Phonapong untuk mencari mesjid terdekat karena Putry mau shalat DzuhurMeskipun negara gajah putih ini mayoritas beragama buddha tapi ada sebagian kecil umat muslimnya Sudah yang Sholatnya Sudah selesai yang Sekarang giliran aku yaaku juga mau ibadah ke wiharakamu mau ikut yang Iya yangtapi aku tunggu di luar saja ya Baikl...
DREAM
813      514     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
Reach Our Time
10710      2494     5     
Romance
Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung, dengan siapa kita bertemu dan berinteraksi. Begitupun hubungan Adiyasa dan Raisha yang bertemu secara tak sengaja di kereta. Raisha, gadis...
Switch Career, Switch Life
351      295     4     
Inspirational
Kadang kamu harus nyasar dulu, baru bisa menemukan diri sendiri. Therra capek banget berusaha bertahan di tahun ketiganya kerja di dunia Teknik yang bukan pilihannya. Dia pun nekat banting setir ke Digital Marketing, walaupun belum direstui orangtuanya. Perjalanan Therra menemukan dirinya sendiri ternyata penuh lika-liku dan hambatan. Tapi, apakah saat impiannya sudah terwujud ia akan baha...
Because I Love You
1307      733     2     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
Unexpectedly Survived
104      93     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Khalisya (Matahari Sejati)
2783      939     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
Kembali ke diri kakak yang dulu
838      636     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...