Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinderella And The Bad Prince
MENU
About Us  

Nggak seperti anak-anak lain yang mendengar bel langsung bernapas lega atau berteriak kegirangan karena pelajaran yang bikin kepala berasap sudah berakhir, aku malah merasa sesak napas. 

 

Jika sekarang kepalaku berasap karena menghapal nama latin hewan bertulang belakang, aku yakin sebentar lagi bakal terbakar karena harus mengajari Prince matematika. Sejujurnya, kalau boleh memilih aku lebih baik mengerjakan 100 soal fisika daripada mengajari anak bangor itu sampai dia benar-benar mudeng. 

 

Entah dia berada di mana saat Tuhan sedang melakukan pembagian otak.

 

Aku keluar kelas bersama Meysa dan Kara sambil gibahin Regan. Sebenarnya bukan aku, tapi Meysa dan Kara. Dua cewek itu berebut siapa yang boleh maju duluan buat pedekate sama anak baru itu. Aku yang nggak punya modal cuma bisa diam. 

 

"Prince gimana? Lo kan fans garis keras dia, kenapa sekarang jadi pindah haluan sih?" tanya Kara sedikit kesal lantaran Meysa berencana memberikan tiket nonton gratis VIP Gala Primer kepada Regan. 

 

"Ya, lo tau sendiri dia jual mahal banget. Gue bakal bikin dia nyesel karena udah mengabaikan fans setia kayak gue," sahut Meysa sambil mengibaskan rambutnya yang panjang. 

 

Kara mencibir. "Dasar genit, nggak bisa liat cowok ganteng. Udah sih lo tetep sama Prince aja, biar Regan bagian gue. Lumayan kan saingan lo berkurang satu." 

 

Meysa menggeleng tegas. "Nggak bisa. Kalau boleh sih gue mau dua-duanya."

 

"Itu namanya maruk!" Kara meraup muka Meysa dan mendorongnya, membuat cewek berambut panjang itu manyun. 

 

"Kalian kurang kerjaan apa gimana, sih? Ribut cuma gara-gara cowok yang melirik kalian aja enggak," sambarku mencoba membuat mereka sadar dari kenyataan. 

 

Namun, keduanya malah kompak menatapku dengan pandangan seolah ingin melakban mulutku. 

 

"Kalian kenapa liatin gue begitu?" tanyaku heran, sedikit ngeri dengan tatap tajam keduanya. "Gue cuma ngomong apa adanya," lanjutku lalu pelan-pelan menjauhi mereka. Dan setelah terpaut beberapa langkah dari jangkauan mereka, aku bergegas ambil langkah seribu. 

 

"Sindy!!!" 

 

Aku mengabaikan teriakan mereka yang seolah ingin menelanku bulat-bulat. Padahal aku mengatakan hal benar, tapi kenapa Kara dan Meysa seberang itu? Kayak singa betina mengaum.

 

Aku terus berlari menghindari kejaran mereka. Sesekali menengok ke belakang memastikan keduanya nggak bisa mengejarku. Tapi ...

 

Bugh! 

 

Aku terpekik dan nyaris nyungsep kalau saja orang yang kutabrak nggak dengan sigap menangkap tubuhku yang kehilangan keseimbangan. Insiden ini lumayan bikin syok dan jantungku seolah tengah melompat-lompat saking kagetnya. 

 

"Kamu nggak apa-apa, Sin?" 

 

Pertanyaan itu membuatku tahu jika orang yang kutabrak ternyata Regan. Cowok itu masih memeluk pinggangku dengan posisi yang lumayan menyita perhatian. 

 

Aku buru-buru berdiri dengan benar saat sadar menjadi tontonan anak-anak. Bahkan Kara dan Meysa terlihat kaget juga. Tapi, ekspresi kaget itu dengan cepat berubah menjadi ekspresi jengkel. Aku tahu penyebabnya.

 

Tapi kan yang tadi bukan kesengajaan. Aku meringis kepada mereka seraya mengacungkan dua jari membentuk huruf V. 

 

"Sindy, kamu nggak apa-apa, kan?" 

 

Sibuk dengan reaksi orang, aku lupa sama Regan yang dari tadi nanya keadaanku. 

 

"Oh, iya. Aku nggak apa-apa kok. Sori buat yang tadi ya, aku nggak sengaja," ucapku merasa nggak enak. 

 

"Ya aku tau. Siapa sih orang waras yang mau menabrakkan dirinya?" sahut Regan lalu terkekeh yang begitu cepat menulariku. 

 

"Kamu mau pulang?" 

 

"Iya, memang mau ke mana lagi? Ini kan jam pulang." 

 

Regan kembali terkekeh dan mencubit ujung hidungnya. "Pertanyaanku memang bodoh." 

 

Tiba-tiba dua cewek rese itu datang dan langsung menyambar lenganku. Mereka menarik dan menjauhkan aku dari Regan beberapa langkah, membelakangi cowok itu. 

 

"Lo kan nggak minat sama Regan, kenapa sekarang sok centil gitu?" tanya Kara sambil berbisik. Tapi nada kesalnya nggak bisa ditutupi.

 

"Heh! Sembarangan siapa yang centil? Kalian jangan suuzon. Kalian liat kan tadi gue nggak sengaja nabrak dia?" protesku nggak terima. 

 

"Hilih. Di club fisika juga dia centil sama Reagan, Kar. Gue nggak mau tau, lo nggak boleh ikut club pecinta Regan." 

 

Kali ini ucapan Meysa sukses bikin aku melongo. "Club Pecinta Regan? Nggak masuk akal." 

 

Kara yang ikut bengong pun mencolek Meysa. "Sejak kapan ada Club Pecinta Regan?" tanya dia mengerjap. 

 

Meysa meringis. "Barusan gue bikin. Hihi."

 

Aku dan Kara kompak menggeleng. Dan saat itulah tanpa sengaja aku melihat Prince yang tengah memelotot. Di sisi kanan kiri cowok itu ada Marcell dan Bams. 

 

"Hei, para gadis. Hello? Kalian lagi ngomongin apa ya?" 

 

Suara Regan menyadarkan kami. Nggak nyangka kalau dia masih ada di sini. Kami bertiga kompak berbalik dan melihat wajah bingung Regan. 

 

Meysa dan Kara menggeleng. "Kami nggak lagi ngomong apa-apa kok, Kak," sahut Meysa tersenyum sok manis. 

 

"Kak Regan mau pulang?" sambung Kara dengan mata berbinar. 

 

Regan mengangguk. "Iya. Sin, kita pulang bareng aja, ya. Rumah kita kan searah." 

 

Ucapan Regan membuat Kara dan Meysa mendelik padaku. Keduanya seolah memberi isyarat agar aku menolak ajakan cowok manis itu. 

 

Sebenarnya ini tawaran yang menguntungkan. Satu, sepedaku masih rusak kalau aku nebeng Regan kan bisa irit ongkos pulang. Kedua, aku bisa memiliki waktu lumayan buat istirahat sebelum perang materi bersama Prince. Tapi dua temanku ini sudah melotot kayak Suzanna mau menerkam Bang Bokir. 

 

"Sindy pulang bareng gue." 

 

Tanpa kuduga suara seseorang mengalihkan perhatian kami. Aku mengerjap saat Prince dengan wajah mengeras mendekati kami. Mata cowok itu lurus menatap Regan. 

 

Sementara itu Kara dan Meysa kontan menutup mulutnya yang menganga. Mereka pasti heran sama ucapan Prince barusan.  

 

Kulihat Regan menyipitkan mata. "Rumahku searah dengan Sindy. Jadi, Sindy pulang bareng aku," ucapnya yang entah kenapa terdengar mencekam di telingaku. 

 

"Sindy ada urusan sama gue. Jadi, dia harus pulang bareng gue," balas Prince. 

 

Kedua cowok itu saling menatap tajam. Jika mata keduanya bisa mengeluarkan peluru, aku yakin mata mereka akan sama-sama bolong terkena peluru satu sama lain. 

 

Regan menyeringai. Baru kali ini aku melihatnya seperti itu. "Kita tanya Sindy aja, dia mau pulang bareng siapa. Biar dia yang memutuskan." 

 

Tatap tajam Prince auto bergeser ke arahku. Aku sempat terperanjat melihat matanya yang penuh ancaman. Dan well, aku mulai kebingungan dengan tingkah keduanya yang saat ini jelas mengundang perhatian anak-anak lain tak terkecuali Kara dan Meysa yang mendadak bungkam. 

 

Sekarang Regan juga menatapku seolah meminta jawaban. Ya Tuhan, hanya perkara mengantar tapi mereka bikin tontonan norak seperti ini. 

 

"Gue pulang sama...." Aku menatap Prince dan Regan berganti. Belum sempat aku melanjutkan, teriakan seseorang menginterupsi. 

 

"Prince! Bams! Kalian berdua ikut Bapak ke ruang BK!" seru Pak Rudi guru BK Dwi Warna. 

 

"Loh, Pak? Memang kami salah apa?" tanya Bams tak terima. 

 

Perhatian kami mau nggak mau teralihkan. Apalagi ketika Pak Rudi menarik kerah belakang baju seragam Prince dan Bams. 

 

"Udah, kalian berdua ikut saja." Pak Rudi menyeret keduanya secara paksa. 

 

"Iya, tapi salah kami apa, Pak?" Bams masih tampak nggak terima. Sementara Prince masih saja menatap tajam ke arah Regan. Bahkan cowok itu sempat menunjuk Regan penuh ancaman sebelum digelandang Pak Rudi. 

 

Aku dengan cepat menghampiri Marcell, salah satu anggota geng Prince sekaligus ketua kelasku itu. 

 

"Prince sama Bams punya masalah apa lagi?" tanyaku bingung. Meskipun bukan sekali ini Prince dipanggil ke ruang BK, tapi aku nggak melihat ulah Prince yang mencolok seperti biasanya hari ini. 

 

Marcell mengangkat bahu. "Bocorin ban mobil Pak Doglas lagi kali," ujarnya seolah nggak peduli. "Ya udah, gue cabut duluan." 

 

Aku membiarkan Marcell pergi. Bocorin ban mobil Pak Doglas itu salah satu hobi Prince yang ke sekian. Cowok itu sudah sering dihukum dengan sebab yang sama, tapi ternyata masih belum jera juga. 

 

"Tuh! Cowok kesukaan lo bengalnya emang nggak ada obat," ujar Kara kepada Meysa. 

 

"Dia kan badboy banget. Makanya gue suka. Eh!" Meysa refleks menutup mulut lantas melirik Regan yang masih berdiri di antara kami. "Tapi Kak Regan yang paling gue suka di antara semua," lanjutnya, meralat ucapannya tadi. 

 

Aku dan Kara memutar bola mata. Sementara Regan hanya tersenyum kecil. 

 

"Ayo, Sin. Kita pulang," ujar Regan menatapku. 

 

Aku melirik Kara dan Meysa. Keduanya pasang wajah manyun. Bibir mereka maju sepanjang Jalan Tol Cipali. Kalau sudah begini aku nggak mungkin menerima ajakan pulang Regan. 

 

"Itu Regan, sori, ya. Aku nggak bisa pulang bareng kamu. Aku pulang bareng mereka aja," ujarku jadi merasa nggak enak. 

 

"Oh, oke nggak masalah," sahut Regan tersenyum seraya mengangguk. "Kalau gitu aku duluan, ya." 

 

Aku mengangguk mantap ketika pada akhirnya Regan menjauh. Dan saat aku menoleh kepada dua temanku yang paling centil itu... 

 

"Kita end!" ucap mereka kompak lantas melengos dan pergi. 

 

Aku menghela napas. Paling malas kalau mereka berdua sudah main drama. 

 

"Gue udah nolak ajakan pulang Regan loh ini. Kenapa kalian mesti ngambek segala sih?" tanyaku ketika berhasil mengejar langkah mereka. 

 

Langkah mereka berhenti lalu berbalik dan memelotot lagi. "Lo tau enggak kenapa kita berdua ngambek?" tanya Meysa berkacak pinggang. 

 

Aku memasang wajah bingung dan menggeleng. 

 

"Kejadian tadi pasti bakal menimbulkan gosip baru, tau nggak lo?" 

 

"Gosip apaan?" Aku mengernyit, tambah bingung. 

 

Kara di sebelah Meysa membuang napas kasar. "Besok pasti gosip lo yang jadi rebutan Prince dan Regan bakal menyebar di sekolah." 

 

Alisku terangkat sempurna. "Kok bisa?!" 

 

Alih-alih menjawab, mereka malah melengos dan kembali menghela langkah. 

 

"Kara, Meysa! Jangan gaje gini deh!" Aku kembali mengejar keduanya. Sumpah paling malas kalau mereka ngambek gara-gara cowok. 

 

Memang paling bener itu nggak usah dekat-dekat sama cowok. Apalagi cowoknya sebening Regan. Bikin serba salah. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kori

    Colokin aja tuh daun ke matanya

    Comment on chapter Bab 2
  • kori

    Prince tipe yang kudu ditampol dulu

    Comment on chapter Bab 1
  • shasa

    Bakal seru ini wkwk...

    Comment on chapter Bab 1
  • jewellrytion

    Bener-bener bad Prince!! Sesuai dengan judulnya. Baru baca Bab 1 aja udah bikin spaneng sama kelakuannya πŸ˜©πŸ˜‚πŸ˜‚

    Comment on chapter Bab 1
Similar Tags
To the Bone S2
389      282     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Delapan Belas Derajat
11102      2276     18     
Romance
Dua remaja yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Salah satu dari mereka memiliki kelainan hitungan detak jantung. Dia memiliki iris mata berwarna biru dan suhu yang sama dengan ruangan kelas mereka. Tidak ada yang sadar dengan kejanggalan itu. Namun, ada yang menguak masalah itu. Kedekatan mereka membuat saling bergantung dan mulai jatuh cinta. Sayangnya, takdir berkata lain. Siap dit...
Havana
857      427     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
11479      2115     1     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter.Β She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
Kejar Mika!
3519      1121     5     
Romance
Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Mikail Angelo, pemuda tampan paling populer di sekolahnya yang biasa dipanggil Mika. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang menyerah, Pinky berjuang keras demi bisa masuk SMA yang sama dengan pemuda itu. Dan ketika ia berhasil berada di ...
Alfazair Dan Alkana
275      223     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Lepas SKS
154      133     0     
Inspirational
Kadang, yang buat kita lelah bukan hidup tapi standar orang lain. Julie, beauty & fashion influencer yang selalu tampil flawless, tiba-tiba viral karena video mabuk yang bahkan dia sendiri tidak ingat pernah terjadi. Dalam hitungan jam, hidupnya ambruk: kontrak kerja putus, pacar menghilang, dan yang paling menyakitkan Skor Kredit Sosial (SKS) miliknya anjlok. Dari apartemen mewah ke flat ...
Ikhlas Berbuah Cinta
862      684     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...
Pisah Temu
1039      561     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Time and Tears
235      185     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...