Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Juanda mendekati jendala kamar Fayena. Tampak Fayena bersimpuh di lantai kamar itu dengan keadaan wajah yang kacau karena air mata. Fayena menatap Juanda dengan tatapan menuntut.

"Juanda, lo berhutang penjelasan ke gue," ucap Fayena dengan nada yang bergetar.

"Keluar, Faye. Gue bakal jelasin semuanya. Fakta yang lo mungkin nggak ingat sama sekali," sahut Juanda.

Di sinilah mereka berada, di depan rumah Fayena. Duduk di ubin bersebelahan dengan kedua kaki berselonjor. Wajah Fayena tampak sembab karena air mata. Gadis itu benar-benar kehilangan senyumannya.

"Sejak pertama kali gue liat rumah ini, gue ngerasa sedih banget. Setiap sudut rumah itu memicu munculnya ingatan seseorang yang entah siapa dia, tapi rasanya gue yang jadi cewek itu. Dia mandi di belakang rumah, mengambil air di sumur, memasak, dan makan sendirian. Dia nangis karena rindu sama orang tuanya. Dan begitu gue masuk ke dalam kamar itu, ada foto elo dan gue tersenyum senang duduk di saung. Itu maksudnya apa, Juan? Apa wajar kalau gue dapat ingatannya Yena dan muka Yena persis kayak gue?" ucap Fayena menoleh pada Juanda dengan tatapan bertanya-tanya.

Juanda menatap sendu gadis di sampingnya. "Mungkin lo nggak akan percaya ini, Faye. Tapi kita berdua sama-sama lagi ada di sebuah takdir pilihan kita. Takdir kita yang sebenarnya ada di sini. Foto yang lo liat di dalam kamar itu foto kita berdua. Terus rumah ini ... ini rumah lo, Faye. Yena yang gue maksud itu elo," ungkap Juanda.

Fayena tak habis pikir dengan ucapan mengada-ngada Juanda.  Ia menggeleng beberapa kali sambil menatap Juanda kesal. "Lo kalau ngomong yang bener dong. Gue lagi dalam keadaan kayak gini dan lo masih sempat bercanda?"

"Gue nggak bercanda, Faye! Lo emang Faye yang gue kenal. Asal lo dari desa ini," sahut Juanda.

"Terus kenapa gue dan elo ada di takdir ini, hah?! Emang ada hal konyol gini di dunia? Lo pikir gue bodoh apa?"

"Ada. Mungkin ini cara Tuhan buat nyadarin kita berdua. Kalau sebenernya takdir yang kita hina dan sesali adalah takdir terbaik buat kita. Dan sebaliknya, takdir yang kita pilih sekarang bukan takdir yang baik buat kita. Lo nggak nyadar? Ya, lo emang nggak sadar karena lo putusin buat buang ingatan lo tentang Fayena yang dulu. Sedangkan gue enggak, gue tetap punya ingatan Juanda dulu karena gue nggak terlambat menyadari semuanya," cetus Juanda. Fayena meneteskan air matanya menatap Juanda tanpa berkomentar apapun.

Jaunda menatap ke arah depan dengan mata yang berkaca-kaca. "Gue dulu muak sama takdir gue yang punya orang tua overprotectiv dan larang gue buat deket sama lo. Padahal cuma lo yang gue cinta. Bokap dan nyokap gue nyuruh gue kuliah di luar negeri meski udah gue tolak puluhan kali. Mereka tetap mempersiapkan kepergian gue ke sana. Gue nggak bisa jauh dari lo, Faye. Gue cinta, gue mau selalu lindungi lo dan kasih semangat buat hidup lo setiap hari. Kalau gue jauh, lo gimana? Sampai akhirnya, gue pergi ke gunung dan teriak sekencang-kencangnya. Gue mau takdir yang lebih baik dan memaki takdir gue waktu itu. Pas gue mau turun, gue kepeleset dan jatuh. Gue saat itu nggak inget apa-apa, yang jelas gue berada di sebuah tempat serba putih. Gue diperlihatkan lima lukisan takdir kehidupan. Gue pilih bingkai nomor lima, dimana gue jadi anak bungsu orang kaya yang orang tua gue nggak ikut campur masalah gue. Gue juga punya kakak. Akhirnya gue tiba di masa sekarang dan menjalani hidup gue yang kelihatan orang enak, tapi gue ngalamin tekanan batin yang luar biasa. Bokap sama nyokap gue nggak ada yang perhatiin gue, mereka lebih sayang sama kakak gue. Lalu Kakak gue, benci banget sama gue. Image gue hancur karena ulah dia. Kalau dibandingin dengan takdir sebelumnya, gue bakal milih takdir gue yang dulu. Pemberian langsung dari Tuhan yang sudah jelas terbaik buat gue. Tapi sayangnya, gue nggak tau caranya buat kembali. Makanya pas liat elo, gue deketin elo, Faye. Gue mau kita cari jalan sama-sama dan pulang sama-sama. Please, percaya. Gue nggak bohong sama sekali," tutur Juanda panjang lebar.

Fayena kembali menangis sambil meremat kepalanya dengan kedua tangan. Gadis itu menelungkupkan wajahnya di kedua lututnya. Juanda mendekati gadis itu, lalu menepuk pundaknya dengan lembut untuk menenangkan.

"Gue nggak maksa lo percaya sekarang, Fayena. Gue bakal tunggu sampai lo yakin sama ucapan gue. Gue janji nggak akan bahas soal ini lagi. Tapi gue harap, lo pertimbangkan buat percaya. Bahas ini ke gue kalau emang lo mulai penasaran," ucap Juanda tersenyum tipis. Ia memutuskan untuk mendekati Fayena pelan-pelan saja agar gadis itu tak melarikan diri darinya. Kemustahilan ini memang sulit dipercaya.

Hari ini bagaikan sebuah mimpi bagi Fayena. Malam yang tengah diguyur hujan yang deras, Fayena terjaga. Dirinya memang berada di kasur empuk yang nyaman, tetapi rasanya ia merasakan sesak yang tak dapat ia jelaskan. Seperti di ruangan sempit dan ia tak bisa lari kemanapun. Haruskah ia percaya pada Juanda yang membawa jalan pulang, atau memilih sebuah cahaya yang ia akan adalah kehidupan terbaiknya?

Gadis itu bangkit dari kasur, berjalan menuju jendela. Tak sengaja ia melihat Juanda sedang duduk menyendiri menatap hujan yang turun malam ini.

Apakah benar Juanda adalah orang di kehidupan sebelumnya? Jika benar, pantas saja Fayena merasa nyaman padanya bahkan dalam waktu yang singkat. Fayena teringat pertemuan pertamanya dengan Juanda di acara musik itu. Juanda mendatanginya dan mengaku sebagai penggemar sekaligus staff pada acara itu.

"Faye?"

Fayena langsung tersadar dari lamunanya. Ternyata Juanda melihat keberadaanya di balik jendela. Fayena menutup tirai, lalu meraih selimut tipis berwarna merah muda. Gadis itu berjalan keluar kamar. Tujuannya adalah mendatangi Juanda.

Juanda masih menengok jendela Fayena hingga kepalanya ia paksakan memanjang untuk melihat lebih ke jendela itu. Tanpa ia sadari Fayena sudah ada di belakangnya.

"Udah pendekin lagi kepalanya. Gue di sini," tegur Fayena.

Juanda langsung menoleh, lalu tertawa konyol melihat sosok Fayena di hadapannya. Gadis itu duduk pada bangku samping Juanda.

"Gue pikir lo ngambek, Fay. Kan gue jadi merasa bersalah banget soal tadi pagi. Lo juga diemin gue seharian, di kamar terus," ujar Juanda.

Fayena tersenyum miris. "Sorry ya, Wan. Gue bertingkah kayak itu seolah-olah lo yang paling salah. Harusnya gue nggak nyalahin elo. Kan apa aja bisa terjadi di dunia yang luas ini," ucap Fayena terdengar lembut.

Juanda tersenyum lega akhirnya Fayena bisa berlapang dada pada permasalahan yang ada. Jadi ... mereka baikkan, bukan?

"Syukur deh. Gelisah banget pas lo cuek gitu. Udah kayak didiemin emak," gurau Juanda.

"Emang gue emak lo?" sahut Fayena tertawa pelan.

Mereka sejenak terdiam menikmati hawa yang sejuk, suara hujan lebat, dan pemandangan yang indah desa Grawang Telu.

"Besok ajak gue ke kali, ya. Pengen banget ngerasain mandi di aliran air gitu. Keknya sejuk banget deh. Sekalian lo fotoin gue. Kan lo jago banget nyari angel yang bagus," pinta Fayena.

"Siap. Gue bakal fotoin sampe galery hp lo penuh," sahut Juanda membuat Fayena kembali tertawa.

Pintu terbuka, menampilkan Imran yang keluar hanya mengenakan kaus oblong putih dan sarung. Beliau tersenyum lebar melihat Juanda dan Fayena yang tampak mengobrol.

"Berduaan di depan hujan asik kali, ya. Hahaha! Emang hujan-hujan gini momen yang paling nyaman buat ngobrol," ujar Imran seraya duduk di pembatas teras rumah.

"Nggak dingin, Om, pakek kutangan gitu doang?" tanya Juanda.

Imran mencebik sambil menggoyangkan tangan kirinya. "Enggak. Sudah kebal sama cuaca apapun. Panas-dingin kutangan mulu. Lebih plong napas kalau baju kayak gini," sahutnya agak sombong.

"Masuk angin ntar Tante yang ribet, Om," gurau Fayena.

"Malah asik kali," sahut Imran mengundang tawa mereka bertiga.

Juanda jadi ingat soal Ananda Mahardi yang menggantikan perannya menjadi anak dari kedua orang tua Juanda yang dulu. Ia pikir bertanya dengan Om Imran adalah hal yang tepat.

"Oh iya, Om. Om kenal Ananda Mahardi, nggak?"

"Oh, anaknya Bu Fatmala? Yang rumahnya gede itu, kan? Di dekat simpang tiga itu?" tebak Imran sangat tepat sekali.

"Bener, Om. Dia ... sekarang statusnya, apa? Mahasiswa atau udah kerja?"

"Nanda mah mahasiswa di universitas luar negeri, Wan. Baru aja pulang dua hari lalu buat liburan ke desa ini, kumpul sama orang tuanya. Beruntung banget bisa kuliah di Jerman. Ya wajar sih orang tuanya aja kaya. Om juga kalau sekaya itu, bakal kuliahin anak Om ke luar negeri. Sayangnya Hasan cuma mampu Om kuliahin di dalam negeri," tutur Imran menjelaskan.

Juanda terdiam mendengarnya. Ia tiba-tiba merindukan sosok ibu dan ayahnya yang dulu sangat mempedulikannya, merawatnya dengan baik, dan menyayanginya dengan tulus. Kekangan itu bahkan Juanda rindukan sekarang.

Fayena menoleh pada Juanda yang tiba-tiba murung. Gadis itu tiba-tiba teringat sosok Ananda yang tadi pagi ia temui bersama Juanda.

"Kalau cerita Juanda beneran ... berarti yang menggantikan peran dia si Ananda itu dong? Kok Juanda malah tertekan dengan kehidupannya dulu, ya. Padahal enak dan nyaman banget. Bener-bener kurang bersyukur nih anak," batin Fayena.

"Kenapa, Wan? Kok kamu tiba-tiba pundung gitu? Iri, ya?" tanya Imran sambil menggoda keponakannya. Beliau tertawa renyah. "Yang namanya takdir, itu sama rata porsinya dikasih Tuhan, Wan. Cuma beda-beda letak, cara, wujud, dan hasilnya aja. Sama sebenernya. Ada bahagia, sedih, duka, gembira, dan sebagainya. Porsi sama, nggak berat sebelah. Tapi ya ... kalau di pikirin sama akal yang kurang nyampe atau kurang bersyukur, pasti merasa hidupnya nggak adil. Padahal, Tuhan kita itu Yang Maha Adil," cetus Imran. Sukses membuat kedua anak muda itu merasa tertohok.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When Flowers Learn to Smile Again
826      615     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
KSATRIA DAN PERI BIRU
178      146     0     
Fantasy
Aku masih berlari. Dan masih akan terus berlari untuk meninggalkan tempat ini. Tempat ini bukan duniaku. Mereka menyebutnya Whiteland. Aku berbeda dengan para siswa. Mereka tak mengenal lelah menghadapi rintangan, selalu patuh pada perintah alam semesta. Tapi tidak denganku. Lalu bagaimana bisa aku menghadapi Rick? Seorang ksatria tangguh yang tidak terkalahkan. Seorang pria yang tiba-tiba ...
Dalam Satu Ruang
134      88     2     
Inspirational
Dalam Satu Ruang kita akan mengikuti cerita Kalila—Seorang gadis SMA yang ditugaskan oleh guru BKnya untuk menjalankan suatu program. Bersama ketiga temannya, Kalila akan melalui suka duka selama menjadi konselor sebaya dan juga kejadian-kejadian yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Unframed
473      359     5     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Surat Dari Masa Lalu
1528      769     8     
Fantasy
Terresa menemukan dirinya terbangun di kehidupan masa lalu. Setelah membaca surat yang dikirim oleh seseorang bernama Beverla Tuwiguna Darma. Dirinya memang menginginkan kembali ke masa lalu agar dia bisa memperbaiki takdirnya, namun bukan sampai ke kehidupan zaman kuno seperti yang terjadi saat ini. Dia harus menemukan kunci agar dia bisa kembali ke zamannya sendiri. Petualangan Terresa akan dim...
No Life, No Love
991      790     2     
True Story
Erilya memiliki cita-cita sebagai editor buku. Dia ingin membantu mengembangkan karya-karya penulis hebat di masa depan. Alhasil dia mengambil juruan Sastra Indonesia untuk melancarkan mimpinya. Sayangnya, zaman semakin berubah. Overpopulasi membuat Erilya mulai goyah dengan mimpi-mimpi yang pernah dia harapkan. Banyak saingan untuk masuk di dunia tersebut. Gelar sarjana pun menjadi tidak berguna...
Bukan Bidadari Impian
131      104     2     
Romance
Mengisahkan tentang wanita bernama Farhana—putri dari seorang penjual nasi rames, yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dengan putra Kiai Furqon. Pria itu biasa di panggil dengan sebutan Gus. Farhana, wanita yang berparas biasa saja itu, terlalu baik. Hingga Gus Furqon tidak mempunyai alasan untuk meninggalkannya. Namun, siapa sangka? Perhatian Gus Furqon selama ini ternyata karena a...
Senja di Balik Jendela Berembun
18      18     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
God, why me?
187      152     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...
The Maze Of Madness
5209      1883     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...