Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Pagi-pagi sekali Fayena dan Juanda keluar dari rumah untuk jalan santai. Fayena memakai hijab, tanpa riasan, dan memakai kacamata bening supaya tampilannya berbeda. Bahkan ketika berpapasan dengan beberapa warga, tak ada yang mengenali gadis itu. Juanda mengakui bahwa mereka berdua adalah keponakan dan adik sepupu.

"Enak juga ya suasana di desa ini. Adem dan hijau banget. Pas banget buat gue yang lagi suntuk luar biasa. Tapi gue putusin buat nggak mikirin kejadian kemarin sih. Gue bener-bener bertekad buat ngelupain sebelum Regina menghubungi kita," ucap Fayena.

"Mending gitu sih. Biar kamu--lo maksudnya. Biar lo nggak stress. Soalnya mau lo stress pun masalah nggak bakal kelar gitu aja. Mending bawa santai dulu," sahut Juanda.

Fayena mengangguk setuju. "Oh iya. Lo bilang dulu tinggal di sini, kan? Mana rumahnya?"

Juanda terkejut mendengar pertanyaan Fayena yang sulit untuk ia jawab. Malangnya Juanda tak menyediakan jawaban apapun tadi malam. Harusnya ia bisa lebih antisipasi dengan pertanyaan tak terduga seperti ini.

"Eungg ... rumah gue di ... di sana! Tuh dekat belokan itu. Cuma sekarang ya didiemin orang pastinya. Ya kan udah dijual," sahut Juanda seraya menunjuk ke arah belokan tak jauh dari mereka.

"Ke sana, yuk! Gue mau lihat rumah lo yang dulu. Pasti lo kangen deh rumah yang dulu lo tempati. Abis itu kita ke rumahnya Yena, ya," pinta Fayena.

Juanda meneguk salivanya susah payah. Mengapa ia tiba-tiba gugup seperti ini? Padahal mereka hanya akan melihat-lihat dari luar saja. Fayena tak mungkin mencari tahu lebih dalam karena ia dalam masa penyamaran.

"Juanda! Malah bengong. Ayok cepetan!" Fayena meraih lengan Juanda, lalu menggendengnya untuk mempercepat langkah. Seketika Juanda mengingat kembali momen dirinya dengan Fayena dulu. Waktu itu ... pertama kalinya Fayena mengatakan cinta pada Juanda.

FLASHBACK

"A-aku ... aku-aku suka kamu," ucap Fayena di hadapan Juanda. Kedua pipi gadis berkulit putih dan rambut keriting yang sedikit menjuntai di pelipisnya pun memerah seketika. Fayena langsung berbalik badan dengan perasaan yang teramat gelisah. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ia sungguh takut jikalau Juanda malah memarahinya.

"Aku juga cinta sama, Faye. Faye, kamu itu cewek yang paling cantik dan baik yang pernah aku kenal. Nggak ada kesialan dari Faye. Kalau emang ada, aku yang bakal temenin Faye menghadapinya. Faye mau kan jadi pacar aku?"

Gadis itu kembali bersemu. Ia menoleh sejenak, lalu menarik lengan baju Juanda dengan cara yang menggemaskan. Juanda tersenyum lebar begitu lengannya ditarik lembut Fayena entah tujuannya ke mana. Hingga sampailah mereka di bawah rumah pohon. Juanda menoleh pada Fayena yang menunjuk rumah pohon itu.

"Mau berdua di sana," ujarnya.

"Faye yang buat?"

Fayena mengangguk malu, walau ekspresinya terlihat sangat datar. Juanda pun mengikuti Fayena yang naik lebih dulu ke atas dengan bantuan tangga. Saat mereka berdua ada di rumah pohon, keduanya duduk berduaan sambil menikmati keadaan di bawah dari atas.

"Wah, aku baru tahu kamu punya rumah pohon ini. Gimana cara buatnya?''

''Ayah yang buat, Juan. Dulu aku ke sini sama ayah. Udah lama nggak baik ke sini sama seseorang. N-ngajak kamu cuma ... cuma coba-coba aja siapa tahu mau temani," ucap Fayena terdengar kaku.

Juanda tersenyum sambil mengangguk lembut. "Jadi, jawaban kamu apa soal pertanyaan aku di atas? Mau nggak?"

Fayena dengan kepala menunduk dan pipi yang bersemu pun mengangguk. Juanda tak bisa menutupi pekikan senangnya.

"YEAY! Akhirnya bisa jadi pacar Faye juga. Faye mau dipanggil apa? S-sayang, Beb, atau ..."

"Fayena," sahut Fayena lekas. "Sebab nama Fayena dibuat oleh penuh cinta oleh ayahku, Juan. Udah lama aku nggak denger panggilan itu keluar dari mulut seorang pria. Apalagi ... kamu juga selembut ayahku dulu. Maaf kesannya aku menyamakan kamu dengan ayah. Tapi kamu setara dengan ayah yang aku cintai," ucapnya jujur.

Juanda tersenyum senang mendengar penuturan gadis itu. Ia tak menduga jikalau Fayena begitu menyukainya hingga menyamakan dirinya dengan sang Ayah yang ia cintai. Sayangnya, orang terkasih itu telah pergi dari hidupnya.

Flashback End

Juanda tersenyum dalam lamunanya hingga tak sadar jikalau ia sudah berada di depan rumahnya bersama Fayena. Juanda yang yang ditepuk Fayena lengannya, baru sadar akan lamunannya. Ia membulatkan matanya melihat rumahnya yang sebelumnya ada di hadapannya.

"Ini gue bakal dikenali nggak, ya? Tapi kayaknya enggak deh. Cuma kan ... pasti ada yang gantiin gue. Siapa?"

"Wah ... rumah lo ternyata paling besar di desa ini, ya? Mana halamannya luas. Coba aja rumahnya nggak dijual, pasti kita bisa masuk ke dalamnya," decak Fayena.

Seorang pria datang mengenakan pakaian olahraga sambil membawa buku pelajaran. Pria dengan pakaian trainingnya memasuki halaman rumah. Ia sempat menoleh pada Juanda dan Fayena yang ada di depan rumahnya.

"Lagi cari siapa, ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya pemuda yang seumuran dengan Juanda.

''Mau tau aja anaknya pemilik rumah ini yang mana," sahut Juanda mencoba memancing penjelasan dari orang yang ia ajak bicara.

"Saya itu, Mas. Saya Ananda Mahari. Ada apa ya cari saya?" ujar pemuda yang ternyata pengganti Juanda pada di keluarga itu.

Juanda terkejut mendengar nama orang yang menggantikan posisinya yang sekarang. Tapi ... mengapa Ananda terlihat bahagia padahal kehidupannya terlalu dikekang? Itu yang ada di pikirannya saat ini.

"O-oh gapapa pengin tahu aja. Kali aja teman lama, soalnya dulu tinggal di sini juga. Ya udah kami permisi, ya." Juanda langsung menarik Fayena pergi dari sana dengan cepat.

Juanda telah berhenti menariknya, hingga sampai mereka cukup jauh dari sana. Fayena pun langsung buka suara. "Juan, tadi lo kenapa sih? Lo kayak ada masalah sama gitu sama orang tadi," ucapnya Fayena bertanya-tanya.

Juanda menoleh Fayena dengan senyuman manisnya. "Nggak ada apa-apa. Ini lo mau nggak gue ajak ke rumah Yena aja?"

"Iiiih jawab dulu! Tadi kenapa lo kayak tergesa-gesa ngomong sama dia? Nggak ada masalah apa-apa kan, Juan?'

Juanda mengembuskan napasnya dengan sabar. "Biar nggak ketahuan ayah dan ibunya. Soalnya setahu gue kedua orang tuanya itu emang terlalu berlebihan ngejaga putranya dari orang lain. Takut aja disangka bawa pengaruh nggak baik buat anaknya," tutur Juanda mengarang jawaban dengan sangat baik.

Fayena mengangguk tanda ia mempercayai setiap tutur kata yang Juanda ucapkan. "Ya udah kita ke rumahnya Yena aja. Apa dia bakal semirip gue, ya?"

"Tapi kayaknya Yena udah nggak ada di sini deh, Fay. Soalnya gue ... gue pernah nanya soal Yena ke Om gue tapi hasilnya nihil. Katanya Yena udah beberapa bulan yang lalu pindah rumah. Tapi gapapa, gue tetap bakal tunjukin rumah Yena yang dulu," ujar Juanda mulai lihai berbicara di depan kamera.

"Yah ... nggak bisa ketemu Yena deh. Padahal gue penasaran banget. Kok bisa mirip gue banget. Kalau beneran mirip, kan bisa tuh gue ajak kerja bareng. Siapa tahu dia juga punya bakat, kan?"

Juanda kembali menarik lembut tangan Fayena. Pemuda itu sudah tak sungkan lagi, ia telah menganggap Fayena yang sekarang adalah Fayena-nya yang dulu. Bahkan Fayena sendiri seperti merasakan deja vu. Ia seperti pernah digandeng Juanda seperti ini dan anehnya ia merasa nyaman dengan perlakuan Juanda.

Sampailah mereka di depan rumah Fayena yang dulu. Fayena tiba-tiba merasakan jantungnya berdegup kencang, darahnya seakan berdesir. Apa ini? Mengapa ia kembali merasakan perasaan kuat ketika sesuatu menyangkut Yena.

Perlahan kedua kaki gadis itu melangkah mendekati rumah Fayena yang dulu. Juanda membiarkan Fayena dengan langkah getirnya menghampiri rumahnya. Gadis itu kembali berkaca-kaca, kesedihan di dalam hatinya tiba-tiba menguak begitu saja. Setiap sudut rumah bagian luar yang ia hampiri, mengingatkan dirinya pada ingatan seseorang yang bahkan ia yakin tak pernah merasakannya sebelumnya.

Pemandian di belakang rumah membuat Fayena ingat bagaimana dirinya yang dulu memasang kain-kain lusuh untuk melindungi dirinya dari mata nakal pria yang mungkin sedang mengintipnya mandi. Sebuah bejana sedang yang telah dipenuhi oleh lumut dulunya ia isi dengan air dari dalam sumur kecil.

Fayena kembali berjalan mendekati pintu dapur. Ternyata pintu dapur itu tak terkunci. Fayena memberanikan diri untuk ke dalam. Tak ada siapa-siapa di dalamnya. Namun dapur tersebut mengingatkan dirinya akan aktivitas seseorang yang sedang memasak nasi, menggoreng ikan kecil, memasak sayur, dan memasak air panas. Gadis di dalam ingatannya itu makan seorang diri sambil menangis merindukan seseorang.

Fayena yang tadinya berusaha menahan isak tangisnya, jatuh berlutut dengan derai air mata. Ia menggeleng ribut berusaha menghalau ingatan yang begitu berkecamuk. Ingatan siapa itu? Siapa sebenarnya sosok Yena yang disebut oleh Juanda?

"Nggak. Ini nggak mungkin kebetulan. Gue kayak gini semenjak Juanda datang dalam hidup gue. Semenjak gue liat lukisan Juanda yang nggak senagaja kirim--" Fayena terdiam sejenak begitu mendapatkan sebuah pemikiran baru tentang apa yang menimpanya sekarang. "Apa Juanda sengaja ngirim lukisan itu? Supaya gue ingat soal Yena? Tapi buat apa? Siapa Juanda?"

Fayena kembali berdiri. Ia melangkah lebih dalam memasuki rumah itu. Fayena membuka sebuah kamar kecil. Tak ada banyak barang di sana. Hanya ada kasur tipis, lemari kecil, dan meja kecil. Di meja tersebut terdapat sebuah figura yang memancing Fayena untul mendekat.

Betapa terkejutnya Fayena melihat potret yang ada di dalam figura itu. Tampak Juanda bersama dirinya dengan tampilan sederhana dan rambut ikal sedang berpose bersama di depan sebuah saung.

"I-ini gue?" Fayena menggeleng tak percaya. "Ini gue sama Juanda? J-jadi Yena yang dia maksud benar-benar persis kayak gue?" Fayena langsung terduduk bersimpuh di lantai dengan tatapan nanar ke arah jendela kecil yang terbuka. Tampak sosok Juanda muncul di sana. "Juanda ... lo berhutang penjalasan sama gue."
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mesin Waktu Ke Luar Angkasa
123      110     0     
Romance
Sebuah kisah kasih tak sampai.
Train to Heaven
975      654     2     
Fantasy
Bagaimana jika kereta yang kamu naiki mengalami kecelakaan dan kamu terlempar di kereta misterius yang berbeda dari sebelumnya? Kasih pulang ke daerah asalnya setelah lulus menjadi Sarjana di Bandung. Di perjalanan, ternyata kereta yang dia naiki mengalami kecelakaan dan dia di gerbong 1 mengalami dampak yang parah. Saat bangun, ia mendapati dirinya berpindah tempat di kereta yang tidak ia ken...
Aku Ibu Bipolar
46      39     1     
True Story
Indah Larasati, 30 tahun. Seorang penulis, ibu, istri, dan penyintas gangguan bipolar. Di balik namanya yang indah, tersimpan pergulatan batin yang penuh luka dan air mata. Hari-harinya dipenuhi amarah yang meledak tiba-tiba, lalu berubah menjadi tangis dan penyesalan yang mengguncang. Depresi menjadi teman akrab, sementara fase mania menjerumuskannya dalam euforia semu yang melelahkan. Namun...
Dimension of desire
205      173     0     
Inspirational
Bianna tidak menyangka dirinya dapat menemukan Diamonds In White Zone, sebuah tempat mistis bin ajaib yang dapat mewujudkan imajinasi siapapun yang masuk ke dalamnya. Dengan keajaiban yang dia temukan di sana, Bianna memutuskan untuk mencari jati dirinya dan mengalami kisah paling menyenangkan dalam hidupnya
Can You Be My D?
77      71     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
116      93     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
759      517     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Tok! Tok! Magazine!
87      75     1     
Fantasy
"Let the magic flow into your veins." ••• Marie tidak pernah menyangka ia akan bisa menjadi siswa sekolah sihir di usianya yang ke-8. Bermodal rasa senang dan penasaran, Marie mulai menjalani harinya sebagai siswa di dua dimensi berbeda. Seiring bertambah usia, Marie mulai menguasai banyak pengetahuan khususnya tentang ramuan sihir. Ia juga mampu melakukan telepati dengan benda mat...
Mana of love
234      166     1     
Fantasy
Sinopsis Didalam sebuah dimensi ilusi yang tersembunyi dan tidak diketahui, seorang gadis tanpa sengaja terjebak didalam sebuah permainan yang sudah diatur sejak lama. Dia harus menggantikan peran seorang anak bangsawan muda yang dikenal bodoh yang tidak bisa menguasai teknik adu pedang yang dianggap bidang unggul oleh keluarganya. Namun, alur hidup ternyata jauh lebih kompleks dari ya...
CHANGE
482      344     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...