Fayena memasuki rumahnya dengan decakan keras. Hari ini mood-nya benar-benar buruk karena kelakuan Alfino yang sama sekali tak bisa profesional dalam karirnya. Harusnya kekasihnya itu tak membuat keputusan seperti itu. Hanya karena ia menjadi lawan main aktor Gabriel, bukan berarti ia kalah atau merasa tersaingi. Ini hanya tentang pekerjaan, akting, bukan sungguhan. Lagipula series yang ia ambil ini bukan genre romansa dewasa yang bagaimana-bagaimana.
Fayena membuka kulkas, mengambil puding susu dan jus stroberi kesukaannya. Untuk mendinginkan kepala yang memanas karena permasalahan hidup, makan adalah solusi terbaik untuk seorang Fayena. Selagi tak bersama Regina, ia bisa makan apa saja tanpa diwanti-wanti untuk menjaga makanan atau defisit kalori.
Fayena membawa makanan dan minuman itu ke depan televisi. Duduk di sofa sambil menonton drama series yang sedang tayang saat ini. Hitung-hitung bisa sambil belajar akting dengan cara mengamati dengan saksama. Pada drama itu, menampilkan sosok gadis seusianya yang sedang membantu ibunya memanen kentang. Saat melihat remaja seusianya sedang berselfi di pinggir ladang, membuat gadis itu merasa iri. Gadis pemeran utama drama itu pun mendekat untuk bisa berteman dengan para remaja itu, tetapi sayangnya ia dijauhi. Gadis itu tertunduk sedih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kok sedih banget, ya. Berasa deja vu deh gue," monolog Fayena sambil melahap puding susunya. "Kayak pernah ngalamin, tapi kapan? Di mimpi kali, ya."
Suara bel berbunyi rumahnya berbunyi, membuat Fayena mau tak mau meninggalkan ruang tengah menuju pintu. Pada dinding dekat pintu menempel sebuah tablet yang menampilkan keadaan di luar rumah. Tampak Regina berdiri di depan pintunya membawa tas belanja Fayena pun membuka pintunya.
"Kenapa? Gue nggak ada jadwal, kan?"
"Iya nggak ada jadwal hari ini. Tapi besok kan ada, Fay. Lo kebiasaan deh lupa sama jadwal sendiri. Lo ada manggung di acara music pinggir pantai. Nih, kostum yang cocok buat lo. Gue udah beli, lo tinggal transfer ke gue. Kan lo nggak mau baju dari agensi," celoteh Regina menyerahkan tas belanja pada artisnya.
Fayena mengambil tas belanja itu. "Ya kan ada elu yang tugasnya ingetin jadwal gue. Eh, ini penyanyi yang datang banyak nggak si? Gue kebagian manggung nomor berapa?"
"Agak ke penutupan acara sih. Tapi tetap aja yang punya acara pengin semua artis yang diundang harus datang di awal acara. Jadi ada sesi pemotretan gitu. Nah, elu sebagai salah satu penyanyi harus ikut foto jugalah. Ini acaranya pagi, ya. Sekitar jam delapan sudah harus siap-siap lo. Di jalan udah setengah jam, jadi pas aja kita sampe di sana jam sembilan. Gue balik, ya. Makan lo dijaga jangan ngasal hap!"
"Iya bawel. Mulut lo nggak pegel apa habis nyerocos langsung ngingetin gue soal makanan. Dahlah gue nggak mau diomelin hari ini. Alfino ngambek sama gue," cetus Fayena hendak menutup pintu, tetapi Regina menahan pintu dengan tangannya."Apa lagi sih, Re?" Fayena bertanya malas.
"Lo belum putus sama Alfino?"
"Gue baik-baik aja sama dia masa putus," sahut Fayena.
"Lah kan minggu kemarin lo udah ada ngomong mau putusin dia? Gegara dia terlalu possesif sampai bentak fans lo."
Fayena menunjukkan cengirannya. "Ya gimana Alfino manis banget sama gue pas ke sini dua hari yang lalu. Gue mah kalau dia udah mode soft spoken gitu udah nggak bisa ngapa-ngapain," lontar Fayena senyum-senyum tak jelas.
"Wah, parah sih lo. Bener-bener jadi cewek gampangan banget. Lo belum aja ngerasain dia main tangan, Faye. Gue udah ngingetin lo puluhan kali loh," komentar Regina.
"Dan gue nggak peduli. Babay Regina!"
BRAK! Fayena menutup pintu rumahnya dengan cepat, membuat Regina tak dapat melanjutkan petuahnya pada gadis itu. Regina pun mau tak mau berbalik badan meninggalkan rumah Fayena. Toh, kalau ada apa-apa Fayena akan mengeluh padanya. Pada saat itulah Regina akan mengeluarkan ultimatumnya yang sangat menggelora.
Di sisi lain, Alfino memasuki rumahnya dengan seorang wanita yang berumur sedikit lebih tua. Namun, memiliki tubuh yang langsing dan dandanan khas anak muda. Alfino membawa wanita yang menempel padanya itu ke ruang tengah, mempersilakan wanita cantik itu duduk di sana.
"Melin, tunggu di sini dulu, ya. Aku mau ganti baju dulu," ucap Alfino.
Melin atau bernama lengkap Melinda Yulina itu mengangguk sambil tersenyum manis. Alfino pun meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Namun, ia malah berpapasan dengan seorang pria yang terlihat sebaya dengannya. Pria perawakan tinggi, sedikit kurus, dan rambut mangkuk itu menghalangi jalan Alfino, membuat delikan tajam Alfino tertuju padanya.
"Minggir, nggak!"
"Lo bawa cewek mana lagi ke rumah? Al, lo inget nggak pesan Papah apa? Jangan ajak cewek manapun lagi ke rumah apalagi mamah dan papah lagi ke luar kota. Papah juga nyuruh lo putus sama pacar lo biar karir lo tetap bagus," ujar adik tiri dari Alfino yang bernama Juanda Febri.
"Bisa nggak usah ikut campur, nggak? Lagian tuh cewek bukan pacar gue. Gue cuma main-main doang sama dia, temenin buat malam ini doang. Pacar gue mah penyanyi cantik terkenal. Lo tau nggak si Fayena? Dia pacar gue. Dan papah berharap gue putus dari dia? Nggak akan pernah," ungkap Alfino seraya mendorong Juanda ke samping.
Juanda tertegun mendengar nama Fayena disebut oleh Alfino. Juanda langsung berlari ke kamarnya yang terletak di samping kamar Alfino. Tujunya adalah laptop yang ada di meja belajar. Tangannya dengan lihai menekan keyboard mengetikan nama Fayena. Hingga penelusuran menampilkan potret cantik Fayena beserta data dirinya. Fayena Clariska adalah seorang penyanyi terkenal sejak lima tahun terakhir. Fayena memiliki sekitar dua puluh singel dan pernah menjadi cameo di beberapa drama.
"Faye ... ini beneran kamu?" gumam Juanda langsung tersandar ke kursi. Ia sungguh tak menyangka Fayena ada pada takdir ini juga. "Tapi ... apa ini Faye dalam versi yang gue kenal atau emang cuma sekadar tokoh pelengkap pada kehidupan gue yang sekarang?"
Juanda melanjutkan mencari informasi tentang Fayena di ponselnya. Ia mulai mengikuti akun sosial media Fayena dan melihat-lihat postingannya. Sudah ada lebih dari seribu postingan pada akun penyanyi bernama Fayena itu. Berarti ada kemungkinan Fayena yang ini bukanlah Fayena yang ia kenal di kehidupan sebelumnya. Juanda melihat postingan yang baru saja di upload oleh Fayena. Pada potingan itu menampilka sebuah potret pantai dengan nama sebuah acara musik pada potret itu.
"Jadi Fayena si penyanyi ini bakal tampil ke acara ini besok? Berarti gue harus ke sana buat pastiin secara langsung tuh cewek beneran Fayena di dunia ini atau malah Fayena yang gue kenal di desa Grawang Telu," gumam Juanda mengangguk yakin dengan keputusan yang baru saja ia buat.
Esok harinya, Fayena dan Regina di perjalanan menuju pantai Luputan. Mereka diikuti satu mobil lagi yang berisi stylist dan beberapa bodyguard dari agensi yang menaungi Fayena. Perjalanan menuju pantai itu tergolong lancar karena mereka berangkat pagi-pagi sekali. Walau Fayena baru berdandan seadanya.
"Faye, lo jangan tidur lagi. Ntar pas keluar mobil mata lo merah. Inget, lo kudu jaga image di depan para fans lo. Mereka sudah pasti pada nyerbu lo pas turun dari mobil nanti," ujar Regina menegur Fayena yang nyaris menuju alam mimpi.
"Yaelah padahal gue ngantuk banget," keluh Fayena sambil menguap lebar.
"Biar nggak ngantuk gue ajak ngobrol deh. Gimana kondisi nyokap lo? Udah baikan apa belum sama bokap lo?"
Fayena kembali teringat pada orang tuanya yang sudah dua minggu ini tak saling berjumpa, sebab terakhir kali Fayena berkunjung, orang tuanya sedang berkelahi. Ayah Fayena memutuskan pergi dari rumah, lalu keadaan ibu Fayena setelahnya malah drop karena tinggi darah.
"Kata nenek gue sih mendingan, ya. Ck, gue nggak ada waktu buat jengukin. Lagipula kalau gue jengukin, palingan gue dikucilkan lagi sama mereka. Gue capek, Re, pemikiran mereka ke gue gitu mulu. Ungkit masalah gue yang nggak bisa jaga kehormatan. Padahal gue nggak pernah jebol sama sekali anjir. Tapi tetap aja sodara dari nyokap rempong abis. Udah pasti karena iri liat ketenaran gue. Tiap ngumpul pas hari raya, tuh orang ngebanggain suara anaknya. Ya salah sendiri banggain suara anak di hadapan seorang penyanyi," celoteh Fayena panjang lebar.
"Tapi emang bener sih, lo kudu santai aja. Jangan apa-apa pengin diselesaikan cepat. Gue cuma takutnya gini, bokap lo yang emang setengah waras itu malah koar-koar depan orang kalau dia bokap lo," ujar Regina. "Kan bakal langsung viral tuh pengakuannya," lanjutnya lagi.
"Makanya gue turuti aja apa mau dia. Mau duit ya gue kasih daripada ngancem soal ketenaran gue saat ini. Sumpah gue pening banget kalau mikirin soal orang tua gue. Makanya gue malas bahas mereka. Mana nyokap gue kecintaan banget sama bokap. Sampai ngomong kalau bokap nggak ngajak dia cerai, maka nggak akan ada perceraian. Gitu," tutur Fayena.
Mereka akhirnya sampai di lokasi. Benar saja, para fans yang datang lebih awal langsung menyerbu. Bahkan ada reporter juga yang meliput kedatangan Fayena. Begitu keluar dari mobil, Fayena langsung tersenyum lebar menyapa para penggemarnya. Ia bersikap sangat ramah, lalu memberikan mereka tandatangan dan foto bersama. Para bodyguard pun langsung mengawal Fayena ke ruangan artis setelah meladeni beberapa fans tersebut.
Fayena akhirnya bisa bernapas dengan lega begitu sampai di ruangan artis. Ia langsung duduk di kursi depan cermin untuk beristirahat. Katanya waktu pemotretan akan dilakukan setengah jam lagi. Masih ada waktu untuk Fayena dilayani oleh stylist-nya.
Saat sedang asyik didandani, seorang pria dengan topi putih memasuki ruangan yang Fayena tempati. Pria itu tak lain adalah Juanda, salah satu kerabat yang mempunyai acara ini. Juanda memantapkan hati untuk menyapa Fayena dengan berdiri di sampingnya.
"Permisi, Fayena, ya?"
Fayena menoleh pada pria yang berdiri di sampingnya. Ia mengerutkan keningnya bingung melihat sosok pria yang baru saja ia temui. "Maaf, Mas-nya siapa, ya? Kok bisa masuk ke ruangan ini?"
"Saya salah satu staff kordinator acara ini, Fayena."
"Oh, maaf ya nggak tau. Ada perlu apa ya, Mas?" tanya Fayena dengan sopan. Dari raut wajahnya sama sekali tak menunjukkan bahwa Fayena mengenali sosok Juanda.
"Dia nggak kenal gue atau pura-pura nggak kenal sih?"