Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Dalam rentang waktu dua jam,  syuting Talk Show Goldvision akhirnya berhasil rampung. Fayena tersenyum ramah pada rekannya sambil menyalami mereka, walau tenaganya terasa terkuras habis hari ini untuk mengendalikan tatanan bahasa yang ia ucapkan, cara ia bersikap, selalu melampar senyum ke arah kamera, dan memikirkan jawaban yang aman ketika ditanyai oleh host.

Fayena duduk di sebuah kursi dengan raut wajah bagai kehilangan separuh jiwanya. Regina datang membawa jus mangga untuk artisnya yang terlihat sangat lelah padahal hanya berbincang di depan kamera saja.

''Lo kenapa sih, Faye? Hari ini kayak lain banget. Masa Talk Show doang dengan game kecil-kecilan malah kek lari marathon. Keringetan pula. Itu muka lo sudah pasti jadi sorotan karena terlalu tegang," celoteh Regina menatap Fayena yang sibuk menikmati jus mangga itu.

"Gue emang nggak fit banget hari ini, Re. Capek aja kayak butuh istirahat atau hiburan," ujar Fayena. Dirinya sendiri bingung, mengapa ia bisa selancar itu berbicara dengan Regina? Seakan-akan bukan hanya ia yang mengendalikan tubuhnya. Namun, bisa jadi karena ia mulai biasa dengan kedudukannya sekarang menjadi Fayena si artis terkenal itu? Ya, bisa jadi demikian. Sehingga Fayena tak perlu khawatir lagi, ia akan mengingat apa saja yang harus ia lakukan dan berbagai relasi yang dimiliki Fayena. "Berarti aku pelan-pelan bisa memiliki ingatan dan kebiasaan dari Fayena si Artis terkenal itu? Wah ... aku nggak sabar dengan sifat baruku yang mendalami karirku sebagai seseorang yang terkenal," batin Fayena diam-diam tersenyum senang.

"Setelah ini jadwal lo kosong. Jadi gue tinggal ke rumah bude gue gapapa, ya? Lo juga baru ada jadwal besok, Fay," ujar Regina sedikit merengek.

"Ya udah gapapa. Gue bisa kok naik mobil sendiri," sahut Fayena ringan. Lagi-lagi Fayena bingung, mengapa ia bisa menyahuti ucapan Regina seperti itu. Memangnya ia tahu apa tentang cara menyetir mobil?

Regina tersenyum lebar sambil memeluk Fayena. Walau lebih tua Regina dua tahun tetapi mereka berdua akrab sekali seperti sepantaran saja. Mereka tak pernah canggung satu sama lain bahkan pada hal yang memalukan sekalipun. "Iiih makasih ya, Faye. Lo baik banget dah jadi boss. Gue cabut, ya. Nih kunci mobil lo. Hati-hati lho, ya. Jangan sampai lo ngebut dan nabrak orang," ujar Regina memperingati sebelum benar-benar pergi dari hadapan Fayena.

Kini Fayena tinggal sendirian. Tidak, ada dua bodyguard-nya yang sedari tadi berjaga di sekitarnya. Dua pria dengan perawakan tinggi besar, satu orang tanpa rambut dan satu orang lagi berambut cepak. Namun, Fayena heran mengapa mereka berdua tak berani mengawalnya dari jarak dekat? Apakah memang sudah aturannya seperti itu?

Tiba-tiba ponsel Fayena berdering. Gadis itu langsung merogoh ponsel di dalam tas kecilnya bewarna hitam. Ada nama orang asing yang tertera pada layar ponsel tersebut, yakni Alfino Ziacler. Fayena mencoba mengingat nama pria itu dengan keras sambil merapalkan nama Afino Ziacler dalam hatinya.

"Alfino Ziacler ... Alfino Ziacler ... Alfino ...." Fayena membulatkan matanya mendengar suara di dalam kepalanya. Sekelebat ingatan tentang dirinya yang memanggil nama Alfino pun dapat ia lihat dengan jeals. Fayena tampak akrab dengan Alfino, yakni pria perawakan tinggi, berotot, dan rambut gondrong yang sangat mempesona. Hati Fayena tiba-tiba berbunga-bunga begitu melihat senyuman manis pria itu. Tubuh Fayena tersentak begitu dikejutkan kembali dengan dering panggilan dari Alfino pada ponsel Fayena. Maka dengan hembusan napas yang tenang, Fayena menerima panggilan itu.

"H-Halo, Alfino. Ada apa?" ucap Fayena seraya menempelkan ponsel ke telinganya.

"Kok lama jawabnya, Fay. Lagi dimana nih?"

"Aku di gedung Goldvision, Al. Ada apa, ya?"

"Lho, kamu lupa kita udah janjian di kafe Amora, Sayang?"

Fayena membulatkan matanya mendengar pria itu memanggilnya dengan kata "Sayang" apa hubungannya dengan pria itu begitu serius? Alfino itu adalah kekasih Fayena?

"Oke. Aku ke sana sekarang," sahut Fayena seraya mematikan sambungan teleponnya. Fayena bingung memikirkan ada hubungan apa dirinya dengan Alfino ini. Tak ada cara lain, ia harus segera menemui Alfino untuk mengetahui hubungan mereka. Fayena pun segera menghampiri dua bodyguard-nya dengan tampang dibuat santai saja.

"G-gue mau ke kafe temuin pacar gue. Lagi pusing banget jadi males nyetir. Salah satu dari kalian anterin gue ke kafe itu, ya?" ujar Fayena menyerahkan kunci mobilnya.

"Siap, Non!"

Beruntung sekali ada bodyguard-nya ada di sana. Fayena pun menuju kafe tersebut di antar oleh satu bodyguard menggunakan mobil miliknya.

Sepanjang perjalanan Fayena termenung. Ia memikirkan bagaimana caranya ia menyesuaikan dengan ingatan sosok Fayena yang ia tinggali saat ini. Dengan kondisi seperti hilang ingatan seperti ini membuat Fayena kesulitan untuk menjalani hidupnya. Tiba-tiba Fayena teringat penyebab ia berada di ruangan putih dan mendapatkan takdir barunya waktu itu. Dirinya dalam keadaan tak sadar diri, lalu tiba-tiba ada di sana. Maka Fayena bertekad kuat untuk ke sana lagi dengan cara tidur. Gadis itu segera menutup matanya, terus hanyut ke dalam alam bawah sadar sambil memikirkan tujuannya yang ingin kembali pada tempat putih itu lagi.

Bagaikan sebuah keajaiban, Fayena kembali ke tempat itu lagi. Di sana ternyata tersisa dua bingkai takdir. Bingkai pertama dirinya sebagai Fayena di desa dan bingkai kedua dirinya sebagai Fayena yang saat ini menjadi seorang penyanyi.

"Siapapun kamu yang berbicara pada saya waktu itu. Saya mohon bantu saya mendapatkan semua ingatan Fayena si penyanyi. Saya mengalami kesulitan dengan tak mengingat apa-apa ketika saya berada di sana," ucap Fayena entah pada siapa. Ia menelisik sekitar yang tak ada siapapun di sana. Hingga ia mendengar sebuah sahutan sama persis ketika pertama kali ia mendengar suara itu.

"Jika kamu ingin mendapatkan ingatanmu sebagai Fayena si penyanyi terkenal, maka semua ingatanmu tentang Fayena yang tinggal di desa akan hangus. Bahkan kamu tak bisa mengingat tempat ini lagi. Kamu akan sepenuhnya menjadi Fayena si Penyanyi itu. Bagaimana, kamu menerima itu semua, Fayena? Kamu tak akan mengingat tentang Pak Lusman dan Bu Iriyani lagi."

Fayena terkejut mendengar hal itu. Bagaimana bisa ia melupakan sosok orang tuanya yang telah rela merawatnya selama belasan tahun? Namun, ketika ia kembali mengingat kehidupan pahitnya, Fayena pun akhirnya bertekad untuk melupakan kehidupannya yang kelam tersebut.

"Baiklah. Saya siap melupakan kehidupan saya sebagai seorang Fayena di desa. Saya hanya ingin menjadi diri saya Fayena si Penyanyi secara penuh. Tolong bantu saya menjadi Fayena si Penyanyi seutuhnya. Saya siap menerima konsekuensinya," ucap Fayena yakin.

''Nona ... Nona Faye bangun, Non. Udah sampai, Non."

Samar-samar Fayena mendengar seseorang sedang membangunkannya. Begitu kedua matanya terbuka, Fayena berada di sebuah mobil. Fayena kebingungan sendiri melihat keberadaannya sekarang yang ada di depan Kafe Amora. Setelah berpikir keras, gadis itu menepuk jidatnya sendiri.

"Astaga jadi pelupa gini. Gue kan ke sini mau ketemu sama Alfino," ucap Fayena merutuki dirinya sendiri. "Saya masuk ke dalam dulu. Pak Zidan bisa pergi sekarang antar mobil ini ke agensi aja," ucapnya sebelum turun dari mobil. Fayena mengambil masker untuk menutupi wajahnya dan memakai topi warna hitam dengan rambut terurai menutupi bagian samping wajahnya.

Fayena memasuki kafe, tatapannya mengedar mencoba menemukan sosok yang ia cari. Ternyata kekasihnya Alfino Ziacler menunggunya di meja paling pojok dekat dinding kaca. Fayena tersenyum dari balik maskernya sambil mendekati cowok itu.

"Sayang!" ucap Fayena mengagetkan Alfino dengan memeluknya dari belakang.

Alfino berjengkit kaget, ia menoleh pada Fayena yang baru saja beralih duduk di hadapannya. Alfino tersenyum, ia langsung mencubit pipi gadis itu dengan gemas. "Datang juga sayangku ini. Macet ya di jalan jadi lama banget?"

Fayena mengangguk walau sejujurnya ia melupakan proses perjalanan tadi. Apakah benar-benar macet atau tidak.

"Ini kok kamu pesen tempat terbuka? Nggak mau di dalam aja pesen ruangan khusus?" tanya Fayena seraya menelisik sekitar yang cukup ramai pengunjung.

"Ya gapapa. Kan hubungan kita juga udah diketahui oleh publik. Buka dong maskernya. Masa aku nggak bisa liat kecantikan kamu," ujar Alfino terdengar seperti orang yang sedang merengek.

Fayena terkekeh, ia langsung membuka maskernya dan tersenyum pada Alfino. Kekasihnya itu memang memiliki hobi memandanginya secara intens setiap kali bertemu. Katanya, kecantikan Fayena membuat mood-nya yang awalnya buruk menjadi lebih baik, yang tadinya tak nafsu makan menjadi gairah untuk makan. Gombal? Fayena mengakui itu hanyalah gombalan Alfino sebab kekasihnya itu memiliki keahlian melakukan hal tersebut dengan sangat baik.

"Gimana drama terbaru kamu, udah ditentuin pemeran cowoknya siapa?''

Fayena yang sedang menyeruput minuman pun menggeleng. Ia meletakkan kembali jus alpukat itu ke meja. "Belum, Sayang. Cuma ada tiga kandidat sih. Ada Lucas, Gabriel, sama Nadi. Sutradaranya masih pilih-pilih, soalnya ketiga cowok punya aura yang cocok buat pemeran Haries," ungkapnya.

''Ck, kok si Gabriel jadi kandidat sih. Enggak-enggak! Pokoknya kamu harus ngomong ke sutradara kalau kamu nggak minat ambil peran kalau sama Gabriel. Gila kali musuh aku bisa main bareng sama kamu. Nggak rela aku, Sayang," cetus Alfino tampak sangat kesal. Fayena melihat ke kanan dan ke kiri barangkali ada yang mendengar ucapan Alfino.

"Kamu nih kalo ngomong asal cerocos deh, Al. Gimana kalau ada yang denger coba. Ini kita di tempat umum lo. Jangan sampai ada skandal dan karir kamu jadi penyanyi juga ancur. Lagian aku mana bisa banyak tingkah sih. Aku singer yang baru mau naik jadi pemeran utama sebuah drama series. Ya nggak bisa banyak maunya lah kayak aku aktris mahal aja yang bisa banyak tingkah," ujar Fayena menegur.

Alfino menganggat kedua tangannya dengan tatapan penuh keegoisan. "Pokoknya aku nggak mau tau. Aku nggak bakal mau ngomong sama kamu sampai keputusan tentang pemeran utama keluar. Dan pastikan kamu tolak kalau pemeran utama prianya si Gabriel. Bikin mood buruk aja," ujarnya sebelum beranjak pergi dari hadapan Fayena.

"Sayang kamu—"Fayena mengurungkan niatnya untuk meneriaki Alfino. Ia tak ingin menjadi pusat perhatian banyak orang. "Terus gue harus gimana kalau emang pemeran utamanya Gabriel?" gumam Fayena serba salah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Taruhan
48      46     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
PROMISES [RE-WRITE]
6076      1788     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
Matahari untuk Kita
670      393     9     
Inspirational
Sebagai seorang anak pertama di keluarga sederhana, hidup dalam lingkungan masyarakat dengan standar kuno, bagi Hadi Ardian bekerja lebih utama daripada sekolah. Selama 17 tahun dia hidup, mimpinya hanya untuk orangtua dan adik-adiknya. Hadi selalu menjalani hidupnya yang keras itu tanpa keluhan, memendamnya seorang diri. Kisah ini juga menceritakan tentang sahabatnya yang bernama Jelita. Gadis c...
FLOW : The life story
90      80     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
Azzash
308      253     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Tanda Tangan Takdir
156      133     1     
Inspirational
Arzul Sakarama, si bungsu dalam keluarga yang menganggap status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai simbol keberhasilan tertinggi, selalu berjuang untuk memenuhi ekspektasi keluarganya. Kakak-kakaknya sudah lebih dulu lulus CPNS: yang pertama menjadi dosen negeri, dan yang kedua bekerja di kantor pajak. Arzul, dengan harapan besar, mencoba tes CPNS selama tujuh tahun berturut-turut. Namun, kegagal...
DocDetec
241      180     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Forestee
482      340     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Sweet Punishment
169      104     9     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
I N E O
6467      1373     5     
Fantasy
❝Jadi, yang nyuri first kiss gue itu... merman?❞