Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reandra
MENU
About Us  

Aluna baru saja tiba di rumah. Ia baru kembali dari warung Mang Ijal untuk mengambil barang dagangannya. Ditengah merapikan barang dagangan yang tersisa di dapur ponselnya bergetar, menampilkan notifikasi dari grup kelas. Ia langsung meraih ponselnya. Ia sudah tahu hal yang membuat ponselnya terus membunyikan notifikasi.

Kabar tentang Andra selalu update di grup kelasnya. Meskipun ia dan Andra tidak satu kelas, namun berita itu menjadi satu hal yang hangat belakangan ini. Setiap kali ada berita terkait tentang Andra, tangan Luna gemetar, ia masih tidak percaya dengan kabar Andra yang tertangkap oleh polisi.

Luna tidak ingin sedikitpun tertinggal informasi tentang Andra. Bukan untuk menjadikan bahan gopis bersama teman-temannya, melainkan di dalam hatinya tumbuh tekad untuk membalas budi Andra. Sebab sosok yang dulu membantunya keluar dari masalah, kini justru terjebak dalam masalah. Jika ada suatu cara menolong Andra, ia ingin menjadi sosok orang pertama yang melakukannya.

Usai membaca pesan dari grup, merapikan peralatan dagangan dan menaruh sisa dagangan di atas piring, Luna masuk ke dalam kamar. Mengganti pakaian sekolah dengan pakaian santai rumah. Sesudah itu ia pun merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Bayang-bayang Andra sungguh menghantuinya.

"Luna."

"Lun!"

Suara teriakan yang dipastikan itu adalah Arka—abangnya. Luna hanya bisa menarik napas panjang. Jujur ia sudah lelah dengan sikap abangnya yang selalu berteriak-teriak jika memanggil namanya. Merasa Luna tak langsung menanggapi dirinya Arka merasa kesal. Arka membuka pintu kamar Luna tanpa izin.

"Astagfirullah! Benar-benar lu ya! Gua manggil-manggil malah enak rebahan di kasur!"

Luna hanya memandang Arka. Menunggu ucapan selanjutnya dari Arka.

"Cepat bikinin gua minuman sama camilan. Temen gua mau dateng," perintah Arka tanpa mengucapkan kata tolong.

"Cepetan!" teriak Arka yang sudah mulai kesal dengan sikap Luna.

"Benar-benar lo ya!"

Arka menarik lengan baju Luna membangunkan paksa Luna yang sedang asik tiduran di atas kasur. Dengan perasaan kesal Luna menuruti perintah Arka berjalan menuju dapur melewati ruang tamu.

Luna berniat membuatkan es teh untuk tamu Arka. Saat hendak mengambil es batu dari kulkas mendadak pikiran Luna teringat akan seseorang ketika melewati ruang tamu. Karena di sana sudah ada tamu Arka yang sekilas ia lihat. Perlahan ia membuka tirai penutup ruang dapur supaya tidak terlihat dari ruang tamu.

Mata Luna membelalak melihat siapa seseorang yang sedang duduk di ruang tamu tersebut. Sosok yang sedang ramai menjadi buah bibir di sekolah selain Andra. Luna hendak mengambil foto, namun ponselnya tertinggal di dalam kamar. 

"Aduh gimana ya?" tanya Luna kebingungan. Ia memikirkan cara supaya bisa kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya.

"Alesan apa sama Bang Arka ya? Kalo keluar kira-kira dia kenal ga ya kalo gua anak SMA Bhakti juga?"

Luna mengigit kuku pikiran dipenuhi kebingungan. Ia harus segera melakukan tindakan. Ia juga harus tahu apa yang dilakukan orang itu mengapa itu bisa berada di rumahnya? Dan berurusan dengan abangnya?

Berjalan mondar-mandir di sekitaran dapur. Akhir memikirkan satu cara yang paling masuk akal untuk bisa mengambil ponselnya yang berada di dalam kamar. Perlahan Luna berjalan menuju ke arah kamarnya.

"Mau ke mana lo?" tanya Arka tiba-tiba. "Minumannya mana?"

Luna menggaruk kepala. "Gulanya abis, bang. Ini Luna mau beli ke warung sebelah."

"Ya udah cepetan."

"Iya," jawab Luna. Bergegas ia masuk ke kamar mengambil ponsel dan uang untuk membeli gula pasir.

Sebelum keluar dari kamar, Luna sudah membuka kamera ponselnya. Berniat untuk memotret Vandra diam-diam ketika keluar dari kamar yang melewati ruang tamu. Saat keluar dari kamar perlahan Luna memotret Vandra. tangannya masih gemetar saat menekan ikon kamera. Ia berjalan sedikit lambat dari ruang tamu menuju pintu, memastikan wajah Vandra tertangkap jelas. Klik. Foto sudah terpotret.

Selanjutnya Luna bergegas menuju warung membeli gula, meskipun gula di rumah masih ada Luna terpaksa membelinya. Sambil menunggu penjual mengambilkan gula. Luna memeriksa foto yang baru saja ia dapatkan. Terlihat lumayan jelas wajah Vandra di sana.

Detik berikutnya, ia langsung membuka kontak Alea dan mengirimkan gambar itu. Luna mengetik dengan cepat. Alea adalah sepupu Andra sudah dipastikan ia akan peduli dengan Andra.

Lun, ini penting. Liat foto yang gua kirimin. Dia ada di rumah gua sekarang, tamu abang gua. Gua gak tau dia mau apa di rumah gua.

Pesan terkirim.

Luna menerima gula yang ia beli dan memberikan uang gula kepada penjual.

"Terima kasih, bu."

"Iya sama-sama, neng."

Sesudah itu ketika Luna hendak berjalan kembali menuju rumah. Ponselnya kembali bergetar. Pesan balasan dari Alea.

Hah? Vandra itu? Dia bukannya di penjara? Kok bisa keluar duluan?

Luna berhenti sejenak untuk membalas pesan dari Alea. Ia pun juga bingung mengapa Vanda bisa di rumahnya.

Gua juga gak tau Al

Pesan terkirim. Tak lama Alea pun membalas kembali.

Lun, gua minta tolong lo mata-matain Vandra di sana. Rekam atau videoin Vandra. Segala pergerakan Vandra tolong rekam. Gua butuh bantuan lo

Lo besok bisa ke rumah gua, Lun? Gua besok ada transfusi darah soalnya.

Luna membalas pesan Alea.

Siap Lun. Ya udah lo tunggu kabar gua lagi ya.

Gua gak bisa chatingan lama sama lo. Soalnya gua lagi pura-pura keluar rumah ini.

Pesan terkirim.

Oke Luna

Luna memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia bergegas kembali ke rumah. Sebelum Vandra pergi dari rumahnya.

Assalamualaikum

Salam Luna sebelum masuk rumah.

Waalaikum salam

Arka dan Vandra menjawab bersama. Ketika Luna masuk bersamaan itu Vandra memberikan sebuah amplop putih tebal kepada Arka. Menambah kecurigaan Luna, tidak mau Vandra menyadari jika ia adalah siswa yang satu sekolah dengannya. Luna segera berjalan menuju dapur membuatkan es teh yang tertunda. Meletakkan camilan dagangannya ibu nya yang masih tersisa untuk dihidangan pada Vandra.

Setelah siap Luna bingung apakah ia harus keluar atau tidak. Karena takut jika Vandra menyadari ia adalah siswi SMA Bhakti. Tetapi, apa mungkin Vandra mengenalinya? Secara ia adalah siswi pindahan yang baru dua bulan di  SMA Bhakti. Dengan kepasrahan Luna pun menuju ruang tamu untuk memberikan suguhan makanan pada Vandra.

Vandra mengamati Luna tatkala ia keluar dari dapur membawa makanan. Pembicaraan Arka dan Vandra pun terhenti. Jantung Luna berdetak kencang ia seperti membeku dengan tatapan tajam Vandra. Tangan Luna gemetar selagi meletakkan gelas berserta makanan.

"Santai aja. Jangan gemetar gitu liat orang ganteng," ujar Vandra tiba-tiba. Hal itu membuat Luna refleks menoleh ke arah Vandra. Tatapan mereka beradu, padahal Luna berusaha untuk tidak menatap Vandra.

"Adek lo?" tanya Vandra pada Arka. Arka hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Cakep juga. Sekolah di mana?" tanya Vandra kembali.

Luna tak menjawab sedikit terkejut akan respon Vandra yang tidak menyadari jika mereka satu sekolahan. Itu membuat Luna lega. Tetapi, disisi lain Luna pun bingung tidak mungkin ia menjawab jika ia bersekolah di SMA Bhakti.

"Oh sekolah di SMA Nusantara ya?" tebak Vandra, karena ia melihat foto Luna di ruang tamu yang mengenakan seragam SMA Nusantara sekolah lamanya dahulu. Dan almamater Luna yang masih tergeletak di ujung sofa.

"Iya di SMA Nusantara, kak," jawab Luna bohong. Beruntungnya Arka tidak mencampuri pertanyaan Vandra.

"Ya udah kak. Aku ke kamar dulu," pamit Luna.

"Iya. Makasih ya, suguhannya."

"Iya sama-sama, kak."

Luna buru-buru masuk ke dalam kamar dan mengunci kamar yang terletak di dekat ruang tamu. Ia sampai lupa akan tampan makanan yang seharusnya ia letakkan kembali ke dapur. Tangan Luna memegang dadanya merasakan detak jantungnya yang masih berdebar kencang tak beraturan. Ia menarik napas panjang berusaha menenangkan diri.

Dirasa sudah cukup tenang Luna menarik kursi dekat dengan pintu kamar. Ia menariki kursi untuk melihat Vandra dati balik celah ventelasi udara. Sekarang ia bingung bagaimana caranya supaya ia bisa mendengar percakapan yang dibahas antara Arka dan Vandra.

Luna masih duduk di kursi, mata nah mengintip dari celah ventilasi. Ia dapat melihat Arka dan Vandra duduk santai di sofa. Suara mereka terdengar samar, tapi beberapa kata bisa ia tangkap.

"Ada yang curiga?" tanya Vandra pelan.

"Gak ada semua aman," jawab Arka, nada serius.

Luna mengernyit bingung, ada yang aneh. Curiga tentang apa? Aman dari siapa? Pikir Luna.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ada Apa Esok Hari
222      172     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
Layar Surya
1746      1011     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
Aku yang Setenang ini Riuhnya dikepala
71      62     1     
True Story
Halo Benalu
1099      495     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.
Seharusnya Aku Yang Menyerah
136      115     0     
Inspirational
"Aku ingin menyerah. Tapi dunia tak membiarkanku pergi dan keluarga tak pernah benar-benar menginginkanku tinggal." Menjadi anak bungsu katanya menyenangkan dimanja, dicintai, dan selalu dimaafkan. Tapi bagi Mutia, dongeng itu tak pernah berlaku. Sejak kecil, bayang-bayang sang kakak, Asmara, terus menghantuinya: cantik, pintar, hafidzah, dan kebanggaan keluarga. Sementara Mutia? Ia hanya mer...
Surat yang Tak Kunjung Usai
796      520     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
The Call(er)
1782      1031     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
Liontin Semanggi
1611      974     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
No Life, No Love
1277      951     2     
True Story
Erilya memiliki cita-cita sebagai editor buku. Dia ingin membantu mengembangkan karya-karya penulis hebat di masa depan. Alhasil dia mengambil juruan Sastra Indonesia untuk melancarkan mimpinya. Sayangnya, zaman semakin berubah. Overpopulasi membuat Erilya mulai goyah dengan mimpi-mimpi yang pernah dia harapkan. Banyak saingan untuk masuk di dunia tersebut. Gelar sarjana pun menjadi tidak berguna...
HABLUR
1031      481     6     
Romance
Keinginan Ruby sederhana. Sesederhana bisa belajar dengan tenang tanpa pikiran yang mendadak berbisik atau sekitar yang berisik agar tidak ada pelajaran yang remedial. Papanya tidak pernah menuntut itu, tetapi Ruby ingin menunjukkan kalau dirinya bisa fokus belajar walaupun masih bersedih karena kehilangan mama. Namun, di tengah usaha itu, Ruby malah harus berurusan dengan Rimba dan menjadi bu...