Baru saja Reandra atau panggilan akrabnya Andra merebahkan tubuh di atas kasur untuk tidur. Setelah lelah beraktivitas, terdengar suara bel rumah nya yang berbunyi sebanyak tiga kali. Andra masih mengumpulkan niat untuk bangkit dari kasur. Rasanya tempat tidurnya sedang sangat rindu dengannya sampai-sampai Andra ingin bangun saja terasa berat.
Andra memejamkan mata sebentar menarik napas lalu menghembuskan dengan kasar. Ia segera bangun dari tempat tidur. Bel rumah kembali berbunyi Andra mengulat sebelum akhirnya pergi menuju sumber suara. Takut-takut Bara yang membunyikan bel rumah karena lupa membawa kunci rumah.
Bergegas, namun hati-hati Andra melangkahkan kaki turun dari lantai dua. Ketika ingin membuka pintu, Andra mengintip terlebih dahulu dari balik jendela. Menyibak gorden dengan pelan memastikan apakah benar Papanya atau bukan.
Dahi Andra berkerut saat melihat seorang gadis keluar dari rumahnya dan hendak menutup pagar rumah. Andra tidak dapat melihat dengan jelas siapa gadis itu dikarenakan ia mengenakan masker. Cepat-cepat Andra memutar kunci agar pintu rumah terbuka. Andra sedikit berlari hendak melihat gadis itu, tetapi sangat disayangkan ketika sudah sampai dipagar rumah dan melihat sekitar Andra tidak mendapati gadis itu. Ia sudah hilang entah kemana.
Andra bertanya-tanya siapakah gadis itu?
Dengan perasaan kecewa dan tanda tanya besar. Andra memutuskan kembali masuk ke dalam rumah. Belum sempat Andra membuka pintu rumah pandangan nya teralihkan pada sebuah bungkusan yang diletakkan di atas meja teras rumah.
Bungkusan berwarna hitam dengan pita berwarna putih. Andra pun duduk hendak membuka bungkusan tersebut karena penasaran. Ia membuka pita dan terlihat lah sebuah kue dan keripik pisang, sebuah kebetulan Andra sedang sangat lapar karena sejak di sekolah ia tidak sempat makan. Diambilnya toples kue dan saat itu terjatuh sebuah kertas notes berwarna pink. Andra meletakkan toples kue di atas meja. Lagi-lagi ia dibuat bingung tiba-tiba ada sebuah kertas?
Hai, salam kenal!
Ini ada sedikit titipan dari Bunda buat kamu. Yang kata Bunda, kamu baru pindah rumah. Maaf aku taro di depan pintu rumah kamu. Semoga kamu suka ya. Oh iya, salam kenal dari tetangga sebelah pagar rumah putih tembok krem.
Tertanda
K
Usai membaca surat tersebut Andra terdiam sejenak dan kemudian tersenyum. Sehabis itu Andra pun masuk ke dalam rumah duduk di ruang tamu menyalakan televisi. Sembari membuka bingkisan kue kering yang entah dari siapa. Karena kebetulan perutnya sudah sangat lapar jadi ia membuka satu toples kue untuk dimakan.
Baru satu kue yang ia makan. Bara datang sedikit mengagetkan Andra karena tidak ada aba-aba atau suara kedatangan Bara. Bara meletakkan sebuah box pizza di hadapan Andra. Ia hanya menatap bingung.
"Kenapa?" tanya Bara. Andra masih menatap Bara bingung.
"Mau gak lo? Gak mau Gua ambil lagi." Mendengar hal itu Andra bergerak cepat mengamankan box pizza pemberian Bara.
"Jangan diambil, Yah. Andra, Andra mau!"
Bara tak merespon ia berjalan menuju dpaur untuk mengambil minum. Setelah itu ia kembali ke ruang tamu. Lagi-lagi meletakkan hal yang membuat Andra bingung. Sebuah amplop cokelat.
"Ini apa, Pa?"
"Uang jajan lo." Mendangar itu Andra sungguh senang. Belum sempat Andra mengambilnya Bara kembali meraih amplop tersebut dengan cepat.
"Itu untuk satu bulan. Cukup gak cukup lo gak boleh minta lagi."
"Dan untuk uang SPP. Gua yang bayar. Tapi jika ada yang berkaitan dengan uang buku kegiatan sekolah entah itu study tour lo bayar sendiri. Gua gak mau bayarin," jelas Bara.
Andra memilih tak menjawab. Ia terlalu takut jika protes maka, kemungkinan Bara berubah pikiran dan memutuskan untuk sama sekali tidak mambiayai pendidikannya.
Bara pun melangkah menuju lantai dua. Belum sempat sampai di lantai dua arah matanya tertuju pada sebuah toples berisi kue kering. Ia mengambil satu toples tanpa persetujuan Andra.
"Kue dari pacar lo, nih?" ucapan Bara sambil memutar-mutar toples sekan sedang menilai. Setelah itu ia pergi dengan membawa toples kue kering ke dalam kamar.
Sehabis Bara pergi Andra membuka kotak pizza dengan excited meskipun kotak pizza tersebut tidak penuh hanya tinggal tiga pizza yang tersisa dan satu minuman utuh. Andra tetap merasa senang itu berarti Bara masih menyayanginya walaupun tertutup oleh gengsi.
***
Andra termenung ketika membuka pintu rumah. Ia melihat Mara—Mamanya tiba-tiba saja ada di hadapannya.
"Mama?"
"Siapa, Ndra?" tanya Bara dari dalam rumah. Tetapi pertanyaan itu tidak Andra jawab.
"Ma—" Bukannya merasa senang melihat Mara justru rasa takut merundung Andra.
"Mama kenapa ke sini?" Mara memeluk Andra erat. Dan sungguh itu pertama kalinya ia mendapat pelukan dari Mara.
"Pulang yuk. Tinggal sama mama lagi."
Udara sekitar Andra seperti berhenti. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Padahal baru tiga hari ia meninggalkan rumah.
"Andra tetap di sini. Gak pulang ke rumah kamu dan gak akan lagi," jawab Bara yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang nya.
"Kamu udah gak sayang Mama lagi, Andra?" Tangan Mara menyentuh kedua pipi Andra. Mata Mara berkaca-kaca.
"Udah lah jangan kebanyakan drama Mara,' ucapan Bara sambil menyeruput kopi yang baru dia buat.
" Tinggal sama Mama lagi ya?"
Mara menarik tangan Andra untuk keluar dari rumah. Bara menyunggingkan bibir seperti meremehkan perkataan Mara.
"Kamu gak kangen sama Cikka? Cikka kangen sama kamu lho," ujar Mara. Mengimingimingi Andra supaya tergiur untuk kembali ke rumah.
"Udah pulang deh Mara. Lo mau ngapain di sini malem-malem."
"Nanti suami lo nyariin."
"Pembantu buat jaga toko nya hilang," kata Bara. Mara menatap tajam Bara. Manik matanya tersirat Mara untuk bermusuhan kepada Bara.
Bara menarik lengan kanan Andra yang tidak dipegang Mara. Tetapi Mara tidak mau kalah Mara berhasil menarik Andra sampai di pertengahan pakarangan rumah. Andra pun menjadi bingung.
"Ayo Andra! Nurut sama Mama!"
"Buat apa kamu tinggal sama manusia berandal seperti dia! Nanti kamu mau jadi apa?!" Mendadak nada bicara Mara berubah. Bara yang mendangar itu langsung tersenyum simpul.
"Lo yakin mau tinggal lagi sama dia?" Bara membuka suara saat Andra kembali ditarik Mara.
"Dia cuma kehilangan karyawan yang suka bantuan angkatin beras!" Andra tertegun mendangar ucapan kalimat Bara.
Kalau mendengar ucapan Bara memang ada benarnya juga. Mara selalu mengirimkan pesan Pada Andra bukan kalimat-kalimat rasa rindu padanya yang ia terima, tetapi lebih pada kalimat 'Mama gak ada yang bantuin juga toko' 'ga ada yang bantuin ajak main Cikka ke taman' dan hal yang lain yang semua tentang hal-hal bantuan.
Andra berusaha melepaskan tangan Mara. "Ma."
"Maaf Andra udah putuskan untuk tinggal sama Papa."
Mara menggeleng. Ia tidak percaya dengan ucapan Andra. "Maksud kamu apa? Kamu udah gak sayang lagi sama Mama?"
"Ayo, ayo kita pulang!" Mara menarik paksa Andra.
"Ma!"
"Andra gak mau tinggal sama mama lagi! Biar Andra yang nentuin pilihan Andra. Andra mau tinggal sama papa di sini!" sentak Andra menghempaskan tangan mungil yang sudah cukup keriput itu yang sudah dipasti itu adalah—mama nya Andra.
"Kamu udah berani ngebantah sama mama ya!" Andra menghela napas.
"Ya udah kalau itu keputusan kamu. Kalau sampai nanti terjadi apa-apa dengan kamu. Entah kamu jadi pelampiasan kemarahan papa saat dia kesal jangan adu ke mama!"
"Memangnya selama aku tinggal sama mama. Ketika Om Alfian marah sama Andra. Mama ada untuk Andra?" tanya Andra tiba-tiba.
"Engga kan, Ma?"
PLAK
Mara seketika menampar pipi Andra. Andra sungguh terkejut dibuatnya. Mara pun pergi dengan bahu naik turun, ia berusaha meredam amarah. Andra hanya bisa tertegun memandang punggung mamanya. Yang saat ini sudah masuk ke dalam taksi.
Disisi lain ada Kala yang saat itu tanpa sengaja melihat kejadian itu, memandang Andra nanar. Kala merasa iba melihat Andra. Kala adalah seseorang yang meletakkan kue di terus rumah Andra. Kue itu buatan Bunda nya sebagai tanda perkenalan dengan tetangga baru yang Kala sendiri baru tahu jika tetangganya itu Andra. Kala tahu pasti berat dan sakit menjalani hidup dengan kedua orang tua yang sudah berpisah.
Pantas saja Andra jarang masuk sekolah. Ia sering membolos, sekalinya masuk Andra selalu tidur di kelas. Andra pun selalu datang terlambat setelah lima belas menit bel masuk berbunyi. Tidak jarang juga Kala melihat Andra dihukum oleh guru piket dikarenakan terlambat datang ke sekolah.
Meskipun begitu, Andra termasuk jajaran siswa yang difavoritkan para cewek-cewek. Ia memiliki mata bulat nan tajam, alis tebal, bulu mata lentik. Bibirnya tipis, kecil ia jarang sekali tersenyum, namun sekali Andra tersenyum.
Senyuman itu berkilat menampilkan wajah tengil. Meskipun begitu hal tersebut terlihat mengemaskan Dimata cewek-cewek. Belum lagi rambut poni yang diatur mengulung ke kanan bergelombang, ketika Andra menyugar rambutnya. Kulit sawo matang, lalu badanya jangkung terlihat berisi. Dan jangan lupakan lesung dipipinya yang membuat Andra semakin terlihat memesona tidak salah ia dijuluki 'si babang hitam manis.'
Saat Kala sedang asik memandangi Andra. Tiba-tiba saja cowok itu, mengarahkan pandangannya ke atas ke arah Kala. Merasa tertangkap basah sedang memperhatikan Andra. Kala cepat-cepat menutup kaca jendela kamar dan mengulung diri di dalam selimut.