Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reandra
MENU
About Us  

Andra melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah menuju ruang tidurnya. Sampai di kamar, Andra bukannya tidur tetapi ia malah memandang kosong ke arah jendela tetangganya. Andra berada di balkon rumah kamar, ia kini masih terus memandangi balkon kamar tetangga yang letaknya sangat dekat dengan balkon rumah. Jarak rumah yang saling bersisian tidak mengherankan jika Andra hanya tinggal memanjat dan melompat sedikit saja mungkin ia telah sampai pada balkon rumah tetangganya itu.

"Abang, bisa pelan-pelan gak nyetir nya?" tanya Kala disela Aksa—abangnya asik  menyelinap dan menyalip beberapa kendaraan.

Kala masih merasa dibuat tegang dan jantungnya berdegup kencang saat Aksa masih saja tak mendengarkan omongan nya. Kala semakin berpegangan erat pada kedua bahu Aksa.

"Abang! Pelan-pelan!"

"Berisik Lo, Kal! Udah diem aja ga usah komen!" sentak Aksa.

Aksa kembali menaik gas motornya bahkan lebih cepat. Dan ketika hendak sampai Aksa dengan arogannya memegang rem dengan mendadak. Membuat dahi Kala terbentur  helm Aksa.

"Aduh," lirih Kala sembari memegangi dahi.

"Turun Lo cepet!" desak Aksa.

"Tapi belum sampai sekolah, bang?"

"Manja banget Lo! Tinggal jalan dikit doang! Udah turun cepet!" Kala mencebikkan bibirnya. Mau tidak mau Kala pun menuruti perintah Aksa.

"Udah gua bilang jadi orang tuh mandiri! Jangan apa-apa gua. Pulang sendiri berangkat sendiri, kek!" pekik Aksa, ia menatap tajam Kala. "Lo, ganggu tidur pagi gua!bye!"

Setelah itu, Aksa dengan cepat melesat pergi hilang dari pandangan Kala. Kala mendengus sebal.

"Hei!" ucap seseorang.

"Mau bareng sampai sekolah?" tutur seseorang itu pada Kala.

Spontan Kala menoleh ke arah sumber suara. Mendapati seorang anak cowok dengan seragam yang sama dengan nya. Cowok itu terlihat tidak asing dimata Kala.

"Hei? Mau bareng sampai sekolah?" ucapnya untuk kedua kali menawarkan Kala tumpangan.

Cowok itu menggoyangkan tangan kanannya di depan wajah Kala yang terlihat melamun. Ia memiringkan kepalanya. Kala pun tersadar dari lamunan mengedipkan kedua bola matanya berkali-kali.

"E... engga, makasih kak. Aku jalan kaki aja. Lumayan olahraga pagi," pungkas Kala.

"Benaran nih? Biasanya kalau pagi ada angsa yang suka nyosor gitu di ujung jalan sana."

Kala terdiam sejenak menganalisis ucapan cowok itu. Kala menatap cowok itu dan berkata, "beneran ada soang?"

Cowok itu menjawab pertanyaan Kapan dengan anggukan. Kala sangat takut dengan hewan bernama angsa atau soang. Karena ia memiliki pengalaman pribadi yang buruk dengan hewan itu.

"Boleh kak, aku numpang ya."

Kala dengan ragu-ragu menaiki motor cowok tersebut. Setelah memastikan Kala sudah benar-benar duduk di kursi belakang. Reandra atau Andra—cowok yang memberikan tumpangan pada Kala, melajukan motornya. Tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka. Perjalanan berlanjut tidak lama hanya sekitar lima belas menit untuk sampai dari ujung jalan menuju sekolah.

Kala turun dari motor Andra setelah sampai di parkiran. Andra melirik sekilas Kala, usai mengambil kunci motornya dan memasukkan ke dalam saku baju.

"Ayo," ajak Andra yang melihat Kala masih berdiri di depan parkiran. Mereka berjalan beriringan. Beberapa pasang mata sesekali melirik kearah Andra dan Kala.

"Makasih ya, Kak. Maaf ngerepotin," kata Kala.

Andra mengangguk kan kepalanya. "Sama-sama. Engga kok ga ngerepotin sama sekali," jawab Andra.

"Btw jangan panggil gua, Kak. Kita seumuran," lanjut Andra.

Andra menghela nafas. Ia mengulurkan tangannya seraya berkata, "Kenalin gua Reandra. Lo bisa panggil gua Andra."

Kala menghentikan langkahnya. Tatapan Kala jatuh pada rambut hitam Andra yang berantakan dan baju sekolah yang tidak beraturan. Dua kancing baju yang tidak dikancing sehingga memperlihatkan kaos putih, baju seragam yang keluar dan dasi yang tidak rapi.

Kala mengulurkan tangannya menyambut tangan Andra dengan senyuman. "Salam kenal Andra  Aku, Anikala. Kamu bisa panggil aku Kala."

Setelah itu, mereka masuk ke dalam sekolah. Bersalaman dengan beberapa guru yang sudah berdiri menyambut murid-murid. Usai bersalaman dengan guru Banu dan Kala lanjut berjalan memasuki lorong sekolah. Mereka berpisah sesudah menaiki tangga. Banu berbelok ke arah kanan dan Kala berbelok ke arah kiri.

"Dah Kala," ujar Andra.

Itu adalah pertama kalinya Andra berkenalan dengan cewek yang bernama Kala. Hari itu pertama kali Andra masuk SMA untuk menjalani mos. Dan saat pembagian kelas ternyata Andra berada di kelas yang sama dengan Kala. Dan saat itu juga bangku yang masih kosong adalah bangku di sebelah Kala. Sejak saat itu Andra  sudah menjadi teman sebangku Kala. Dan kini, di kelas sebelas pun Kala menjadi teman sebangku nya lagi bahkan sekarang menjadi tetangganya. Namun, tidak banyak hal yang Andra tau tentang Kala.

Kala cewek yang sangat irit bicara seakan suaranya takut kehabisan bahan bakar. Tidak banyak orang yang mengenalnya termasuk segala teka-teki dihidupnya.

***


Tangan Andra mengepal ia menahan amarah sejak Vandra mendatanginya ia ingin sekali memukul wajah Vandra. Hanya karena Andra tidak setuju dan menolak ajakan Vandra, cowo itu menyatakan hal yang membuat hati Andra tersinggung.

"Cukup! Jangan paksa Gua!" pekik Andra.

"Gua bilang juga apa. Andra tuh sekarang udah beda. Dia yang sekarang bukan Andra yang dulu," cetus Tama.

"Lo sama aja kaya temen lo ternyata. Simanusia sok pinter itu. Siapa namanya? Gua agak lupa," pungkas Vandra sambil menggigit tusuk gigi.

"Lo yakin gak mau ikut? Ini menyangkut nama sekolah kita. Biasanya kalo udah menyangkut nama baik sekolah lo yang maju paling depan. Sekarang kok beda?" tanya Sahil yang kini duduk di samping Andra.

"Lo juga mau ambis kaya Banu,ya? Jadi orang sok pinter?" sindiran tak terduga keluar dari mulut Tama.

"Kayaknya iya, ya?" sahut Vandra menghampiri Andra menatap nyalang Andra. "Otak lo juga udah kecuci kaya Banu kali ya? Karena keseingan main sama si ketua osis itu," cetus Vandra.

Andra sudah muak dengan semua kelakuan teman-teman nya. Ia berdiri dan lantas menggendong tas dipundak kanannya.

"Gua pamit," tukas Andra.

Andra keluar dari warung kopi mang Ijal dengan perasaan tidak keruan. Ia melangkah sambil menendang kaleng bekas yang ditemukan dioinggir jalan. Suara tendangan kaleng Andra cukup menyaring mengingat suasana perubahan yang sepi.

"Oy!"

Sebuah tepukan mendapat dibahu kanan Andra. Refleks Andra menepis tangan itu Andra berpikir takut orang itu sedang melaksanakan tugas menghipnotis orang. Andra melangkah cepat tanpa mau menoleh. Seseorang yang baru saja menepuk bahu Andra terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak lantaran geli melihat tingkah Andra.

"Andra! Tungguin ih!" Suara teriakan cempreng itu sukses membuat langkah Andra terhenti.

"Lo kenapa sih!"

Alea menghadang jalan Andra. Andra yang melihat sepupunya itu menarik napas panjang.  Dari berjuta manusia yang ada kenapa ia malah bertemu Alea sepupunya yang menyebalkan.

"Apa sih!" kelakar Andra.

Mendapat respon tidak baik dari Andra Alea malah merenggek.

"Kamu kenapa marah-marah si. Aku salah apa? Gak boleh marah-marah nanti cepat tua!" keluh Alea. Ia mencubit kedua pipi Andra sampai memerah.

"Stop! Stop Alea," imbuh Andra melepaskan tangan Alea dari pipi nya yang kini mulai merasa memanas akibat cubitan dari Alea.

"Lo kenapa di sini? Bukannya lo harus istirahat?" tanya Andra heran.

"Udah pulang sana. Jangan ganggu gua!" usir Andra.

"Anterin!" Alea menarik lengan Andra. Berjalan berlawanan arah dari rumah Andra.

"Aish anak ini," ungkap Andra.

"Bunda nanyain lo. Lo lama gak main ke rumah. Gak kangen masakan Bunda apa."

Andra terdiam tidak membantah pernyataan Alea karena itu benar. Ia sungguh kangen memakam masakan tante dahlia.

Kini mereka telah sampai di rumah Alea. Rumah penuh kehangatan yang tak pernah Andra rasakan di keluarga nya sendiri. Saat Alea membuka pintu benar saja tante dahlia sudah berjalan ke arah pintu menyambut hangat Alea dengan pelukan.

Dahlia menyadari akan kehadiran Andra—keponakannya. Ia pun menyambut Andra dengan senang hati. Andra mencium punggung tangan Dahlia sebelum dipersilahkan masuk.

"Kamu ganti baju dulu ya, Lea. Baru makan," ujar Dahlia.

"Kamu makan siang di sini juga ya, Andra." ajak Dahlia.

"Ee—"

"Makasih tante. Tapi saya cuma mau anterin Alea aja."

"Jangan nolak. Kamu kaya siapa aja."

"Apa makanan tante gak enak ya?" tanya Dahlia risau.  Sudut bibir Dahlia tertarik kebawah.

Pupil mata Andra melebar ia langsung mengelangkan kepala mendangar perkataan Dahlia. "Masakan tante paling enak sedunia! Siapa yang bilang masakan tante gak enak!"

Dahlia tersenyum dan mengusap lengan Andra. "Kalau enak makan siang di sini ya!"

Dahlia menarik lengan Andra memintanya duduk di ruang tamu. Sementara Alea sudah naik ke kamar mengganti baju.

"Tante tinggal dulu ya siapin makanan."

Andra duduk dengan senang hati. Matanya sesekali menelusuri tiap foto yang per panjang di rumah Alea. Banyak foto masa kecil Alea yang mengemaskan serta beberapa lukisan alam yang Andra sudah pasti kan itu adalah lukisan milik Alea. Gadis itu pintar melukis.

"Andra!"

"Yuk makan. Gua udah laper!" ajak Alea.

"Oh oke."

Andra melepaskan tas nya. Dan melangkah menuju meja makan. Di sana Alea membantu tante Dahlia mengambil piring setelah itu mereka duduk bersama.

"Dahlia menyendokkan nasi ke Alea dan Andra." Andra mendadak terdiam manikmati kebersamaan ini. Yang tak pernah ia rasakan ketika tinggal bersama Mara.

"Lauk nya ambil sendiri bisa kan, Andra?"

"Bunda gak tau kamu sukanya apa." Kali ini gantian Dahlia yang terdiam akan perkataanya.

"Tante maksudnya," ulang Dahlia meralat perkataan ya.

"Bunda juga gak apa-apa kan, Ndra? Biar gua sama lo bisa jadi abang adek?" Alea menaik turun kan kedua alisnya.

"Emang nya gak apa-apa tante?" tanya Andra memastikan.

"Ya gak apa-apa banget Andra. Tante justru senang jika kamu panggil tante itu. Bunda."

"Biar tante bisa merasakan punya anak cowo juga."

Andra hanya mengangguk dan muncul segaris senyuman kebahagiaan dari bibir laki-laki itu.

"Ayo ambil lauk nya. Kamu mau apa?"

"Pake sayur ya biar seger. Bunda ambilin," ujar Dahlia.

"Terima kasih, Bunda." Dahlia tersenyum mengusap lengan Andra. Mereka pun makan siang dengan penuh kebahagiaan


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hidden Words Between Us
1417      638     8     
Romance
Bagi Elsa, Mike dan Jo adalah dua sahabat yang paling disayanginya nomor 2 setelah orang tuanya. Bagi Mike, Elsa seperti tuan putri cantik yang harus dilindunginya. Senyum dan tawa gadis itu adalah salah satu kebahagiaan Mike. Mike selalu ingin menunjukkan sisi terbaik dari dirinya dan rela melakukan apapun demi Elsa. Bagi Jo, Elsa lebih dari sekadar sahabat. Elsa adalah gadis pertama yang ...
Kertas Remuk
139      112     0     
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
Monday vs Sunday
216      173     0     
Romance
Bagi Nara, hidup itu dinikmati, bukan dilomba-lombakan. Meski sering dibandingkan dengan kakaknya yang nyaris sempurna, dia tetap menjadi dirinya sendiricerewet, ceria, dan ranking terakhir di sekolah. Sementara itu, Rei adalah definisi murid teladan. Selalu duduk di bangku depan, selalu ranking satu, dan selalu tampak tak peduli pada dunia luartermasuk Nara yang duduk beberapa meja di belaka...
Tanpo Arang
54      45     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...
ATMA
328      233     3     
Short Story
"Namaku Atma. Atma Bhrahmadinata, jiwa penolong terbaik untuk menjaga harapan menjadi kenyataan," ATMA a short story created by @nenii_983 ©2020
Atraksi Manusia
515      381     7     
Inspirational
Apakah semua orang mendapatkan peran yang mereka inginkan? atau apakah mereka hanya menjalani peran dengan hati yang hampa?. Kehidupan adalah panggung pertunjukan, tempat narasi yang sudah di tetapkan, menjalani nya suka dan duka. Tak akan ada yang tahu bagaimana cerita ini berlanjut, namun hal yang utama adalah jangan sampai berakhir. Perjalanan Anne menemukan jati diri nya dengan menghidupk...
Perjalanan yang Takkan Usai
396      319     1     
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour. Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai. Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang. Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...
7°49′S 112°0′E: Titik Nol dari Sebuah Awal yang Besar
465      317     0     
Inspirational
Di masa depan ketika umat manusia menjelajah waktu dan ruang, seorang pemuda terbangun di dalam sebuah kapsul ruang-waktu yang terdampar di koordinat 7°49′S 112°0′E, sebuah titik di Bumi yang tampaknya berasal dari Kota Kediri, Indonesia. Tanpa ingatan tentang siapa dirinya, tapi dengan suara dalam sistem kapal bernama "ORIGIN" yang terus membisikkan satu misi: "Temukan alasan kamu dikirim ...
Langkah Pulang
484      341     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Help Me
6128      1828     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...