-That's Why He My Man-
•••
And I'm tired of talking
Feel myself saying the same old things
But this love's important
Don't wanna lose, don't wanna lose you this way
I, I, I, I, I, I, I, I, I
Feel like we about to break up
I, I, I, I, I, I, I, I, I
Just wanna kiss and make up one last time
(Kiss and Make Up – Dua Lipa ft Blackpink)
Saat itu perasaan Bella sangat kacau. Mengetahui bahwa pacar yang ia gadang-gadang akan menjadi suaminya ternyata kepergok pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain di belakang Bella. Bella yang kala itu berusia 25 tahun merasa runtuh, dunianya seolah gelap.
Jika saja Bella tidak menuruti rasa penasarannya untuk mengecek aktivitas akun instagaram milik pacarnya, mungkin sampai kini Bella takkan pernah tahu tentang hal menjijikan itu. Sayangnya, rasa curiga Bella tak ingin kalah dari rasa percaya yang sudah Bella tanam di hati perempuan itu.
Maka di sinilah Bella. Menatapi hamparan laut sore yang mengingatkan dirinya yang dua tahun lalu hampir dibuat gila dengan perbuatan Rakha. Masih terekam jelas bagaimana sesaknya dada Bella ketika harus menahan tangisnya di saat ia mengetahui hal tersebut. Padahal saat itu ia sedang menjalani Ramadhan pertamanya di tempat kerja. Perempuan itu masih melebarkan senyumnya, mengisi kajian di kelas 7 dengan materi yang ia dapatkan dengan kecepatan kilat.
Putus asa ia meminta hubungannya untuk selesai dengan Rakha. Namun lelaki itu dengan tegas menyatakan bahwa dirinya sudah selesai dengan sosok yang Bella ketahui namanya adalah Beatari. “Waktu itu aku cemburu setiap kamu bilang, kamu lagi sama temenmu itu. Aku mutusin buat deket sama Bee. Tapi aku nggak suka sama dia, Bell. Percaya sama aku, ya? Sekarang aku fokus ke kamu, aku sadar aku salah, Bell. Kamu pantas buat marah ke aku, tapi tolong jangan tinggalin aku, ya?”
Rasanya Bella ingin mengumpati Rakha di depan lelaki itu langsung saat mendengar lelaki itu bahkan masih menyebut nama mantannya dengan panggilan kasih sayang. Di sebelah mana letak ketidaksukaan itu, Kha? Bella ingin memaki-maki Rakha.
“Aku janji, Bell. Aku nggak akan ulangin ini. Aku khilaf, Bell. Harusnya aku liat kamu yang selama ini udah nemenin aku. Tapi aku terlalu buta, yang aku tau kamu di situ happy tanpa aku. Kamu yang friendly dan deket sama Bagas. Tiap aku tanya, kamu selalu sama Bagas. Aku frustasi, Bell.”
Tangan Bella bergetar, ia sendirian di tepi laut sembari mendengarkan semua permintaan maaf Rakha. Senjanya kala itu ditemani dengan awan-awan yang warnanya semuram wajah Bella. Dadanya tercabik mendengar suara Rakha. Tidak seharusnya Bella ditempatkan di posisi ini.
“Hati aku panas tiap kamu sebut nama Bagas yang ini, Bagas yang itu. Tiap aku tanya, apa kamu suka sama dia? Kamu bilang enggak. Tapi kamu terus-terusan deket sama dia. Wajar kan kalo aku mikir kamu bahkan udah lebih dulu selingkuh dibanding aku? Aku sama Bee bahkan nggak lama, Bell. Karena aku sadar, kalo kamu selama ini udah ada tiap aku butuh, aku rasa kamu orang yang tepat buatku. Itulah kenapa aku milih buat jauhin Bee, dan dia akhirnya putusin aku, aku juga bisa fokus ke kamu.”
Bella marah pada semesta yang dengan tega menghancurkan angan indah yang sudah Bella rangkai bersama Rakha. Bella tidak lagi percaya bahwa bahagia akan menghampirinya, karena bahkan Rakha yang paling ia percaya kini mengikis kepercayaan diri Bella untuk memulai kembali dari awal.
“Aku nggak tau kalo kamu bisa berpikir serendah itu sama aku, Kha. Aku berkali-kali bilang sama kamu kalo aku sama Pramudya itu dekat sebatas sahabat. Apa yang salah dari itu, Kha? Kalo kamu memang benar cemburu, harusnya kamu bisa buktiin ke aku kalo kamu bakal nemuin aku. Aku selalu sendirian, Kha. Kamu pikir aku hidup di kota orang bisa sendirian? Apa aku nggak boleh nerima bantuan dari siapapun?”
Kemarahan Bella tersulut. Ia mengeluarkan semuanya. Sebagai seorang perempuan ia juga iri dengan teman-teman perempuannya yang bisa ditemani oleh pacarnya. Sedangkan dirinya bahkan harus merelakan waktu yang ia punya dengan Rakha menguap. Rakha sibuk dengan dunia pendidikan militernya. Rakha yang tidak pernah ada setiap Bella butuhkan.
Bella tahu dirinya juga salah karena masih menerima bantuan Pramudya saat lelaki itu juga memiliki seorang kekasih. Namun tak ada lagi yang menawarkan pada dirinya tempat berlindung ketika kehidupan Bella mengikis kesehatan jiwanya. Pramudya yang berdiri di sisi perempuan itu ketika Bella hampir mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri bath tub kamar mandi sebuah hotel. Hanya Pramudya dan Nora yang tahu betapa hancur jiwanya. Hanya 2 orang itu yang mampu menjaga dan merawat kewarasan Bella yang saat itu tinggal secuil. Semesta dengan baik hati memberikan 2 teman baik untuk menemani Bella di tiap kemalangan yang perempuan itu dapatkan.
“Kamu pikir hidupku selama ini semudah yang kamu kira? Kamu pikir aku nggak punya masalah? Apa salahnya kalo Pramudya bantu aku setiap aku ada masalah? Lagipula setiap ada Pramudya, selalu ada Nora yang mengusahakan semuanya buat aku, Kha! Kamu pikir aku selalu berduaan sama Pramudya? Kamu salah, Kha! Pramudya memang selalu datang jadi yang pertama, tapi Nora nggak pernah absen untuk jadi orang yang peluk aku. Di mana kamu waktu aku kecelakaan dan masuk rumah sakit, Kha? Di mana kamu tiap aku gagal bimbingan skripsi, Kha? Kamu bahkan nggak pernah datang ke momen-momen pentingku, padahal kamu udah janji, Kha. Aku bahkan nggak marah, Kha. Aku memaklumi kesibukan kamu yang sampe saat ini rasanya nggak masuk akal itu. Tapi aku nggak nyangka, kamu sampai selingkuh!”
Bella menangis tersedu-sedu, ia tak peduli lagi dengan beberapa pengunjung pantai yang mungkin menatap aneh ke arahnya. Tak peduli betapa kacau dirinya saat ini, Bella ingin urusan dengan Rakha selesai dengan cepat, karena ia harus pulang ke rumah. Ada Ibunya yang menunggu Bella membawa takjil untuk berbuka puasa.
“Aku minta maaf, Bella. Aku harus gimana lagi biar kamu maafin aku, Bell? Aku janji setelah ini akan berubah, Bell. Tolong maafin aku kali ini, ya, Bell?”
Bella menghabiskan waktu satu jam lamanya sampai ia mematikan sambungan telepon. Perempuan itu berdiri dan merapikan dirinya. Wajahnya memerah setelah menangis lama, pewarna bibirnya memudar, ia pucat. Saat itu satu skenario melintas dipikirannya. Melihat ombak yang saat itu memang cukup ganas, ia berpikir, haruskah dirinya menghanyutkan dirinya? Agar ia tidak perlu lagi merepotkan semua orang. Bella juga lelah harus terus-terusan berusaha menjadi kuat. Memikirkannya membuat hati sesak, perempuan itu menunduk menatap kakinya yang telanjang tanpa alas. Terlihat kecil dan nampak sudah lelah menopang tubuhnya.
Namun pikiran itu tidak terwujudkan, karena yang terjadi selanjutnya adalah sebuah tangan menyodorkan susu kotak dingin yang menyentuh punggung tangannya. Di seberang kakinya, ada sepasang kaki yang nampak kokoh dari caranya memijak. Bella iri dengan sosok yang entah siapa itu. Pasti pemilik kaki itu punya lebih banyak rasa berani dalam menjalani hidup, berbeda dengan Bella yang lebih ingin mengakhiri hidupnya. “Simpan, Mbak. Buat di jalan pulang nanti, bentar lagi maghrib. Mending buruan balik, kasian orang tua di rumah pasti khawatir. Apa yang terjadi di dunia ini, di luar kehendak kita. Secapek apapun kita, kita masih punya hutang ke diri sendiri untuk jadi lebih baik. Jadi, jangan berhenti sampai di sini, ya. Jalannya masih panjang, sayang kalo harus berhenti,” ucap si pemberi susu kotak.
Bella menerima tanpa menatap si pemberi. Dinginnya minuman itu seolah meredakan panas yang ada pada dirinya. Saat ia sadar dirinya belum mengucapkan apapun, Bella mendongak menatap kesana kemari namun ia tak menemukan seseorang yang telah memberinya susu kotak tersebut. Benar saja, Bella membutuhkan susu oat coklat itu untuk membatalkan puasanya, meski rasanya percuma karena ia sudah marah dan menangis tadi.
Bella memutuskan untuk mengambil jeda antara dirinya dan Rakha. Lama kiranya ia tak berkomunikasi dengan Rakha. Sampai di minggu ke enam dirinya dikabarkan bahwa Rakha mengalami kecelakaan dan kontak Bella berada di daftar kontak darurat milik Rakha. Pihak RS meminta Bella untuk membayar administrasi Rakha yang cukup besar, hal itu menguras tabungan Bella. Perasaan perempuan itu kalut dan segera mengiyakan keinginan Rakha untuk kembali bersama. Tak dapat dipungkiri, jauh dilubuk hati Bella, masih ada sisa perasaannya untuk Rakha.
Bella menghela napasnya, memandangi lautan yang berwarna keemasan tersorot matahari. Perempuan itu memutuskan beranjak dari pantai yang menjadi saksi bisu dirinya pernah sepatah itu. Bersama dengan sebuah susu oat coklat yang entah sejak kapan jadi minuman favoritnya ketika ia banyak pikiran.
Ting!
Pramudya created the grup “Otw Liburan Check”
Pramudya has added you
Pramudya : Pesen sekarang aja tiketnya, ya?
Pramudya : Tapi pada pesen sendiri aja, gimana? Ntar di tf
My Sugar Nora : Tumben pinter kamu, Gas. Hmm mencurigakan
My Sugar Nora : Tadi aku udah cek harga tiket bisnis sekitar 350, Gas
Pramudya : Jadinya kita tanggal berapa emang?
My Sugar Nora : 20 sore aku udah kosong sih
Pramudya : @Bella kamu udah kosong?
Bella : Sorenya udah
Pramudya : Yaudah fix tanggal segitu yaa
Bella : Ke nomor biasa ya pram
Pramudya : Siap kanjeng ratuku
Tanpa menunggu lama, notifikasi dana berbunyi dari ponsel Bella. Perempuan itu segera mengirim bukti transfer ke grup.
Bella sent a picture
Bella : Thank you, Pram.
My Sugar Nora : Timakasiii bagassss
Pramudya : done yak
Pramudya leaves the group
My Sugar Nora : Dasar freak! Kenapa ribet bikin grup segala sih, lebih cepet nelpon juga. Kurang kerjaan amat tuh anak cih
Bella : Sabar noyyy
My Sugar Nora leaves the group
Bella berdecak pelan melihat kelakuan aneh kedua sahabatnya ini. Perempuan itu berjalan keluar dari daerah pesisir dan menuju parkiran motor. Di tengah indah dan ramainya pantai akan muda-mudi yang asyik menikmati senja, diam-diam Bella kadang bertanya, siapakah gerangan si pemberi susu kotak itu? Bagaimana kehidupannya? Apakah segalanya berjalan mudah bagi lelaki itu?
Dua tahun berlalu dan Bella masih ingat suara lembut yang sarat akan ketenangan itu membuat pikirannya yang kusut mendadak lurus perlahan. Caranya mengingatkan Bella untuk kembali mengingat tujuan hidup, membuat perempuan itu perlahan menyusun sedikit demi sedikit hatinya yang remuk. Lelaki itu memiliki tempat tersendiri di hati Bella, he’s my savior─begitulah Bella memberi nama tempat tersebut.
•••
-That's Why He My Man-