Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

Aku berjalan mondar mandir di kamar, berharap dengan membiarkan tubuhku aktif, otakku bisa teralihkan. Namun, yang ada malah makin mumet.

Rasanya kamarku kian menyempit hingga aku merasa terjebak. Enggak ada tempat untuk melarikan diri karena keempat sisi dinding ini seolah siap melumatku hidup-hidup.

Keluar kamar juga bukan pilihan bijak. Samar-samar, aku mendengar suara Mama berbicara di telepon. Mungkin, dengan klien atau brand yang sudah kepalang janji membayar untuk endorsement.

Kelihatannya memang sepele. Cuma dicap selingkuh, kenapa malah pusing? Namanya gosip ya wajar kalau heboh, tapi umurnya enggak bakalan bertahan lama. Setelah ini, bakalan ada gosip baru dan aku berubah jadi berita kemarin sore alias enggak dipedulikan lagi.

Bagi sebagian orang, mereka perlu gosip. Dengan begitu, namanya selalu berada dalam radar. Bad publicity still a publicity. Yang penting selalu diomongin, enggak peduli karena berita jelek sekalipun.

Satu hal yang sangat penting, selalu dapat panggung. Kalau enggak bisa, ya harus bisa cari panggung sendiri, apa pun caranya.

Dafa is one of them. Berhubung video kemarin viral, jadi harus dimanfaatin. Jadilah dia menempatkan diri sebagai pacar yang tersakiti, dengan begitu dia bisa menjaring semakin banyak penggemar. Aku yakin Dafa sudah merencanakan jauh soal hal ini. Mungkin saja dia sudah tanda tangan kontrak buat muncul di acara gosip di tv?

Perutku mendadak mual. Kemungkinan itu sangat besar, karena Dafa sering sesumbar kalau dia enggak masalah jadi pemberitaan. Sejelek apa pun, yang penting masuk berita. Mama pernah ingin membuatku jadi seperti itu, tapi setidaknya Mama masih memiliki kesadaran di detik-detik terakhir. Jadinya, Mama serba salah. Aku yakin Mama ingin total, kalau bisa ikutan seperti teman-temanku yang enggak peduli image, yang penting terkenal. Namun, Mama masih punya rem yang menahannya untuk enggak meleburkan diri terlalu jauh.

Selama ini Mama cukup kompak dengan Dafa, tapi permasalahan ini membuat Dafa dan Mama jadi berjarak. Dafa menyelamatkan diri sendiri, membuat video demi kepentingannya sendiri dan enggak peduli apakah merugikanku atau enggak. 

Aku tersentak ketika samar-samar menangkap Mama menyerukan nama Dafa. Aku membuka pintu kamar dan mengintip keluar.

Enggak salah lagi, itu suara Dafa.

Mau ngapain dia ke sini?

Aku menajamkan pendengaran, berusaha menguping pembicaraan mereka.

Dugaanku salah, Mama dan Dafa bukannya berjarak, malah merencanakan konten tandingan.

Perutku tambah melilit ketika mendengar percakapan itu. Jadi, konten aku nangis-nangis minta maaf ke Dafa aja enggak cukup. Mama dan Dafa merencanakan konten lain yang berisi aku mengajak Dafa balikan. Tentu saja akan diproduksi dari dua sudut pandang sehingga bisa ditayangkan di channel milikku dan juga Dafa.

“Mumpung masih hot, Tan. Milking it ‘till it dry.” Dafa terkekeh.

Aku menutup pintu kamar. Not in million years aku mau ikutan di dalam konspirasi itu.

Aku beralih ke jendela dan membukanya. Lama-lama di sini bisa membuatku gila. Aku memanjat jendela kamar, seperti yang selalu dilakukan Ansel di malam ulang tahunku. Aku mendarat di teras tanpa kendala, lalu menutup jendela pelan-pelan.

Sambil merunduk, aku berusaha bersembunyi di balik jejeran bunga di halaman samping agar enggak terlihat oleh Mama dan Dafa. Cukup sulit berlari sambil merunduk.

Tadinya aku mau bersepeda, tapi aku enggak berani ambil risiko ketahuan Mama. Akhirnya, begitu tiba di depan rumah, aku berlari menuju rumah Ansel.

Dengan napas ngos-ngosan, aku tiba di rumah Ansel. Tante Silvia yang sedang menyiram bunga menghentikan kegiatannya begitu melihatku.

“Kamu kenapa?”

Aku membungkuk dan bertumpu ke lutut, berusaha menetralkan napas. Tante Silvia berdiri di sampingku, mengusap punggungku.

“Kamu dari mana?” tanya Tante Sylvia.

“Rumah,” sahutku singkat.

“Kenapa ngos-ngosan begini?”

“Kabur dari Mama,” sahutku lagi, yang disambut tawa kecil Tante Silvia.

“Kaburnya kurang jauh. Mama pasti tahu kamu di sini.”

Begitu Mama enggak menemukanku di kamar, dan melihat jendela kamarku yang enggak tertutup sempurna, Mama pasti langsung menebak keberadaanku.

Sejak dulu, kalau kabur dari rumah, aku pasti kabur ke rumah Ansel.

“Ansel ada, Tan?”

Dengan dagu, Tante Silvia menunjuk ke dalam rumah. “Ada di kamarnya. Lagi bete kayaknya.”

Refleks aku meringis. Lidahku terasa gatal untuk bertanya, apa Tante Silvia tahu soal videonya Dafa? Namun, aku mengurungkan niat.

Tante Silvia sudah kembali sibuk dengan tanamannya ketika aku masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Ansel di lantai dua.

Aku sangat mengenali pintu berwarna biru itu. Ada gantungan bertuliskan nama Ansel Adelard di sana, salah satu tugas sewaktu SD dan masih bertahan di pintu sebagai penanda kamar Ansel.

Perlahan, aku mengetuk pintu kamar. Dari dalam, aku mendengar Ansel menyerukan kata masuk. Aku membuka pintu perlahan dan melongokkan kepala, sekadar mengintip, sebelum memberanikan diri memasuki kamar.

“An,” panggilku.

Ansel sedang tidur-tiduran sambil bermain bola basket dan terkejut begitu melihatku. Dia refleks melompat duduk.

“Boleh masuk enggak?” tanyaku.

“Ya, bolehlah.”

Aku membuka pintu kian lebar dan memasuki kamar Ansel. Dulu, aku sering main di sini, meski enggak sesering Ansel main di kamarku.

Di salah satu sudut kamar ada tenda kecil. Tenda itu sudah ada sejak lama. Tenda itu jadi tempat petualanganku dengan Ansel. Kami pernah berpura-pura tersesat di hutan dan terpaksa tidur di tenda atau pura-pura jadi raja dan ratu di kerajaan antah berantah.

“Jadi?” tanya Ansel. Dia bersila di atas tempat tidur sambil memangku bola basket, sementara aku mengambil tempat di meja belajarnya. Aku memutar kursi sehingga berhadapan dengannya. “Nyokap lo udah punya ide?”

Aku menutup mata, dengan perut yang kembali melilit saat teringat konspirasi yang dibuat oleh Mama dan Dafa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kamu
3780      1515     1     
Romance
Dita dan Angga sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bersekolah di tempat yang sama sejak Taman Kanak-kanak. Bukan tanpa maksud, tapi semua itu memang sudah direncanakan oleh Bu Hesti, ibunya Dita. Bu Hesti merasa sangat khawatir pada putri semata wayangnya itu. Dita kecil, tumbuh sebagai anak yang pendiam dan juga pemalu sejak ayahnya meninggal dunia ketika usianya baru empat tahun. Angg...
Furimukeba: Saat Kulihat Kembali
482      335     2     
Short Story
Ketika kenangan pahit membelenggu jiwa dan kebahagianmu. Apa yang akan kamu lakukan? Pergi jauh dan lupakan atau hadapi dan sembuhkan? Lalu, apakah kisah itu akan berakhir dengan cara yang berbeda jika kita mengulangnya?
Dear Vienna
375      286     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.
Fragmen Tanpa Titik
42      38     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...
RUANGKASA
42      38     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
Hello, Me (30)
19287      943     6     
Inspirational
Di usia tiga puluh tahun, Nara berhenti sejenak. Bukan karena lelah berjalan, tapi karena tak lagi tahu ke mana arah pulang. Mimpinya pernah besar, tapi dunia memeluknya dengan sunyi: gagal ini, tertunda itu, diam-diam lupa bagaimana rasanya menjadi diri sendiri, dan kehilangan arah di jalan yang katanya "dewasa". Hingga sebuah jurnal lama membuka kembali pintu kecil dalam dirinya yang pern...
Good Art of Playing Feeling
405      299     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
One Step Closer
2352      985     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
SarangHaerang
2218      900     9     
Romance
(Sudah Terbit, sebentar lagi ada di toko buku dekat rumahmu) Kecelakaan yang menimpa saudara kembarnya membuat Hae-rang harus menyamar menjadi cewek. Awalnya dia hanya ingin memastikan Sa-rang menerima beasiswanya, akan tetapi buku harian milik Sa-rang serta teror bunga yang terjadi memberikan petunjuk lain kalau apa yang menimpa adiknya bukan kecelakaan. Kecurigaan mengarah pada Da-ra. Berb...
Gilan(G)ia
498      272     3     
Romance
Membangun perubahan diri, agar menciptakan kenangan indah bersama teman sekelas mungkin bisa membuat Gia melupakan seseorang dari masa lalunya. Namun, ia harus menghadapi Gilang, teman sebangkunya yang terkesan dingin dan antisosial.