Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

Waktu dua minggu rasanya belum cukup. Selama dua minggu ini aku berlatih untuk audisi, menghafal dialog yang harus aku perankan, melatih ekspresi agar sesuai dengan yang diharapkan dari seorang Sasta. Aku juga berlatih lagu yang dibawakan Sasta agar lebih total saat audisi. Meski sudah latihan keras, rasanya aku belum siap untuk mengikuti audisi ini.

Selama dua minggu ini pula aku sering latihan ditemani Ansel. Meski ada pujian dan dukungan dari Ansel, tetap saja tubuhku diguyur keringat dingin saat berjalan menuju auditorium bareng Arisha.

“Break a leg. Lo pasti bisa taklukin audisi ini. Tapi, jangan jadi beban. Kalaupun gagal, ya enggak apa. Yang penting udah berusaha.”

Refleks bibirku tertarik membentuk senyuman ketika membaca pesan Ansel. Selama dua minggu ini dia enggak henti-hentinya mendukungku. Ansel boleh bilang kalau dia enggak ngerti apa-apa soal akting, tapi dia tandem latihan yang baik. Dia bisa memberikan kritik sekaligus masukan, meski Ansel bilang itu cuma pendapat orang awam.

Tanganku bergerak cepat di atas layar handphone untuk membalas pesan Ansel.

“Thanks, An. Gue deg-degan banget. Tahu gitu gue bawa lilin titipan nyokap lo buat nenangin diri.”

Enggak lama, balasan Ansel masuk ke handphone-ku, diawali emoticon tertawa.

“Yang benar aja lo bawa lilin ke atas stage. Enggak usah ngaco. Trust me, you’ll be good.”

Aku menghela napas, rasanya aku bisa mendengar Ansel ngomong langsung di dekatku, bukan lewat perantara chat ini.

Sebuah tepukan di pundak mengagetkanku. Aku berbalik dan mendapati Arisha berdiri di depanku.

“Yuk,” ajaknya.

Arisha setuju untuk ikut. Berbeda denganku, Arisha sama sekali enggak panik. Dia tenang banget, malah menurutku kelewat tenang. Arisha beralasan kalau audisi ini sekadar nothing to lose. Kalau dapat ya bagus, kalau gagal ya enggak masalah. Namun, bagiku Arisha bisa tenang karena dia punya kemampuan. She’s a natural born genius. Jadi, akting adalah perkara gampang bagi Arisha. Dia bisa terlihat natural, bahkan dengan latihan seadanya.

Aku yakin Arisha akan tampil memukau, sementara aku cukup berharap agar suaraku bisa keluar dan enggak melakukan kesalahan fatal yang akan mempermalukan diriku nantinya.

“Good luck. Gue enggak lihat, ya. Udah ada janji,” ujar Ghania sambil mengikat rambutnya dengan scrunchie merah bermotif tartan. Ghania melambai sebelum berbalik menuju ke arah yang berlawanan.

Aku menghela napas panjang sebelum melanjutkan langkah menuju ke auditorium tempat audisi diadakan.

Pementasan ini menarik animo yang besar. Kayaknya hampir semua murid mengikuti audisi. Ini baru hari pertama, tapi sudah banyak yang antre.

“Hai, Key. Mau ikut audisi?” tanya Ririn, temanku, ketika aku baru saja selesai mendaftar ulang sebelum masuk ke auditorium. Ririn bertanggung jawab mengecek pendaftaran ulang. “Lo bisa tunggu di dalam, ya. Lo dapat nomor urut di awal soalnya. Setelah itu Arisha.”

“Thanks, Rin.”

“Good luck,” seru Ririn, sebelum beralih ke murid kelas satu yang antre di belakang Arisha.

Ketika masuk ke auditorium, semua kursi sudah penuh. Entah mereka ikut audisi, atau cuma pengin menonton audisi. Melihat auditorium yang padat, aku jadi makin deg-degan.

“Santai aja, Key. Kayak lo belum pernah ikut casting aja.” Arisha berusaha menenangkanku.

“Ini rame banget, gimana gue bisa tenang?”

Arisha melirikku dengan senyum terkulum. “Kan, lo udah sering tampil depan umum. Segini mah jumlahnya kecil.”

Aku memang sudah terbiasa tampil di depan umum, tapi audisi ini sesuatu yang berbeda. Bagiku, ini sebuah titik balik. Apakah aku bisa terus dengan keinginanku untuk mendalami acting atau seharusnya sadar kalau ini bukan buatku ketika audisi ini gagal?

Suara tepuk tangan mengagetkanku. Di atas stage, ada Sofia, murid kelas satu, yang baru saja melantunkan lagu milik Sasta dengan lantang dan jernih. Mendengarnya membuat perutku mendadak mulas. Sofia tampil sangat bagus, membuatku jadi makin khawatir. Jangankan bisa tampil lebih bagus dari Sofia, aku enggak yakin bisa mengimbanginya.

Sejauh ini, setiap peserta audisi tampil dengan sempurna. Mereka sepertinya melakukan persiapan total dengan sangat matang. Lagi-lagi aku merasa kalau persiapanku enggak ada apa-apanya.

“Apa gue mundur aja, ya, Sha?” tanyaku.

“Enggak ada waktu lagi. Tuh, nama lo udah dipanggil.”

Aku meringis ketika mendengar namaku dipanggil.

“Good luck. Break the leg.” Arisha menyemangati, tapi yang ada perutku malah semakin melilit.

Langkahku terasa berat ketika kupaksakan untuk menuju stage. Di sana sudah ada Tammy, Mr. Sam yang juga pengasuh Act 8, dan Melisa, senior seangkatan Trin yang dulu bintangnya Act 8. Melihat mereka menatapku dengan wajah serius serta antusiasme tinggi, aku jadi semakin ingin mundur.

Namun, enggak ada waktu untuk jadi pengecut.

“Karianna, thank you for coming. Just take your breath until you’re ready,” sambut Mr. Sam.

Aku mengikuti sarannya, menarik napas pelan-pelan untuk meredakan debaran di jantungku. Aku memang enggak bisa membawa lilin, tapi seenggaknya tadi aku menghirup essential oil dengan aroma lavendel sebagai obat untuk menenangkan diri.

“Ready?” tanya Mr. Sam.

No, I’m not. Namun, aku enggak bisa mengulur waktu lagi, jadi aku mengangguk.

“Coba scene 12, ya. Sekalian sama bagian nyanyi juga,” ujar Mr. Sam.

Sekali lagi, aku menghela napas panjang sebelum bertransformasi sebagai Sasta.

“Dream a dream away…” Aku mengakhiri nyanyian itu dengan desahan. Setelahnya, aku menarik napas panjang.

Jantungku rasanya nyaris berhenti ketika menunggu tanggapan dari seisi auditorium.

Baru ketika Mr. Sam mengangkat kedua jempolnya, dan tepuk tangan menggema di auditorium—meski enggak seriuh saat penampilan Sofia—aku baru bisa menarik napas lega.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
3925      1714     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Senja di Balik Jendela Berembun
67      59     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
Kini Hidup Kembali
152      139     1     
Inspirational
Sebenarnya apa makna rumah bagi seorang anak? Tempat mengadu luka? Bangunan yang selalu ada ketika kamu lelah dengan dunia? Atau jelmaan neraka? Barangkali, Lesta pikir pilihan terakhir adalah yang paling mendekati dunianya. Rumah adalah tempat yang inginnya selalu dihindari. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi.
Konstelasi
984      527     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
ONE SIDED LOVE
1597      718     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
You*re My Star
370      243     0     
Short Story
Mengagumi pesona lelaki cantik di sebuah rumah sakit, Brian, membuat hari Zora menjadi penuh dengan kejengkelan dan debaran. Tanpa sadar satu hari yang terasa panjang menjadi singkat, sejenak Zora melupakan ketertekanan dan kesepiannya selama ini. Zora adalah langit Brian. Dan Brian adalah bintang Zora. Kisah singkat yang terjadi dalam satu hari menjadi kenangan yang tidak terlupakan.
Kacamata Monita
4311      1293     3     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Monologue
1470      1037     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
Trust Me
122      111     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
Fragmen Tanpa Titik
90      83     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...