Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

“Key.”

Aku sedang menuju kelas Bahasa Inggris ketika mendengar seseorang memanggilku. Saat berbalik, aku mendapati Tammy menuju ke arahku.

Tammy temanku di sekolah. Kami sesekali berada di kelas yang sama, tapi aku enggak begitu akrab dengannya. Saat ini, Tammy menjabat sebagai ketua ekskul teater. Meski Trin sudah lulus, sesekali dia masih berhubungan dengan Act 8, ekskul teater di sekolahku, terlebih dengan Tammy.

“Hai, Tam,” sapaku.

“Lo mau ke kelas Bahasa Inggris, kan? Bareng ya, gue juga mau ke sana.”

Tammy berjalan di sampingku menuju kelas Bahasa Inggris yang terletak di lantai dua. Sudah dua tahun mengenalnya, kayaknya baru kali ini aku berjalan menuju kelas bareng Tammy.

“Lo udah dengar belum kalau Act 8 mau produksi pementasan? My first big project sejak jadi ketua,” cetus Tammy.

Aku mengangguk, pernah mendengar selentingan kabar itu. Ada banyak ekskul di sekolahku, dan setiap murid wajib ikut minimal satu ekskul. Aku memilih cheerleader, meski enggak begitu aktif karena kesibukan di luar sekolah cukup menyita waktu.

Salah satu yang paling eksis adalah Act 8, sudah turun temurun mereka selalu sukses menghasilkan pementasan teater yang keren. Enggak heran kalau Act 8 jadi primadona, sehingga untuk masuk ke sana sangat sulit. Apalagi untuk terlibat di produksi, proses casting mengalahkan casting film. Mereka memang enggak main-main soal produksi, karena membawa nama sekolah.

Salah satu yang paling sukses yaitu drama musikal berjudul Jakarta Kini dan Nanti, yang diproduksi Trin sewaktu jadi ketua. Dia menjadi sutradara sekaligus pemeran utama. Triple threat. Sponsor banyak berdatangan, tiket sold out, bahkan masuk pemberitaan. Untuk ukuran pementasan anak SMA, Jakarta Kini dan Nanti jadi benchmark baru yang sulit buat dikalahkan.

“Lo tahu sendiri, kan, kalau Jakarta Kini dan Nanti tuh impact-nya gede banget. What a big challenge for me.” Tammy terkekeh.

Sekali lagi aku mengangguk, mencoba mengikuti ke arah mana pembicaraannya.

“Sebentar lagi akan ada audisi, terbuka buat siapa aja, enggak hanya anak Act 8. Lagian ini produksi besar, jadi kita butuh banyak talent. Tapi, ada beberapa karakter yang gue, dan tim produksi, ngerasa cocok diperanin sama murid tertentu. Salah satunya lo.” Tammy menatapku lekat-lekat.

“Hah? Gue?” Pernyataan Tammy membuatku seperti ditodong, sehingga aku jadi gelagapan.

“Kalau lo sempat, mau ikut audisi enggak? Nanti gue share peran yang gue maksud, tapi lo juga terbuka buat audisi peran lain,” timpal Tammy.

Wait a minute, Tammy mengajakku ikut audisi? Ini memang pementasan teater skala sekolah, but this is a huge opportunity.

Oke, sedikit alasan kenapa aku langsung bersemangat karena Trin. Meski sudah lulus, nama Trin masih sering digaungkan di sekolah. Tentu saja, posisiku sebagai adik Trin turut disorot. Aku belum menorehkan prestasi berarti di sekolah ini, sehingga keberadaanku di bawah Trin. Tawaran Tammy menggiurkan, mungkin ini caranya aku bisa menyejajarkan diriku dengan Trin.

Alasan lainnya, kalau produksi ini sukses, aku bisa menjadikannya sebagai portofolio. Jakarta Kini dan Nanti membuat pementasan setelahnya jadi lebih disorot, termasuk oleh media mainstream. Tentu saja aku akan ikut disorot kalau terlibat di sini.

Sekaligus pembuktian kalau aku juga bisa akting.

Mama pasti akan setuju, karena meski enggak mendatangkan keuntungan nyata secara langsung, keuntungan jangka panjangnya sangat menjanjikan. Lagian, kalaupun Mama enggak setuju, itu urusan belakangan. Aku akan membujuk Mama sampai setuju.

Jadi, aku mengangguk antusias di depan Tammy.

Tammy menjabarkan garis besar ide cerita yang diangkatnya. Dari ceritanya, aku bisa melihat betapa besar ambisi Tammy. Dia juga jadi sutradara sekaligus pemeran utama. Mungkin Tammy berharap bisa mendulang kesuksesan yang sama seperti Jakarta Kini dan Nanti.

Ide cerita yang disampaikan Tammy terdengar seperti homage untuk Jakarta Kini dan Nanti, tapi aku memendamnya. Aku enggak mau komentarku merusak antusiasme Tammy.

“Jadwal audisinya setelah jam terakhir. Lo share aja jadwal lo, jadi nanti bisa gue sesuaiin,” ujar Tammy, saat kami sampai di kelas. Dia ikut berhenti di dekat mejaku.

“Oke. Thanks, ya Tam.”

“Any time. Gue tunggu, ya. Awas lo jangan sampai enggak datang.” Tammy melambai sebelum meninggalkan mejaku dan menuju ke mejanya di sisi kanan kelas.

Aku meletakkan buku di atas meja, dan menyadari Arisha menatapku.

“Lo ngapain sama Tammy?” tanyanya.

“Dia ngajakin gue ikut audisi di Act 8.” Aku menjawab singkat.

Arisha menganggukkan kepalanya. “Dia ambisius banget, pengin bikin yang lebih grande dibanding Jakarta Kini dan Nanti.”

Keberadaan benchmark ya buat dikalahkan, jadi enggak heran kalau Tammy punya ambisi sebesar itu.

“Lo serius mau ikutan?” tanya Arisha.

“Kenapa enggak? Lagian, cuma audisi. Belum tentu juga dapet perannya. Lo juga mau?”

Arisha mengangkat bahu. “Pengin, sih. Tapi gue maunya jadi cowok.”

Berhubung sekolahku khusus cewek, jadi untuk peran cowok harus dimainkan oleh cewek. Ini yang membuat peran cowok jadi lebih menantang, sekaligus jadi rebutan. Trin jadi pemeran utama cowok, dan dia sukses memerankannya dengan apik. Sementara aku enggak seberani Trin. Walaupun dibantu oleh makeup untuk kelihatan kayak cowok, struktur wajahku terlalu lembut buat jadi cowok.

Sementara Arisha berbeda. Wajahnya yang dingin membuatku yakin dia cocok jadi peran cowok.

“Kita audisi bareng, ya. Like the old time.” Aku terkekeh, yang diikuti oleh Arisha. Aku menoleh ke belakang, bermaksud untuk menanyakan hal yang sama kepada Ghania. Tapi, dia enggak ada di mejanya. “Where is she?”

“Dipanggil ke ruang BK di jam pertama.”

“Masalah apa lagi?”

“Roknya kependekan, plus rambutnya hijau terang.”

Aku menggelengkan kepala mendengar jawaban Arisha. Sudah enggak terhitung berapa kali Ghania dipanggil guru dan mendapat poin minus karena penampilannya yang melanggar aturan, tapi dia masih saja tambeng.

Pelanggaran yang dilakukannya tergolong kecil, dan Ghania selalu memastikan poin yang dimilikinya dalam batas aman sehingga boleh ikut ujian. Meski begitu, ada satu bagian di dalam diriku yang pengin melakukan hal yang sama dengan Ghania. Sekali saja, aku mau bersikap sesuka hati dan enggak peduli, apakah tindakanku akan menimbulkan komentar negatif atau protes dari Mama.

Just once in my life.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
G E V A N C I A
1253      705     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Smitten With You
13705      2508     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Da Capo al Fine
654      509     5     
Romance
Bagaimana jika kau bisa mengulang waktu? Maukah kau mengulangi kehidupanmu dari awal? Atau kau lebih memilih tetap pada akhir yang tragis? Meski itu berarti kematian orang yang kau sayangi? Da Capo al Fine = Dari awal sampai akhir
40 Hari Terakhir
2580      1564     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Time and Tears
604      458     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...
A Day With Sergio
2021      902     2     
Romance
Metanoia
3493      1359     2     
True Story
❝You, the one who always have a special place in my heart.❞
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
3156      1706     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Je te Vois
2223      1245     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
PALETTE
554      306     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...