Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Akan lebih baik jika tidak banyak orang yang mengetahui kehidupan kita. Sebab, itu akan membuat kita lebih nyaman. Kecuali, memang sudah dekat seperti mempunyai hubungan persaudaraan dengan kita. Lantaran, hal pribadi tidak perlu diumbar-umbar .

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Caramel diam-diam melirik ke arah Javian serta Auretta yang sudah mulai pergi meninggalkan area parkir sekolah. Ia sedari tadi, sedikit tahu bila Semesta sempat memperhatikan Javian dengan Auretta. Sampai Semesta terlalu fokus sampai saat ia datang mendekatinya.

 

"Temenin gue ke toko buku bentar mau nggak, Ta? Itu kalo nggak ngerepotin lo, sih." Caramel seperti meminta persetujuan Semesta lebih dahulu. Tak mau langsung mengajak Semesta menemaninya pergi.

 

Semesta mengangguk, tidak masalah bila harus pergi dengan Caramel. Lagi pula, hanya ke toko buku. Juga, dia belum terlalu sibuk. Biasanya ia mulai sibuk saat malam. Atau, bila sudah membuat janji dengan Om-nya.

 

"Nggak akan lama kok. Soalnya, ada buku yang dari kemarin pengin gue beli." Caramel menjelaskan apa yang akan dilakukan. Agar, Semesta tidak berpikir tidak-tidak serta malas mengantar serta menemaninya.

 

"Oke. Naik aja, Mobil. Kita langsung pergi ke toko buku biar gak kesorean." Semesta memberi Arah pada Caramel.

 

Karamel menaiki motor milik Semesta sesuai Arah Semesta. Kemudian, Semesta menyalakan sekaligus melajukan motor meninggalkan area sekolah. Ia senang masih bisa tetap dekat dengan Semesta. Meskipun demikian, sempat ada hal yang menyebabkan masalah. Namun, cowok itu tetap mau menjadi sahabatnya. Sebenarnya, cukup merasa yakin menjadi alasan suatu hal sekarang terasa tidak baik seperti sebelumnya.

 

Tak butuh waktu terlalu lama untuk sampai di mall. Lalu, Caramel berjalan menuju toko buku yang diikuti oleh Semesta. Karena, Semesta ingin menjaga gadis itu. Ia sudah mengenal Caramel sejak kecil. Sehingga, misalnya mempunyai tanggung jawab terus ada di samping gadis itu.

 

"Gue ke sebelah sana dulu ya, Ta. Lo duduk aja di situ nggak apa-apa. Nanti kalo gue udah selesai, sekaligus ketemu buku yang mau dibeli pasti bilang sama lo." Caramel mengatakannya, sambil memperhatikan area toko buku.

 

"Oke. Kalo butuh bantuan, telepon gue aja. Atau nggak, ke gue aja secepatnya. Gue cuma duduk di sini, nggak kemana-mana, Mobil." Semesta sepertinya memutuskan hanya duduk sambil menikmati suasana tempat itu.


Caramel mengangguk seraya menyyunggingkan senyum ke arah Semesta. Sahabatnya. "Oke, siap. Terima kasih banget mau nemenin ke sini."

"Iya sama-sama, Mobil." Semesta memang tidak keberatan berada di tempat itu. Lagi pula, saya cukup senang bisa mempunyai sedikit waktu luang. Sebelum harus berkutat dengan laptop untuk mengurus pekerjaan beberapa hal penting.

Suasana di sana cukup ramai. Meskipun demikian, Semesta bisa melihat pergerakan yang dilakukan oleh Caramel. Kemudian, ia mulai membuka ponsel seraya memeriksa ada sesuatu yang penting atau tidak.

 

Lalu, Semesta membuka beberapa akun sosial medianya. Tidak ada yang terlihat menarik di sana. Sehingga, kini kembali beralih memperhatikan orang-orang mencari buku.

 

Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk ke dalam aplikasi hijau yang ada pada ponsel milik Semesta. Ia langsung tahu, bila mendapatkan pekerjaan penting lagi dari Om Aksa.

 

Om Aksa

 

Nanti malam, kamu temenin Om buat urus data penting salah satu klien, ya.

 

Oke siap, Om. Mungkin nanti jam 7 aku kesitu.

 

Oke. Kabarin kalo udah jalan ke sini.

 

Siap, Om.

 

Semesta memang sering membantu pekerjaan Om-nya. Bahkan, bisa dibilang sudah menjadi pekerjaannya. Meskipun, mungkin bisa dibilang ia menjadi asisten Om Aksa. Namun, tugasnya tidak mudah. Tidak hanya itu, harus bisa menjaga kerahasiaan segala hal yang dikerjakan. Karena, menyangkut banyak hal penting.

Beberapa menit kemudian.

Caramel sudah menemukan buku yang diinginkan. Kemudian, mengajak Semesta untuk pulang.

"Udah nggak ada yang mau dibeli lagi, Car?" Semesta memastikan tidak ada barang yang ketinggalan mau dibutuhkan Caramel.

Caramel terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. Karena, memang sudah tidak ingin membeli apapun lagi. "Nggak ada lagi, Ta. Langsung pulang aja. Nanti malah kesorean. Eh... Ini juga udah sore menjelang malam, sih."

"Oke. Kirain masih ada yang mau dicari sekaligus beli biar sekalian mumpung masih di sini." Semesta kembali memastikan hal itu pada Caramel.

Caramel menggelengkan kepalanya lagi. "Udah cukup sekaligus aman, Ta. Makasih udah mau nemenin dan nungguin gue ke sini."

"Iya sama-sama, Car. Santai aja, gue bakalan selalu ada dan bantuin lo selagi ada waktunya. Kalo nggak, pasti gue bilang sama lo." Semesta memang bisa dibilang selalu ada disaat Caramel membutuhkan bantuan.

Caramel tersenyum, bahagia bisa mempunyai orang terdekat seperti Semesta. Ditambah, cowok itu bisa diandalkan. Sehingga, ia merasa aman jika sedang bersama Semesta. Hanya saja, ia tak bisa dekat lebih dari sahabat dengan Semesta. Karena, sudah terbukti dulu pernah mengalami hal yang membuatnya sadar. Ia cukup beruntung, Semesta masih mau dekat dan menjadi sahabatnya sampai saat ini. Tidak terlihat terganggu dengan apa yang sudah pernah terjadi.

"Lo juga kalo butuh bantuan apapun bilang, ya. Kalo bisa, pasti gue bantu, Ta. Pokoknya, jangan sungkan ke gue." Caramel tak ingin Semesta hanya diam saat ada masalah sekaligus membutuhkan bantuan.

Semesta mengangguk, sembari menyunggingkan senyum. Ia memang belum membutuhkan bantuan. Bahkan, ia akan berusaha tidak merepotkan orang lain. Karena, itu membuatnya merasa berhutang budi. Sehingga, menyelesaikan segala kesulitannya sendiri.

"Kalo gitu, ayo kita pulang. Takut keburu kemalaman." Semesta mengingatkan bila hari semakin sore. Tidak mau bila terlalu lama dalam perjalanan.

"Oke."

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Auretta duduk di sofa ruang tamu sambil menatap layar laptop miliknya. Kemudian, ia memeriksa akun media sosialnya dari sana. Ia memang tidak terlalu suka mengunggah informasi tentang dirinya di media sosial. Tentu saja, bila terlalu larut dengan segala hal yang berhubungan dengan jaringan online akan mengingatkan masa lalunya.

 

Mungkin tidak banyak yang tahu bila dirinya sering ikut menemani Mamanya melakukan pengambilan gambar maupun shooting untuk beberapa proyek film pendek. Hal itu, dulu terasa indah karena sering menghabiskan waktu bersama Mamanya sebelum masalah menimpa keluarganya. Oleh karena itu, ia memang menghindari dunia maya maupun hiburan.


Auretta cukup dilarang untuk mengakses berbagai media. Takut, bila teringat banyak berita tentang hal yang menyebabkan cukup trauma. Padahal, berita itu tidak benar adanya. Dulu, ia masih kecil dan cukup terpengaruh dengan keadaan yang ada.

Ia sadar, bila jejak digital tidak bisa hilang secara permanen. Ditambah lagi, dengan mudahnya Papanya seperti melupakan Mamanya. Meskipun demikian, memang sempat terjadi bentrokan hebat di antara keduanya. Namun, Auretta tak ingin menjadi korban dari tidak harmonisnya keluarga itu.

Papanya menikah tidak lama setelah Mamanya meninggal. Dan, Auretta yakin itu karena pengaruh buruk Mama tirinya. Atau, mungkin sebenarnya Papa serta istri yang sekarang sudah mempunyai hubungan sebelum Mamanya. Pemikiran-pemikiran sedari dulu sering terbesit di kepalanya. Namun, selalu mengelaknya. Akan tetapi, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres pada Mama tirinya.

Karena tak tahan untuk terus tinggal bersama Papa serta istri barunya. Auretta memutuskan tinggal bersama Papa serta Mama Januar yang sebenarnya adalah adik dan adik ipar dari pihak Mamanya. Ia merasa beruntung seperti dianggap sebagai anak sendiri oleh Om serta istrinya. Orang tua Januari. Pun, Januar sangat menyayanginya seperti adik kandungnya. Karena, cowok itu memang merupakan anak tunggal keluarga.

Namun, ia harap tidak ada orang yang tahu tentang keluarga aslinya. Karena, memang sedang berusaha sembuh dari segala hal yang membuatnya trauma. Gangguan kecemasan masih sering dirasakan. Bahkan, membuat Januar maupun Javian sangat mengecewakan Auretta. Sehingga, tidak mau membiarkan gadis itu merasa sendiri atau berada dalam situasi tertekan.

"Keadaan lo lebih baik kan setelah tinggal di sini?" Januar duduk di sebelah Auretta, sambil mengelus kepala adiknya dengan lembut.

Auretta mengangguk, seraya menyuguhkan senyum ke arah Januar. Ia memang lebih nyaman berada di sana. Daripada harus tinggal bersama Papa kandungnya, tapi tidak bisa akur dengan Mama tirinya. Tak hanya itu, Papanya lebih sering membela istri barunya daripada anak kandungnya. Padahal, dia tidak pernah melakukan macam-macam maupun buruk. Namun, Mama tirinya sering memfitnahnya. "Iya, Kak. Gue lebih aman tinggal di sini. Nggak ada yang bikin pusing."

Januar sangat paham, bila kehidupan Auretta memang tidaklah baik bersama orang tua Auretta. Apalagi, harus tinggal bersama Mama tiri yang cukup manipulatif. Bahkan, sering berbohong serta memfitnah. Akan tetapi, bisa-bisa Papa kandung Auretta lebih percaya dengan wanita itu daripada Auretta. Itu yang membuat dirinya tak ingin Auretta terus tinggal bersama Papanya. Ia sudah sangat menyayangi Auretta seperti adiknya sendiri. Terlebih, ia memang tidak memiliki adik. Dan, orang tuanya sangat bersedia dan tidak keberatan menerima kehadiran Auretta.

"Kalo bisa, lo jangan pernah balik ke sana lagi, ya, Dek. Tinggal di sini aja, itu lebih baik. Gue udah anggap lo kayak adik sendiri. Terus, Mama sama Papa juga sayang banget sama lo. Gue berasa ada teman main di sini. Dari dulu kan pengin punya adik tapi nggak kesampaian." Curahan hati anak tunggal, yang sedari kecil menginginkan seorang adik. Namun, takdir tidak mengabulkan keinginannya.

Auretta memeluk Januar dengan erat. Benar-benar merasa bahagia mempunyai saudara seperti Januar. Ia harap, semua tidak akan berubah sampai kapanpun. "Sekali makasih, ya, Kak. Kalo gue mungkin ceroboh atau nakal tolong ingetin. Biar, lebih sadar diri kalo nggak seharusnya seperti itu."

Januar mengangguk, lalu tersenyum sembari membalas pelukan Auretta. "Gue bakalan jagain lo sebaik mungkin, Dek."

"Oke siap, Kak." Auretta benar-benar bahagia memiliki sosok kakak sepupu seperti Januar. Bahkan, cowok itu serasa kakak kandung baginya.

"Pokoknya, jangan terlalu banyak pikiran. Kalo udah ngerasa nggak nyaman sama situasi yang ada di dekat lo. Mending lo langsung menjauh, ya. Gue nggak mau sampai gangguan kecemasan lo kambuh." Januar selalu mengingat hal penting itu pada Auretta. Agar, adiknya tidak dalam kondisi buruk.

"Iya, Kak. Gue bakalan berusaha menghindar atau menjauhi hal-hal yang bisa memicu munculnya gangguan kecemasan itu. Dan, gue bakalan mulai rutin periksa ke dokter. Biar, keadaan gue lebih baik. Kalo bisa, penyakit itu hilang untuk selamanya. Meskipun, hanya kemungkinan kecil. Namun, gue bakalan berusaha sebaik mungkin." Auretta memang mempunyai tekad untuk sembuh dari apa yang dialami.

"Bagus kalo gitu, Dek. Gue bakalan bantuin lo. Di sekolah kalo ada keributan atau perdebatan lo harus menjauh dari tempat itu." Januar tidak ingin sampai penyakit Auretta kambuh di tempat umum. Takut, justru akan memperburuk kondisi adiknya.

Auretta mengangguk, akan menuruti apa yang dikatakan Januar. Meskipun, beberapa waktu lalu sempat akan kambuh. Untung saja, ada sosok Semesta menariknya menjauh. Walaupun, ia bingung kenapa kakak kelasnya seperti mengetahui kondisinya. Akan tetapi, ia harus bisa terus menutupi penyakit itu di depan teman-temannya. Agar, tidak ada yang mengasihaninya. Atau, justru yang memanfaatkan kondisinya.

"Kalo bisa, jangan sampai ada yang tau kondisi lo selain gue sama Javian." Januari tak mau ada yang memanfaatkan situasi yang ada. Kalau Javian, Januar memang mempercayai cowok itu. Karena, sudah mengenal cukup lama. Sepertinya, tidak akan memberitahukan penyakit Auretta kepada siapa pun. Semoga kepercayaannya tidak disalahgunakan.

"Oke, Kak."

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Semesta sudah sampai di kantor milik om-nya. Aksa. Ia langsung fokus pada beberapa data yang ada di komputer milik Aksa. Tanpa diduga, kini diumumkan pada sebuah data yang menarik perhatiannya. Karena, merasa mengenal identitas itu.

 

Semesta berkali-kali memastikan tidak salah membaca data itu. Apa yang didapat Om Aksa dibilang cukup akurat. Apalagi, sumbernya sangat terpercaya. Saya tidak menyangka mendapatkan fakta penting saat itu.

 

- Akan Dilanjutkan -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ANSWER
704      432     6     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
Monokrom
95      79     1     
Science Fiction
Tergerogoti wabah yang mendekonstruksi tubuh menjadi serpihan tak terpulihkan, Ra hanya ingin menjalani kehidupan rapuh bersama keluarganya tanpa memikirkan masa depan. Namun, saat sosok misterius bertopeng burung muncul dan mengaku mampu menyembuhkan penyakitnya, dunia yang Ra kenal mendadak memudar. Tidak banyak yang Ra tahu tentang sosok di balik kedok berparuh panjang itu, tidak banyak ju...
A CHANCE
1885      849     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" πŸ“ŒπŸ“ŒπŸ“Œ Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
Semu, Nawasena
9472      3012     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
It's Our Story
1067      499     1     
Romance
Aiza bukan tipe cewek yang suka nonton drama kayak temen-temennya. Dia lebih suka makan di kantin, atau numpang tidur di UKS. Padahal dia sendiri ketua OSIS. Jadi, sebenernya dia sibuk. Tapi nggak sibuk juga. Lah? Gimana jadinya kalo justru dia yang keseret masuk ke drama itu sendiri? Bahkan jadi tokoh utama di dalamnya? Ketemu banyak konflik yang selama ini dia hindari?
My love doctor
300      253     1     
Romance
seorang Dokter berparas tampan berwajah oriental bernama Rezky Mahardika yang jatuh hati pada seorang Perawat Salsabila Annisa sejak pertama kali bertemu. Namun ada sebuah rahasia tentang Salsa (nama panggilan perawat) yang belum Dokter Rezky ketahui, hingga Dokter Rezky mengetahui tentang status Salsa serta masa lalunya . Salsa mengira setelah mengetahui tentang dirinya Dokter Rezky akan menja...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
405      292     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Premium
Dunia Leonor
110      95     3     
Short Story
P.S: Edisi buku cetak bisa Pre-Order via Instagram penulis @keefe_rd. Tersedia juga di Google Play Books. Kunjungi blog penulis untuk informasi selengkapnya https://keeferd.wordpress.com/ Sinopsis: Kisah cinta yang tragis. Dua jiwa yang saling terhubung sepanjang masa. Memori aneh kerap menghantui Leonor. Seakan ia bukan dirinya. Seakan ia memiliki kekasih bayangan. Ataukah itu semua seke...
Kala Senja
34966      4902     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
Last October
1879      747     2     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::