Loading...
Logo TinLit
Read Story - Only One
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Terkadang niat baik kita belum tentu bisa diterima orang lain. Bahkan, bisa saja disalahartikan. Namun, tidak ada salahnya kita terus menyebarkan kebaikan. Karena, itu akan merugikan kita. Justru, bisa membuat kita merasa bahagia. Terlebih, jika didasari keikhlasan.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Lucu.

 

Semesta mulai melangkah mendekat ke arah kerumunan. Tak tega melihat tingkah Auretta yang tidak didengar serta pedulikan siswa maupun siswi yang ada di depan papan pengumuman.

 

"Minggir, minggir, minggir." Semesta perlahan masuk ke dalam kerumunan, sembari mendapatkan jalan untuk ke arah papan pengumuman. Siswa serta siswi, mulai menyingkir ke samping saat Semesta meminta ruang. Niat Semesta, ingin memberi ruang Auretta untuk bisa mendekat ke arah papan info. Agar, gadis itu dapat membaca informasi yang ada di sana.

 

Auretta terdiam, melihat apa yang sudah terjadi di depannya. Sedikit bingung, kenapa Semesta seperti sangat dipatuhi serta hormati siswa dan siswi. Padahal, menurutnya Semesta terlihat menyebalkan. Namun, justru murid-murid di sana seperti terhipnotis sekaligus patuh pada cowok itu.

 

"Buruan sini, bukannya lo pengin tau ada pengumuman apa di sini?" Semesta menatap sembari mengajak Auretta mendekat ke arahnya. Tahu, bila gadis itu sedari tadi mencoba mencari celah untuk sampai di depan papan info. Akan tetapi, tidak memiliki kesempatan.

 

Auretta masih diam, karena tak tahu dialah orang yang dimaksud oleh Semesta. Sehingga, membuat Semesta menghela napas lalu berjalan menghampirinya.

 

"Mau ngapain?" Auretta bingung, kenapa Semesta justru mendekat serta menghampirinya.

 

Semesta tak habis pikir, dengan tingkah Auretta. Kemudian, tanpa aba-aba ia menarik tangan Auretta untuk ikut bersamanya menuju papan pengumuman. Semesta melakukan itu, karena mungkin Auretta tidak mengerti kodenya sedari tadi.

 

"Ngapain narik-narik tangan gue kayak tadi? Nggak sopan banget!" Auretta merasa kesal, telah ditarik paksa oleh Semesta tanpa persetujuannya.

 

Semesta menghela napas, berusaha sabar menghadapi Auretta. "Gue bawa lo ke sini, biar nggak perlu capek lompat-lompat kayak tadi. Sekarang lo bisa lihat apa yang ada di mading dengan jelas."

 

Auretta mulai paham, dengan tindakan yang sudah dilakukan Semesta. Sebenarnya baik, tapi sedikit tidak membuat Auretta nyaman. "Lain kali, nggak perlu pake tindakan kasar dong. Kan, bisa bilang baik-baik."

 

Tanpa diduga, Semesta tiba-tiba mengacak-acak rambut Auretta sembari tersenyum. "Dari tadi gue udah coba ajak lo ngomong. Tapi, lo nya nggak sadar. Jadi,--"

 

Auretta diam serta kaget dengan perlakuan dari Semesta. Entah kenapa, seperti ada sesuatu yang membuatnya menjadi kaku.

 

"Ada apa, nih?" Javian tiba-tiba muncul di sana, lalu tatapan beralih serta fokus pada tangan Semesta yang masih berada di kepala Auretta.

 

Seperti mengerti pandangan mata Javian. Semesta justru tersenyum, lalu mengelus kepala Auretta dengan lembut. "Gue cuma bantu cewek lo aja, kok."

 

Javian tahu, bila Semesta sengaja melakukan hal itu di hadapannya. Agar, dirinya meluapkan emosi karena cemburu. Akan tetapi, ia harus bisa menahan amarah.

 

Seperti paham situasi, Auretta bergeser menjauh dari Semesta. Lalu, ia mendekat ke arah Javian. Kekasihnya. Ia harap, Javian tidak salah paham dengan kondisi yang ada.

 

"Kamu nggak diapa-apain sama dia, kan?" Javian mulai berbicara, dengan tatapan lembut memastikan keadaan Auretta. Kekasih.

 

"Nggak apa-apa, kok. Terus, aku harap kamu nggak salah paham liat kejadian tadi. Soalnya,--" Auretta sedikit berbisik pada Javian.

 

Javian mengangguk, ia percaya bila Auretta tidak akan mudah terpengaruh dengan Semesta.

 

"Oke. Lain kali, nggak usah berurusan sama dia lagi, ya?" Javian sembari mengelus kepala Auretta dengan lembut. Kali ini, sengaja melakukannya di depan Semesta. Agar, cowok itu sadar bila dirinya baik-baik saja. Tidak merasa cemburu dengan apa yang sudah dilihat sekaligus terjadi.

 

Semesta tersenyum, tak sama sekali terpengaruh dengan apa yang dilakukan Javian. Lagipula, ia memang hanya ingin melihat reaksi Javian saat melihat Auretta dekat dengannya.

 

Auretta mengangguk, serta tersenyum seraya mendongak ke arah Javian yang lebih tinggi darinya. "Oke. Itu juga, tadi dia tiba-tiba narik aku."

 

"Kalo gitu, mending sekarang aku anterin kamu ke kelas, ya. Bel masuk bentar lagi bunyi." Javian menggenggam tangan Auretta dengan erat, lalu melangkah meninggalkan area papan pengumuman.

 

Auretta menuruti permintaan Javian, melangkah menuju ke arah kelasnya. Sudah tidak tertarik dengan pengumuman pada papan info. Karena, itu sudah tidak penting lagi baginya.

 

Kini, Auretta sudah berada di kelasnya. Javian mengantar gadisnya itu sampai dalam kelas. Sedikit menjadi pusat perhatian.

 

"Kayaknya, kita bakalan terbiasa liat pemandangan mesra yang dilakuin sama mereka berdua, deh." Salah satu siswi teman kelas Auretta, mulai berkomentar.

 

"Benar kata lo, tapi baru kali ini liat Kak Javian bucin banget sama cewek. Pantas aja, selama ini nggak pernah tergoda sama cewek sekolah ini. Karena, dia udah punya pacar." Siswi lain, ikut berbicara sembari sedikit melirik ke arah Auretta yang masih bersama Javian.

 

"Nggak usah didengerin. Nanti, fokus saja sama pelajaran yang ada. Hm ... Nanti pulangnya bareng aku, ya. Kan, dari kemarin aku belum sempat anterin kamu pulang." Javian sembari mengelus kepala Auretta dengan lembut. Tidak peduli dengan berbagai tatapan yang ada di sana.

 

Auretta tersenyum, seraya mengangguk pada Javian. Perasaannya bahagia, bisa mendapatkan perhatian ekstra dari kekasihnya. Karena, dari dulu keduanya memang menjalani hubungan berbeda sekolah. Meskipun, masih dalam satu kota. Akan tetapi, cukup jarang bertemu satu sama lain. Meskipun, jarangnya hanya berkisar beberapa kilometer saja. "Oke. Nanti tungguin aku di parkiran aja. Nanti aku yang samperin kakak."

 

"Oke. Kalo gitu, aku pergi dulu, ya. Semangat belajarnya." Javian melambaikan tangan sembari melangkah meninggalkan kelas Auretta.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

"Kayaknya lo ada rasa ketertarikan sama ceweknya Javian deh, Ta. Soalnya, tadi gue liat lo perhatian banget sama tuh cewek." Hansean mulai berbicara, mengingat tindakan manis yang dilakukan Semesta kepada Auretta.

 

Semesta menyunggingkan senyum. "Masa, sih? Padahal, tadi gue cuma niat bantu dia. Soalnya, dia kayak lagi kesusahan. Kasihan aja, liat tuh cewek harus lompat-lompat mau liat ke mading."

 

"Tapi, sikap lo ke tuh cewek terlalu manis. Walaupun, emang lo baik ke semua orang. Tapi, tadi sampai harus elus-elus kepala beda dari biasanya. Keliatan naksir nya tau nggak, sih, Ta." Haikal juga merasa ada yang berbeda pada Semesta. Terlebih, perlakuan Semesta yang cukup manis dengan Auretta.

 

"Perasaan kalian aja kali. Padahal, menurut gue biasa aja nggak ada yang istimewa atau berlebihan." Semesta seperti biasa, selalu menampilkan senyum manis. Dia emang menarik, sih. Nggak cuma itu, kayak lucu ada sesuatu yang bikin gue tertarik.

 

"Tuh cewek cantik, sih. Cuma, sayangnya udah punya cowok. Dan, ternyata pacar Javian." Harlan sadar, bila Auretta memang menarik. Namun, gadis itu sudah memiliki kekasih. Itu tidak etis untuk dikejar maupun dapatkan.

 

Semesta memang terkenal mudah menjadi pusat perhatian serta mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, kali ini cowok itu terlihat tertarik dengan apa yang sudah menjadi milik orang lain.

 

"Niat gue beneran cuma nolong tuh cewek. Nggak lebih dari itu, kok." Itulah alasan yang keluar dari mulut Semesta. Dari awal, memang benar apa yang dikatakan cowok itu. Namun, tidak tahu ke depannya akan seperti apa. Karena, takdir tidak ada yang tahu.


Haikal, Hansean, serta Harlan mengangguk paham bila sekarang mungkin Semesta masih batas menolong. Akan tetapi, dari tatapan serta perlakuan cowok itu sudah terlihat ada rasa ketertarikan pada Auretta.

Mereka harap, tidak akan ada masalah kesalahpahaman maupun pertengkaran terjadi. Agar, tidak mengulangi kejadian di masa lalu. Meskipun, sebenarnya bisa diperbaiki. Namun, sepertinya masih susah memperbaiki keadaannya.

"Pokoknya, kalian nggak usah khawatir bakalan ada sesuatu terjadi." Semesta berusaha menyakinkan bila tidak akan terjadi hal buruk.  Tahu, ketiga sahabatnya tak mau ada permasalahan lagi.

"Oke."

Setelah pembicaraan itu, mereka kembali ke kelas untuk melanjutkan belajar. Karena, mereka tidak boleh terlalu berpikir berlebihan. Itu akan berdampak buruk. Bisa mempengaruhi beberapa hal dalam hidup. Sehingga, akan lebih baik menjalani hidup seperti air mengalir.

Sesampai di kelas, Semesta seperti biasa duduk pada bangkunya. Diam-diam, ia memperhatikan Javian yang selalu terkesan dingin. Karena, dulu sempat ada permasalahan personal diantara keduanya. Sehingga, membuat persahabatan mereka renggang.

Sejujurnya, Semesta tak pernah ingin memiliki masalah dengan Javian. Hanya saja, ternyata takdir membuat mereka sedikit jauh. Padahal, semua masalah bisa diselesaikan. Namun, sepertinya ada rasa gengsi menyelimuti keduanya. Sehingga, sampai sekarang hubungan mereka belum membaik.

Memang terkadang dalam hidup, ada aja sesuatu yang menyebabkan masalah. Padahal, hal itu bisa dibilang cukup sepele. Namun, ego manusia tidak bisa diduga.

Pun, sebenarnya Javian tak berniat bermusuhan dengan Semesta. Hanya saja, keadaan membuatnya merasa masih kesal serta kecewa pada Semesta. Padahal, Semesta tidak sepenuhnya bersalah. Mungkin, dulu salah situasi yang ada. Sehingga, membuat keduanya tanpa sadar saling menyalahkan satu sama lain. Seharusnya, tidak perlu sampai ada permusuhan diantara keduanya.

Ingin memperbaiki hubungan persahabatan itu. Namun, sudah tidak mudah dilakukan. Akan tetapi, mungkin suatu hari nanti semua akan bisa diperbaiki seiring berjalannya waktu.

Padahal, bila Semesta serta Javian masih bersahabat. Mungkin, akan bisa menjadi perpaduan sempurna. Bagaimana tidak, kedua cowok itu sama-sama mempunyai prestasi cemerlang. Bahkan, peringkat mereka hampir setara.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Pulang sekolah. Sesuai rencana, Javian menunggu kedatangan Auretta untuk pulang bersama. Sebelumnya, Auretta sudah meminta izin pada Januar tidak jadi pulang bersamanya. Karena, akan pulang dengan Javian. Kekasihnya.

"Sori, Kak. Udah nunggu lama, ya?" Auretta tersenyum, seraya berbicara pada Javian.

"Nggak, kok. Baru beberapa menit aja, nggak perlu khawatir. Kalo gitu, kita langsung pulang. Atau, mungkin mau pergi kemana dulu?" Javian memastikan mungkin ada sesuatu yang diinginkan oleh Auretta. Agar, dia bisa mengabulkannya.

Auretta menggelengkan kepalanya, karena sudah berkata akan langsung pulang pada Januar. Kakaknya. Tak mau sampai membuat orang rumah khawatir padanya. "Nggak usah, kak. Langsung pulang ke rumah aja.  Kapan-kapan, kalo aku pengin pergi baru deh bilang ke kakak. Itu juga kalo nggak keberatan maupun ngerepotin kakak."

"Oke. Aku siap kapanpun kamu butuh. Pokoknya, bilang aja kalo mau pergi jalan-jalan, ya. Jangan sungkan, kita juga butuh waktu bareng." Javian akan berusaha membahagiakan Auretta. Termasuk, dengan mengabulkan keinginan gadisnya itu.

"Makasih, kak." Rasanya ingin memeluk Javian. Namun, Auretta teringat masih berada di tempat umum.

Dari kejauhan, Semesta tanpa sadar memperhatikan interaksi Javian dengan Auretta. Ia tersenyum, bisa melihat kebahagiaan orang lain. Hanya saja, ia seperti merasakan akan sesuatu hal yang mungkin akan mengubah senyuman sekaligus kebahagiaan yang ada sekarang.

"Woi! Kita jadi pulang bareng kan, Ta?" Tiba-tiba, Semesta merasakan sebuah tepukan pada bahunya. Kemudian, ia menoleh ke arah orang itu. Caramel.

"Hm... Iya, Car."

"Oke."

 

- To Be Continue -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reandra
1540      1030     66     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Perceraian kontrak
10386      1899     0     
Romance
Ryan Delon seorang Ceo terkaya se-Eropa harus menyamar menjadi satpam demi mendapatkan cinta sejatinya. Akan tetapi, penderitaan itu hanyalah sementara sampai akhirnya ia dipersatukan dengan desainer cantik bernama Calesthane. Mereka menjalani hubungan hingga kejenjang pernikahan, namun hari-hari yang mereka jalani tidak seperti bayangannya. Banyak bebatuan di kehidupan mereka, sampai pada akh...
Panggung Terakhir
362      238     0     
Short Story
Apa yang terlintas dipikiran kalian saat melihat pertunjukan opera? Penuh dengan drama? Bernilai seni yang tinggi? Memiliki ciri khas yang sangat unik? Dimana para pemain sangat berkarakter dan berkharisma? Sang Ratu Opera, Helena Windsor Saner, merupakan seorang gadis cantik dan berbakat. Jenius dalam musik, namun lebih memilih untuk menjadi pemain opera. Hidup dengan kepribadian ceria...
Yang Terlupa
449      255     4     
Short Story
Saat terbangun dari lelap, yang aku tahu selanjutnya adalah aku telah mati.
Bisikan yang Hilang
63      57     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
U&I - Our World
388      273     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
Siapa tengah malam di sekolah?
650      405     3     
Horror
Malam minggu menjadi agenda wajib rombongan geng Kapur. Mereka biasanya duduk dicafe menyanyikan lagu dan menyeduk segelas kopi. Malam minggu berikutnya mereka mendatangi sekolahnya. Kata orang-orang sekolah itu angker dihuni oleh teman-teman sekolah yang meninggal. Enam pasangan yang seharusnya berpesta di cafe kini bermain dalam gelap dengan riasan yang pucat. Pekikkan suara mereka tak s...
Bentuk Kasih Sayang
418      284     2     
Short Story
Bentuk kasih sayang yang berbeda.
One hour with Nana
406      286     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?
Redup.
687      411     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.