H-1 class meeting kelas 11 MIPA 3 berkumpul di rumah Anya. Bahkan cewek-cewek berencana akan menginap dikarenakan harus membuat mochi pas malam sebelum dibawa besok ke bazar. Mereka akan menjual mochi dan es kulkul.
Sora sudah ada di boncengan Davian menuju rumah Anya. Davian juga akan nongkrong ke rumah temannya jadi sekalian saja Sora bareng.
"Bawa jangket? Baju ganti? Skincare? Sikat gigi?" tanya Davian beruntun ketika Sora sampai di rumah Anya.
"Semua udah di ransel gue," jawab Sora.
"Besok mau berangkat dari sini apa pulang dulu?"
"Pulang dulu lah, Vivi. Gue nggak bawa seragam."
"Ya udah, besok gue jemput pagi-pagi."
Sora mengacungkan jempolnya. "Sip. Makasih!"
"Sana masuk. Gue cabut, ya," pamit Davian.
Sora mengangguk dan mempersilahkan Davian pergi. Di rumah Anya sudah ada bapak ketua kelas, Juna, Chiko, Prabu, Cici, Melani, Okta, Vero. Anak-anak yang akan tampil dance sudah komplit, rencananya mereka juga akan berlatih di rumah Anya.
Tak begitu lama satu persatu anak 11 MIPA 3 berdatangan. Begitu datang Rai langsung duduk di sebelah Sora setelah menyapa teman-temannya yang lain. Rai membantu Sora yang menulis di karton.
"Bahan buat bazar besok beneran udah komplit?" tanya Yuan memastikan.
"Udah kok. Kemarin gue sama yang lain beli bahan buat mochi sama es kulkul dan udah lengkap. Pengeluarannya udah gue catat sekalian sama struk belanjanya juga, biar jelas keluarnya uang kas ke mana aja," jelas Anya menjawab pertanyaan Yuan.
Chiko berdehem sambil menyeringai jahil. "Kemarin Anya sama Juna udah kayak pasutri pas belanja. Gue sama Cici anaknya yang ngintilin mereka," ucapnya.
"Papa Mama," sahut Cici.
Teman-teman yang lain menyoraki heboh membuat Anya tersipu dan Juna hanya cengar-cengir tidak jelas.
"Papa Mama di kelas kita emang banyak," balas Yuan, "Nggak cuman Anya sama Juna aja."
"Emang kelas kita tuh hobinya cinlok!" celutuk Prabu.
"Siapa lagi, siapa lagi?" tanya Vero penasaran.
Yuan menunjuk Sora dan Rai yang duduk berdempetan dengan dagu. Rai dan Sora saling tatap. "Kita?" tanya mereka berbarengan.
"Nggak kaget gue," sahut Prabu.
"Hubungan mereka mah nggak jelas. Bisa jadi Tom and Jerry, Tapassa sama Icha, rentenir dan pengutang, terus berakhir jadi pacar," balas Juna.
"Kita mah apa, cuman toping bumi," celutuk Melani.
"Mau dong jadi toping bumi sama dedek Melani." Chiko senyum-senyum menggoda Melani, anggota MIPA 3 yang paling muda.
"Najis," balas Melani pedas yang disoraki Juna, Yuan, dan Prabu.
"Chiko dari adek kelas sampai kakak kelas selalu aja dikasih gombalan maut. Tapi sayang nggak ada yang nyantol, ya," komentar Sora pedas.
"Duh, Rai mulut pacar lo tajem bener!"
Rai pun hanya terkekeh menanggapi aduan Chiko.
π¬π¬π¬
Begitu malam tiba mereka beristirahat sambil menikmati coklat hangat buatan Anya dan Melani. Mereka yang sedari tadi berlatih dance sudah tepar di atas karpet, sedang yang tadi membuat kata-kata penyemangat di karton dan membuat adonan mochi juga beristirahat di sofa dan karpet.
Orangtua Anya tidak keberatan akan kehadiran teman-teman sekelas anaknya. Kedua orangtua Anya menempati lantai dua agar tidak menganggu kegiatan mereka di lantai satu.
Rai duduk di sofa berdampingan bersama Sora. Sedari tadi tak henti-hentinya cowok itu mengintili Sora sampai diceng-cengi teman-teman sekelasnya, tetapi Rai tidak peduli.
Rai menyenggol bahu Sora pelan. "Grogi nggak besok tampil?"
Sora menoleh, lalu mengangguk. "Grogi lah."
Rai menarik lengan Sora dan dibawanya ke pahanya. Ia genggam tangan Sora disertai elusan lembut dari ibu jarinya. "Gue nggak sabar lihat lo tambil besok, Ra."
Usapan lembut di tangannya memberi rasa nyaman pada Sora. Kontak fisik yang terjalin di antara mereka entah kenapa terasa lebih intens. Rai tidak lagi segan-segan menggenggamnya atau merangkulnya.
Sekecil apa pun kontak fisik mereka, tetapi selalu membuat percikan-percikan kembang api di hati mereka.
"Gue juga nggak sabar buat ada di atas panggung nanti, tapi di lain sisi juga deg-degan."
"Tenang aja. Besok kita-kita bakal nyemangatin lo kok."
"Awas aja kalau lo nggak ikut nonton, ya!"
"Gue bakal nonton tenang aja. Mau gue kasih cium jauh nanti?" Rai mengangkat satu alisnya menggoda Sora.
Sora melepaskan genggaman tangan Rai dan menabok bahu Rai berkali-kali. "Udah dong Rai bergurunya sama Chiko!Mending berguru sama Prabu si juara kelas!"
"Nggak usah bawa-bawa gue dalam masalah rumah tangga kalian," sambar Chiko yang langsung dapat pelototan galak Sora.
"Kan udah pernah bilang gue belajar dari lo, Sora. Lo pernah ngide kasih ciuman jauh buat gue pas latihan basket, lupa?"
Glabela Sora berkerut. Kapan ia menggoda Rai bawa-bawa ciuman jauh? Sora menyeringai setelah teringat. "Oh, pas waktu itu, ingat-ingat. Kenapa lo masih ingat?"
"Ya, cuman lo yang pernah gituin gue gimana gue nggak ingat."
"Jadi sekarang lo balas dendam ya, Rai?" Sora mengubah posisinya menyerong menghadap Rai. Ditatapnya Rai serius. "Maksud gue lo---"
"Lo udah tahu kenapa gue melakukan itu."
Glabela Sora kembali berkerut. Ia merasa akan menjadi tua dalam semalam karena tidak henti-hentinya mengerutkan dahi. Salahkan Rai yang terus membuatnya kebingungan. "Gue bukan cenayang, Rai Ronan."
"Kalau lo punya misi buat deketin gue. Gue juga punya misi buat lo baper sama gue. Biar impas," bisik Rai pelan di telinga Sora.
Bisikan Rai sukses bikin tubuh Sora mematung untuk beberapa detik. Memproses apa yang baru didengarnya tadi. Sora mengerjapkan matanya.
Rai harap-harap cemas menantikan reaksi Sora. Gue nggak mungkin bakal digampar Sora kan? Siapa tahu kalau saltingnya Sora jadi brutal.
"Lo denger, Rai?" tanya Sora.
"Denger apa?"
"Suara jantung gue. Bisikan lo bikin gue deg-degan."
Sekarang giliran Rai yang mematung. Malu sudah meracau tidak jelas buru-buru Sora bangkit beranjak meninggal Rai.
Mau ditaruh di mana muka gue ini?!!! rutuk Sora dalam hati.
π¬π¬π¬
Stand bazar kelas Rai lumayan ramai. Mochi cantik buatan cewek-cewek di kelasnya benar-benar menarik perhatian. Rai yang saat itu kebagian berjaga stan bersama Yuan, Juna, dan Anya gelisah di tempatnya. Sebentar lagi band Sora akan tampil dan ia terjebak di sini. Beruntung tadi waktu Sora tampil teater ia belum kebagian jaga stand jadi ia bisa dengan nyaman menonton dan merekam penampilan Sora di ponselnya.
"Kak kembaliannya kebanyakan," ucap salah seorang adik kelas yang membeli Mochi.
Rai meringis, lalu menukar uang yang tadi ia berikan ke adik kelasnya. "Maaf, ya," ucapnya.
Yuan yang menyadari Rai tidak fokus menghela napas kasar. Ditepuknya lengan Rai. "Udah lo siap-siap nonton Sora sana, cari tempat. Biar ini gue yang handle sama yang lain," kata Yuan.
"Eh, tapi---"
"Setelah Sora tampil lo balik ke sini bantuin lagi. Sekarang lo lagi nggak fokus jadi nambah-nambahin kerjaan yang lain." Yuan mendorong Rai untuk pergi dari sana.
Kedua sudut bibir Rai tertarik ke atas. "Nanti gue balik!" ujarnya sebelum akhirnya beranjak pergi.
Rai berlari ke arah panggung, kemudian menyelip di antara penonton untuk mendapatkan spot di mana ia akan melihat Sora dengan jelas. "Permisi-permisi," ucap Rai.
Begitu mendapatkan tempat yang tak jauh dari panggung Rai segera mengeluarkan ponselnya dari saku. Band Sora dipanggil tak lama setelah kelas X1 selesai tampil. Sang MC mewawancarai Sora dan kawan-kawan tentang lagu yang akan mereka bawakan sebentar. Selesai cakap-cakap Sora dan kawan-kawannya dipersilahkan tampil.
"Siapa di sini yang lagi fase mau move on?" Sora mengulurkan mikrofonnya ke arah penonton. Penonton menjawab saling bersahutan.
Kini berganti Seth yang bertanya, "Dan apa kalian akan bisa menerima cinta dari orang baru?"
"Bisaa!" jawab Sora bersama penonton lainnya.
"Kalau gitu mari kita nyanyi sama-sama lagu Siapakah Kau Tuk Jatuh Cinta lagi!"
Alvin mulai menekan tuts keyboardnya kemudian diikuti oleh pukulan drum Nathan. Sora mulai bernyanyi berduet dengan Seth. Sesekali Sora mengajak penonton ikut bernyanyi.
Rai mengacungkan tinggi-tinggi ponselnya. Dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya kala matanya beradu dengan mata Sora.
Selesai menyanyikan lagu Siapakah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi, Seth berganti menyanyikan lagu Pecinta Wanita. Sebelum bernyanyi Seth melayangkan gombalan membuat penggemarnya berteriak riuh.
Selama Seth bernyanyi sesekali Sora menyahuti.
"Kau memang pencinta wanita.
Namun kau bukan buaya.
Yang setia pada seribu gadis.
Kau hanya mencintai aku."
Seth mengedipkan sebelah matanya sambil mengerling jahil saat Sora menyanyikan bagian itu. Tak mau kalah Sora pun mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum. Sorakan semakin riuh melihat aksi Sora dan Seth.
Sora, Seth, Alvin, dan Nathan bersenang-senang di panggung. Senyum mereka tak pernah surut. Setelah ini mereka akan menampilkan dua lagu lagi, tapi mereka tidak merasakan lelah.
[ ]