Di pagi hari Sora sudah siap dengan dress terusan putih dipadukan dengan kardigan biru muda. Hari ini ia, Papa, dan Sera akan nyekar ke makam Mama.
Sora sudah menyerahkan surat izin tidak masuk sekolah kepada Davian. Ia tidak mungkin membolos lagi karena bisa kena surat peringatan atau nggak papanya yang akan dipanggil ke sekolah. Tidak mungkin pula ia membolos dalam seminggu tiga kali.
Sebelum ke TPU Sora bersama Sera dan Papa membeli air mawar dan bunga yang akan ditabur di makam Mama. Sedang buket bunga krisan kesukaan Mama sudah mereka beli di toko bunga yang kata Papa langganan Mama.
Sora masuk ke TPU sambil merangkul pundak adiknya. Papa menyapa penjaga TPU yang sudah hapal wajah Papa. Makam-makam di sana semakin bertambah, ya kita tidak bisa menahan seseorang yang harus berpulang ke pangkuan-Nya dan waktu berpulang tidak bisa direncanakan.
Sampai di makam Sora dan Sera bergegas membersihkan rumput-rumput liar di makam Mama dan tak lama Papa pun menyusul.
Selesai membersihkan makam mereka menaburkan bunga dan menyiraminya dengan air mawar. Terakhir mereka menaruh buket bunga krisan.
Mereka mulai berdoa dipimpin oleh Papa. Begitu selesai berdoa Papa mengelus batu nisan Mama. Sora dapat melihat kedua sudut bibir Papa tertarik ke atas dan mata Papa yang sendu.
"Indi, anak kita udah besar sekarang. Jadi anak yang cantik-cantik sekali seperti kamu. Pintar juga, Sera beberapa hari yang lalu tampil balet di sekolahnya. Sora tambah jago masak, pasti sebentar lagi aku bakal gendut karena masakan Sora enak sekali jadi aku nggak bisa berhenti makan."
Sora yang mendengar itu turut tersenyum.
"Sora kakak yang baik buat Sera. Sera juga baik banget sama kakaknya, In. Walau tak jarang mereka masih sering berantem. Tapi aku bangga mereka nggak gengsi untuk minta maaf."
Papa menatap kedua anaknya bangga. Sora tersenyum lebar pada papanya.
"Papa juga hebat banget jadi ayah tunggal, Ma. Nggak ngeluh meskipun diajak nonton Barbie mulu sama Sera."
Sera melirik kakaknya. "Papa juga nggak ngeluh, Ma, waktu diare gara-gara masakannya Kakak."
"Kamu udah ceritain itu mulu ke Mama, Sofia," balas Sora.
"Dan kebiasaan Kakak belum berubah, Ma. Gonti-ganti nama orang seenaknya. Cacing di perutku juga dikasih nama."
"Aku juga kasih nama boneka kelinci kamu si Lily."
"Lihat kan, Ma! Segala benda dikasih nama. Alat pancing Papa di gudang juga dikasih nama sama Kakak."
"Namanya Tito, Ma."
Sera menghelas napas sabar. Menghadapi sifat unik kakaknya perlu kesabaran tebal.
"Masih mau cerita?" tanya Papa.
"Ma, Sera bakal giat latihan balet lagi. Biar makin jago."
"Sora kayaknya mau nulis jurnal kayak Mama. Dan Sora sekarang lagi suka dengerin lagunya Mazzy Star yang judulnya Take Everything. Mama juga suka kan lagu-lagunya Mazzy Star? Aku baca di jurnal Mama, Mama paling suka lagu yang judulnya Flower In December kan?
"Oh ya, Ma, Davian tiga bulan yang lalu putus sama pacarnya dan aku disangka jadi salah satu alasan mereka putus. Padahal nggak ada hubungannya juga, Ma.
"Aku juga udah keluar ekskul Radio, Ma. Tapi nggak papa waktuku sama Sera dan Papa di malam Minggu jadi bertambah. Dan kemarin ada yang kasih aku balon bentuk t-rex."
Sora tersenyum, lalu mengusap nisan mamanya. "Aku kangen banget sama mama," lirihnya.
Arsen memperhatikan raut wajah kedua anaknya yang sendu. "Nanti kita ke sini lagi ya, In," pamitnya.
Sera bangkit dan mengandeng lengan Papa. Sora mengecup nisan mamanya. Sebelum pergi Sora menatap lama nisan mamanya.
"Kak," panggil Papa.
Sora menoleh ke papanya, kemudian menyusul. Papa mengelus surai hitam anak sulungnya. "Sering-sering do'ain Mama ya, Kak."
Sora mengangguk sambil menyunggingkan senyumnya. "Papa juga, ya."
🍬🍬🍬
Makan malam dilakukan lebih awal jadi pada pukul setengah tujuh Sora sudah berbaring di kasur kamarnya sambil mendengar siaran radio sekolahnya.
Suara seorang laki-laki yang dikenalnya sedang mengudara. Sora menatap langit-langit kamarnya, membayangkan wajah laki-laki itu ketika siaran dimulai.
Laki-laki itu tidak memiliki jadwal tetap untuk siaran. Jadi seseorang yang beruntunglah yang bisa mendengarnya. Mendengar suara lembutnya. Kini Sora yang menjadi orang beruntung itu.
Sora mengerjapkan matanya. Ia sadar bisa saja hari ini siaran terakhir laki-laki yang suaranya lagi ia dengar. Laki-laki itu sudah kelas dua belas, dia bilang akan belajar lebih keras di kelas dua belas agar nilainya tidak merosot dan bisa masuk PTN.
Laki-laki itu sudah berusaha begitu keras dari kelas sepuluh untuk mendapatkan nilai yang apik.
Dulu sering kali kakak kelasnya itu tidak keberatan mengajarinya belajar sebelum ujian. Iya dulu, tidak mungkin terjadi sekarang.
Sora meraih ponselnya lalu mengirimkan request lagi di radio sekolah. Kolom pertanyaan sudah bertengger di Instagram story ekskul radio sejak tadi siang.
Kini Aksel akan membaca-baca pesan yang sudah dikirimkan pendengar lewat Instagram story.
Lagu Look On Down From The Bridge milik Mazzy Star adalah lagu yang di request Sora. Sora menyertakan lirik yang ingin ia sampaikan pada Aksel, ya laki-laki itu bernama Aksel.
I can't be the same thing to you now
I'm just gone, just gone.
Bagian lirik itulah yang ia tulis.
Sampai siaran akan berakhir lagu Look On Down From The Bridge belum juga diputar oleh Aksel. Apa dia melewatkannya?
Barulah ketika Aksel berpamitan kepada pendengar dan memainkan lagu terakhir, lagu yang Sora request terdengar.
"Dia nggak melewatkannya," monolog Sora.
Bunyi dentingan ponsel terdengar. Sora melihat lookscreen ponselnya yang menampilkan barisan chat dari Aksel.
Aksel: look on down from the bridge.
Aksel: i'm still waiting for you.
Aksel: aku berharap kamu menuliskan lirik itu.
Sora tidak membalas chat itu. Ia memilih mendengar lagu Look On Down From The Bridge sampai selesai.
Sora menghela napas panjang kala lirik look on down from the bridge
I'm still waiting for you terdengar.
Bagaimana mungkin ia menunggu Aksel setelah ia memilih pergi. Lari.
[ ]