Istirahat pertama Rai dan Milo nongkrong di perpustakaan. Tidak seperti biasanya memang. Milo yang hobi baca tentu saja bahagia ajakannya untuk istirahat di perpustakaan disambut oleh Rai.
Berbanding terbalik dengan Milo yang sedang cekikikan sendiri saat membaca novel, Rai malah tidak berminat melakukan apa pun di sana. Ia hanya duduk lesehan sambil bersandar di rak buku. Spot ternyaman Milo ada di sana, di deretan rak paling ujung yang berisi berbagai novel.
Beberapa kali Rai menghembuskan napas kasar. Milo yang sadar akan hal itu berdecak sebal. Lagak sahabat itu sudah seperti menanggung beban berat sedunia.
“Lo kenapa sih?! Dari tadi kayak orang mau lahiran, tarik napas buang tarik napas buang. Muka lo juga lecek banget kayak uang seribu kembalian dari penjual gorengan.”
“Lo dengerin radio sekolah kemarin nggak?” tanya Rai.
Milo mengangguk. Tidak ada yang salah dari siaran Radio sekolahnya kemarin malam. Mungkin bedanya bagian Aksel, kakak kelas sekaligus ketua ekskul radio, yang pamit undur diri dari ekskul radio karena ingin fokus belajar.
“Kenapa emangnya?”
“Lagu terakhirnya. Sora post di Instagramnya lagu terakhir di radio sekolah kemarin.”
“Terus apa masalahnya?”
Rai mengedikkan bahunya. Ia juga tidak mengerti kenapa ia kepo sekali soal lagu itu. Mungkin karena bagian lirik yang di posting Sora di Instagram yang menunjukan bagian tentang memilih pergi. Setelah mendengar lagunya juga terdengar sedih.
Rai jadi menduga-duga yang merequest lagu Look On Down From The Bridge itu Sora. Seandainya memang Sora, kenapa cewek itu merequest lagu itu? Ya, bisa saja sih Sora asal merequest dan tidak bermaksud apa-apa, cewek itu kan suka random.
“Lo sering dengerin radio sekolah?” tanya Milo.
“Nggak juga. Lo tuh yang sering dengerin.”
Milo terkikik. “Seru dengerin radio sekolah tuh. Kadang ada yang mengutarakan cinta secara anonim di sana, atau ada yang merequest lagu buat gebetannya.”
Segala warna merah jambu selalu disukai Milo. Sahabatnya itu selalu menyukai kisah-kisah romansa, mungkin buat hiburan karena kisah cinta dia sendiri mengenaskan.
“Kok guru nggak pernah negur, ya?”
“Pernah! Lo aja yang nggak tahu. Makanya siaran dari semester kemarin tema setiap siaran harus ditentuin dan di ACC Pak Vidy selaku pembimbing ekskul radio.”
“Kok lo tahu banget?”
“Sora yang cerita sebelum dia keluar.”
“Kenapa dia keluar dari ekskul radio?”
Sepengetahuan Rai, Sora itu suka sekali berbicara di depan umum. Rasa percaya diri cewek itu sangat perlu diapresiasi.
Waktu MOS saja Sora dengan berani naik ke panggung untuk bernyanyi karena disuruh senior. Sora bernyanyi di hadapan kepala-kepala asing yang memperhatikannya tapi dia tidak sekalipun terlihat grogi.
Rai juga pernah menonton Sora tampil teater saat class meeting tahun lalu. Teater tahun lalu menampilkan kisah tentang introvert bukan pemalu. Sora menjadi peran antagonis. Cewek itu menghayati sekali. Rai juga merasa Sora cocok dengan peran itu.
Tak kelewatan Sora di class meeting tahun lalu juga tampil band berduet dengan seniornya. Sora bahkan mengajak penonton ikut bernyanyi bersama. Penguasaan panggung Sora benar-benar oke.
Sampai Rai tak sengaja mendengar Sora siaran radio sekolah. Rai jadi bertanya-tanya berapa persen baterai yang dimiliki Sora karena sepertinya tidak habis-habis, Sora banyak sekali ikut ekskul.
Lalu kini Sora keluar ekskul? Kenapa? Padahal selama Rai mendengar Sora siaran cewek itu terdengar ceria dan enjoy.
Milo mengeplak bahu Rai yang ada di sebelahnya. “Ciee! Panah cinta belum gue lepaskan lo udah kasmaran duluan sama Sora!”
“Apa hubungannya?”
“Itu lo tanya-tanya soal Sora keluar ekskul radio. Perhatian banget elah!”
“Gue penasaran aja kali. Dia kan aktif banget terus tiba-tiba keluar ekskul kan rada aneh.”
“Rumornya Sora cinlok sama ketua ekskul radio.”
“Buset banyak bener rumor Si Stabilo Pink!”
Setelah Rai mendengar desas-desus rumor Sora dengan Davian sahabat sejatinya sekarang ada lagi? Mungkin efek terlalu sosial butterfly.
Milo mengedikkan bahu. “Tapi rumor yang ini sedih, Rai.”
“Bukannya ini rumor menyenangkan buat lo yang selalu haus akan kisah cinta?”
“Kalau kisah cintanya Sora sama si Aksel nggak gue kasih restu. Gue mau numpang kapal Sorai aja.” Milo menyeringai menggoda Rai.
Oh, namanya Aksel. Berarti cowok yang tadi malam siaran dong! Nggak salah lagi Sora pasti request lagu ada alasannya. Kode mungkin? Cewek kan suka kode-kode.
“Jadi Sora beneran keluar ekskul radio gara-gara cowok?” tanya Rai tak mengindahkan godaan Milo yang sebenarnya minta ditampol.
“Dia terpaksa keluar, rumornya sih gitu. Banyak anggota ekskul yang merasa Sora diistimewakan sama Aksel. Sora kan punya jadwal siaran setiap malam Minggu, jadwal tetap. Tapi kadang Sora juga masih siaran di hari lain menggantikan anggota yang hari itu ada halangan buat siaran. Padahal masih banyak anggota yang bisa menggantikan salah satu anggota yang berhalangan. Akhirnya banyak deh yang protes minta buat jadwal tetap itu dihapus dan biar adil dirolling aja biar semua anggota kebagian.”
“Terus?”
“Nabrak.”
Rai berdecak. “Gue lagi serius ini.”
“Ya, jadwal tetap punya Sora dihapus. Tapi nggak lama setelah itu juga ada keributan, yang ini gue nggak tahu. Endingnya Sora milih nggak lanjut ekskul radio di kelas sebelas.”
“Sora nggak cerita sama lo alasan dia nggak lanjut?”
“Nggak. Lo aja sana tanya ke dia. Kalian kan udah dekat.” Milo kembali menyeringai dan kali ini Rai menampol pipi Milo beneran.
Bukannya kapok Milo malah terkekeh. “Sampai rela bolos buat pujaan hati. Udah kayak novel-novel picisan yang gue baca!”
“Gue izin, nggak bolos.”
“Tapi alasan yang lo pakai buat izin bohong kan! Jemput keluarga di bandara. Keluarga yang mana? Keluarga monyet?!”
“Gue tampar lagi ya lo!” ancam Rai.
🍬🍬🍬
“Apa aja?!” tanya Sora bersemangat usai Rai mengatakan akan mentraktirnya.
“Yang masih ramah di kantong belajar lah, Ra!” balas Rai.
Agenda mentraktir Sora dibuat Rai untuk membalas budi kepada Sora yang sering memberikannya jajan. Cookies, permen karet, lollipop, es krim, dorayaki, roti bakar dan banyak lainnya.
“Ke minimarket dekat halte aja kalau gitu. Gue mau Biskuat sama yogurt.”
Mereka pergi ke minimarket dengan jalan kaki karena tidak begitu jauh dari sekolah. Sora menepati ucapannya untuk hanya membeli biskuit Biskuat dan yogurt. Namun, Rai sengaja membeli banyak cemilan lainnya.
Di bangku depan minimarket mereka menikmati jajanan yang mereka beli. Sora bersemangat sekali memakan Biskuat. Rai yang melihatnya jadi tersenyum.
“Gue penasaran,” ucap Sora.
“Penasaran sama apa?”
“Sama lo.”
Rai menunjuk dirinya sendiri yang dipanggil Sora. “Penasaran kenapa?”
“Alasan lo menghindari gue dari kelas sepuluh. Jawab jujur jangan ngeles!”
Rai mengusap hidup bangirnya. “Emm itu.”
“Itu? Itu apa?”
“Permen karet.”
“Ha?!”
[ ]